Cantik Terlihat Jelek - Bab 622 Berubah Menjadi Laki-Laki, Apa Kamu Bisa?

Kamar Aderlan di dekat tangga dan nomor satu, Rozi naik keatas berdiri di samping pintu, merasa bimbang sebentar baru mengangkat tangannya dan mengetuk pintu.

Pintu dibuka, Aderlan melihat ternyata dia, tanpa berpikir langsung berbalik badan dan berjalan masuk ke kamar lagi.

Rozi mengerutkan keningnya, cara pria ini memperlakukan Mimi dan Rozi sungguh sangat berbeda.

“ kakak Mo,kakek menyuruhmu tu……”

“aku sudah menyukai orang lain, kamu jangan membuang-buang waktu lagi!” Aderlan dengan ketus memutuskan pembicaraannya yang belum selesai.

Rozi menelan salivanya, terdiam disana dan merasa diantara ingin menangis atau tertawa.

“ kakak Mo,apa yang kurang dariku, aku bisa berubah, bisakah kamu memberiku satu kesempatan?”

Rozi berbicara dengan cepat, setelah bertanya dia langsung memandangi Aderlan 。

Hanya melihat dia mengangkat alisnya, wajah merasa tidak sabar, menundukkan kepala, setelah melihatnya dari atas hingga bawah, dia berkata dengan senyum sini, “berubah?”

Dia tiba-tiba mendekatinya, berbicara pelan di telingannya, “apa kamu bisa berubah jadi laki-laki?”

Selesai mengatakannya, dia mundur dua langkah dan tidak mempedulikannya lagi.

Rozi hanya merasa darah sekujur tubuhnya maengalir terbalik.

Dia memberanikan diri dan bertanya dengan pelan: “maksud kakak Mo, kamu menyukai laki-laki, tidak suka dengan perempuan?”

Setelah bertanya ini, detak jantung Rozi semakin cepat.

Aderlan menghela nafas, dia terdiam dengan parasnya yang tampan dalam waktu beberapa menit, tubuhnya yang langsing berdiri di samping jendela,“benar! Jadi, kamu bisa berubah?”

Dia mengangkat sudut bibirnya, senyuman mempermainkan, angkuh serta merasa puas.

Rozi terdiam di tempat, menundukkan kepala dan terbingung sejenak.

Aderlan menyukai laki-laki? Jadi, dia menyukai Rozi sendiri?

Sebab jodoh macam apa ini?

“mungkin, kamu hanya belum merasakan kalau kamu juga menyukai perempuan? Kamu boleh mencoba……”

Dia mencoba memastikan cara bicaranya lagi.

Aderlan berbalik badan, dan menyimpan ekspresi senyumnya, menatapnya dengan wajah dingin, “melihatmu, aku hanya merasa jijik, berpikir satu ranjang dengan, lebih baik aku tidak menikah, kamu rasa aku tidak merasakannya?”

Setelah mengatakannya, dia masuk ke toilet samping Rozi, menutup pintu toilet dengan kencang.

Rozi menarik nafas panjang, berkontak lama dengan Aderlan, dia didepan Rozi sangat ramah, dan dihadapan Mimi dia sangat buruk dan brengsek, dia tak habis pikir mengapa Aderlan sangat membenci dirinya.

Dia tiba-tiba merasa kehabisan kata-kata, apalah semua ini?

Dulu dia menggunakan segala cara untuk menghindar darinya, baru berubah menjadi laki-laki, tetapi akhirnya dia dan Aderlan bertemu dan saling kenal, tetapi…….tetapi malah salah gender.

Aderlan keluar dari kamar mandi, melihatnya berdiri bengong di jendela dan tidak pergi.

Hatinya merasa sangat tidak senang.

“bisakah kamu keluar?”

Kebencian Aderlan pada dirinya, sama sekali tidak ditutup-tutupi.

Rozi berbalik dan melihat Aderlan dengan wajah yang sedih, “ kakak Mo,jika saya menjadi seorang laki-laki, bisakah kamu menyukaiku?”

Padahal tahu perumaan seperti ini adala lelucon, tetapi dia masih menanyainya.

Aderlan menunjuk kearah pintu, “jiwa bermasalah, pergi jalan-jalan, pergi ke rumah sakit jiwa.”

Selesai berbicara, dengan wajah penuh kebencian melihat dia, lalu berbalik badan kemudian pergi meninggalkan kamar.

Rozi yang awalnya ingin berkata jujur, melihatnya punggungnya yang tegas, mengurungkan niat dengan sekejap.

Bagaimana ini?

Jika dia berkata jujur apakah Aderlan akan membenci Rozi juga?

Tetapi kalau tidak mengatakan yang sejujurnya, kelak bagaimana? Sebaiknya bagaimana?

Aderlan baru saja turun tidak lama, sudah ada orang naik, “nona Mimi, kakek Mo memanggil anda turun, katanya ada yang ingin dikatakan.”

Rozi menganggukkan kepala dan turun, Aderlan juga duduk di ruang tamu, telepon yang ramping dijadikan remot dan tanpa tujuan mengganti chanel TV.

10 menit kemudian

“se……sekolah?”

Rozi tidak percaya dan melihat kakek Mo.

Pengetahuan kakek sangat luas. walaupun dia tidak pernah bersekolah, tapi pengetahuannya tidak kurang dari anak biasanya.

Hanya saja, suasana sekolah sungguh membuatnya di dalam mimpipun ingin merasakannya.

Teringat, saat itu, desa di bawah gunung ada sebuah sekolah dasar, saat itu dia sering memanjat tembok, bersembunyi di luar ruang kelas mendengarkan guru di dalam kelas sedang menjelaskan materi belajar.

Terakhir, orang di dalam desa semuanya sudah pergi keluar untuk kerja, banyak anak-anak juga dibawa keluar, sekolah dasar itu ditinggalkan.

“tahun ini kamu berumur 17 tahun, pas beranjak SMA kelas 3, masih bisa mengikuti Ujian Nasional, aku memanggil guru untuk mengajarimu, tes dulu pengetahuanmu sampai mana, kakekmu dulu adalah mahasiswa, aku pikir kamu harusnya tidak buruk.”

Selesai kakek Mo berbicara, membalikkan pandangnya kearah Aderlan, “kamu juga, bukannya kamu juga ada kemampuan? Buktikan padaku kamu mengikuti ujian masuk universitas. Kebetulan, kalian bersamaan, ada teman.”

Aderlan segera berdiri, sangat jelas ingin menolak, Jina yang dibelakang sofa segera bangun dan menarik-narik dia, “ adik keempat, dengarkan kata kakekmu, disini ada sedikit masalah, kamu kelak ingin melanjutkannya, jadi dengarkan kata kakek itu tidak salah.”

Jina mengatakan kata-kata yang hanya bisa dimengerti Aderlan.

Kakek Mo mengerutkan kening, melihat kearah Jina, “kamu didepanku mengatakan rahasia apa? Apa yang sudah dia perbuat diluar sana?”

Dengan nada suara yang tidak enak.

Jina dengan cepat berjalan hingga kedepan sofa, menuangkan segelas air untuk kakek Mo, “ayah, mana ada aku mengatakan hal yang rahasia, aku sekarang memberitahu dia, kelak ingin melakukan keinginan sendiri harus mendengarkan kata-kata anda, lagian, pengalaman anda lebih banyak, sudah mempertimbang jauh kedepan bukan?”

Sudah berkata sepanjang ini baru bisa membuat kakek Mo tenang sedikit.

Rozi ingin menolak, walaupun sekolah adalah impiannya.

Tetapi dia tidak ingin berhutang budi kepada keluarga Mo, begini, takutnya kelak tidak bisa melunasinya.

“kakek, aku tidak ingin……”

“gadis kecil, aku tau apa yang kamu pikirkan, kamu jangan banyak mikir, walaupun kamu dan adik keempat tidak mungkin ada perkembangan kedepannya, jadi lihatlah atas pertemanan aku dan kakekmu, aku juga harus menyekolahkanmu.”

Satu kata, menghentikan kata-kata selanjutnya dari Rozi.

“biaya keluarga Mo akan menanggungnya, kalau kamu merasa ada beban, kelak kalau kamu sudah lulus dan sudah punya penghasilan baru kamu kembalikan kepada keluarga Mo.

Disore hari itu, paman Jiang membawa seseorang, bawakan setengah mobil buku untuknya.

“buku-buku ini, kamu baca-baca, kamu bisa mengerti bagian yang mana?”

Rozi membungkuk-bungkukkan badannya, tidak peduli apa tujuan menyekolahkan dia, akan tetapi sesuai keinginannya juga sudah mencapai impiannya.

Kakek Mo sangat kaget dan buru-buru membangunkan dia, “ini sudah sepantasnya, aku dan kakekmu berteman baik, membantumu itu sudah seharusnya, kamu tidak perlu begitu.”

Sambil berbicara sambil manarik kursi untuk dia duduk.

Dan melanjutkan berbicara: “jika kamu dan adik keempat ada perkembangan, banyaklah belajar, juga demi kebaikan keluarga Mo, masalah ini kakek ada keinginan tersendiri.”

Rozi tertegun, terpikir sikap Aderlan sebelumnya, dia tidak memberikan tanggapan.

Dia dan Aderlan,he..he, mungkinkah masih ada kedepannya?

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu