Cantik Terlihat Jelek - Bab 146 Bunga Di Depan Makam

"Kapan kamu datang kemari?" Devan berkata seperti itu, itu jelas menunjukkan kalau dia sudah datang dari tadi.

"Sedikit lebih lambat dari Gabriel." sambil berbicara, dia mengambil cangkir kopi Clover lalu berencana untuk meminumnya, Clover panik, "Itu bekasku."

Devan menatapnya dan tersenyum, "Memangnya kita masih saling membedakan ini punya siapa?" setelah berkata seperti itu, dia langsung menyesapnya.

"Apakah kamu merasa kalau aku sangat jahat?" Clover bertanya dengan hati-hati, pandangan matanya menatap Devan tanpa berkedip, dia takut melewatkan eskpresi sekecil apapun di wajahnya.

Devan mengulurkan tangannya, jarinya yang panjang mencubit pipinya dengan lembut, "Jahat atau tidak, harus dilihat kepada siapa? Selain itu penafsiran baik atau buruk kembali kepada masing-masing orang."

Clover tertegun, seketika dia mengerti maksud Devan.

Benar sekali, sebagai sesama manusia, kita harus bisa menempatkan diri kita di posisi orang lain, jika orang itu baik kepadaku, aku juga tidak akan pernah merugikannya, itu sudah cukup.

Gabriel sudah memprovokasinya, jika dia tidak menyerang balik, itu bukan baik hati namanya, tetapi bodoh.

Tetapi pada akhirnya dia akan tetap menyusahkan orang yang mencintainya.

"Ayo jalan, aku akan membawamu ke suatu tempat."

Saat ini di dalam Coffee shop sudah penuh dengan orang, Clover melihat tangannya yang digandeng oleh Devan, lalu mendongak dan melihat pria yang ada di depannya, Clover menarik napas yang dalam, dia merasa sedikit terharu dan bahagia, saat ini dia terang-terangan, tidak sembunyi-sembunyi seperti yang dulu.

Sejak saat ini, di matanya, pria ini adalah ayah anak-anaknya, orang yang akan menemaninya seumur hidupnya.

Demi dia, dia tidak akan mengalah lagi kepada Gabriel.

Sambil berpikir seperti ini, dia menggenggam tangan Devan semakin erat.

Devan melihat ke bawah dan melihat ujung jari Clover sedikit memutih karena menggenggamnya dengan sangat kuat.

"Kelihatannya kamu tidak akan pernah melepaskan tanganmu lagi?" dia bertanya.

"Iya!" dia menganggukkan kepalanya dengan yakin.

Kebahagiaan yang tidak terlukiskan mengalir di hatinya, Devan membungkukkan tubuhnya yang tinggi dan mencium pipinya dengan pelan, bibirnya terasa panas : "Clover...."

Wajah Clover memerah.

Di samping mobil, saat dia melihat Clover mau duduk di bagian belakang, Devan mengerutkan alisnya dan berkata : "Duduk di depan saja, agak sedikit jauh, aku merasa kesepian kalau mengendarai mobil seorang diri."

"Kenapa tidak menyuruh supir untuk mengendarai mobilmu?"

"Ingin berdua saja denganmu." dia menjawabnya dengan sangat santai.

Pipi Clover terasa sedikit panas, tetapi dia tetap menurut untuk duduk di samping kursi pengemudi.

Setelah dia menyalakan mobilnya, Devan mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Clover lalu menaruhnya di atas pahanya, kesepuluh jari mereka saling mengait.

"Kamu....kamu menyetir mobil dengan baik saja." Clover menarik tangannya kembali.

"Kamu jangan gerak-gerak, membuat aku semakin tidak fokus menyetir mobil." perkataannya membuat telapak tangan Clover berkeringat, wajahnya semakin memerah.

"Kamu tidur dulu saja, jika sudah sampai aku akan membangunkanmu."

"Tidak mau, aku mau menemanimu mengobrol." Clover menggelengkan kepalanya, bisa bersama dengannya seperti ini lagi membuat dia sangat menghargai waktu mereka berdua, tentu saja dia tidak rela untuk tidur.

Di sepanjang perjalanannya, mereka berdua hampir tidak pernah berhenti bicara.

Clover menyadari kalau Devan benar-benar sangat pintar, dia juga akhirnya mengerti IQ kedua anaknya yang tinggi pasti karena mirip dengannya, dia tahu akan semua hal.

Selain itu, dia juga menyadari kalau Devan tidak terlalu banyak berbicara tetapi perkataannya yang sedikit itu langsung menuju kepada poin pentingnya, sangat tajam dan kuat.

Pantas saja, meskipun masih sangat muda tetapi bisa sukses seperti ini, bukan hanya omong besar saja.

Perjalanan mereka kira-kira menghabiskan waktu selama 2 jam.

Melihat pemandangan di depannya yang semakin lama semakin familiar, Clover tanpa sadar membelalakkan kedua matanya.

Ini adalah jalan ke makam ibunya.

"Kamu....bagaimana kamu bisa tahu?" setelah mereka bertemu kembali, dia tidak pernah memberitahu soal ibunya kepada Devan, yang pertama karena waktunya tidak ada, yang kedua karena latar belakang keluarga ibunya melibatkan terlalu banyak orang, dia masih belum tahu bagaimana cara memberitahu Devan tentang hal ini.

"Aku bertanya kepada Yuta, dia pernah sekali datang kemari denganmu."

Clover semakin kaget, dia juga tidak ingat, kapan dia pernah membawa Yuta kemari? Tiba-tiba terlintas di benaknya, saat itu setelah dia kembali dari daerah Pelangi, saat dia berada di kota Wol, Yuta tiba-tiba muncul di tempat Hansen itu, pasti saat itu dia sudah mengikutinya sepanjang jalan.

Makanya dia bisa muncul di saat genting.

Dalam seketika, matanya memerah.

Tangan besar yang menggenggam tangannya tanpa sadar semakin mengeratkan genggamannya, lalu dia mendengar Devan berkata : "Kamu yakin mau menangis di depanku untuk pria lain?”

Clover menarik nafasnya dan menatap ke bawah, "Aku berhutang terlalu banyak kepadanya."

"Mulai saat ini, kita akan mengembalikannya bersama."

"Ok."

Selama kepergiannya dalam 4 tahun terakhir ini, Clover pernah kembali kemari sekali untuk melihat Devan, selain itu dia tidak pernah melihat ibunya lagi, setelah dipikir-pikir, sepertinya sudah beberapa tahun.

Namun tidak kuduga, makamnya sangat jelas pernah didatangi oleh seseorang.

Dia menoleh dan menatap Devan dengan bingung, "Apa kamu pernah kemari sebelumnya?"

Devan menggelengkan kepalanya, "Tidak pernah, aku juga baru kemarin bertanya kepada Yuta, kenapa?"

Clover mendekat kesana, jari-jarinya yang ramping mengelus pot bunga yang cantik itu, bunga segar dan daun yang ada di dalamnya sudah layu sejak lama, bunga yang ada di dalam pot itu, apakah adalah bunga teratai?

Dia tiba-tiba menyadari sesuatu, apakah ini dari pulau Kabut?

Dia teringat dengan tentara bayaran yang pernah disebutkan pamannya, apakah itu dia?

Ternyata ada lagi yang datang untuk melihat ibunya, dia tanpa sadar menghela napasnya, dia mendongak dan menatap Devan serta berkata : "Saat ibuku meninggal, selain tetangga sebelah rumah, tidak ada siapapun yang tahu kalau aku memakamkan ibuku di sini, tetapi....." Dia melihat pot bunga itu, di tanah masih ada ada dua lagi.

"Tetapi, ini bukan gayanya, paman tetangga sebelah tidak akan menggunakan pot bunga yang begitu mahal, karena dia pernah berkata, jika menanam bunga, yang mahal adalah bunganya, bukan potnya."

Devan menganggukkan kepalanya, tangannya menepuk punggungnya dengan pelan, setelah itu, Devan menariknya dan berlutut di depan foto yang ada di makam ibunya.

Clover sangat terkejut, "Kamu...apa yang sedang kamu lakukan?"

Devan menatapnya lalu menoleh kembali, pandangannya jatuh ke batu nisan yang ada di depannya, dia berkata : "Ma, namaku Devan, tidak peduli apa alasan mama saat itu sehingga meminta Clover melahirkan Simon, hari ini, aku mau berterima kasih kepada mama, terima kasih karena mama membawanya ke sisiku, membuatnya masuk ke dalam kehidupanku."

Dia berhenti sebentar lalu menatap Clover, saat mereka bertatapan, dia terus berkata : "Aku jamin, kelak, tidak peduli dalam keadaan apapun, baik sehat maupun sakit, kaya maupun miskin, aku Devan akan selalu menghargainya, mencintainya dan melindunginya seumur hidupnya, akan selalu setia kepadanya, jika aku mengingkari sumpahku, maka aku....."

Jantung Clover berdetak dengan sangat kencang, dia mengerutkan alisnya dan menutup mulut Devan dengan menggunakan tangannya, dia menarik Devan dengan mata yang memerah, "Apa yang sedang kamu lakukan?"

Dia sudah merasa sangat terharu dari tadi.

Seumur hidup hanya mencintai satu sama lain, tidak akan ada yang lain lagi, berapa banyak orang yang menginginkannya, tetapi berapa banyak orang yang benar-benar bisa melakukannya?

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu