Cantik Terlihat Jelek - Bab 665 Membuka Kartu

"Kamu siapa? Kamu sebenarnya siapa?" Aderlan menarik kakinya, berteriak kuat padanya.

Mimi tau saat ini, meskipun diam, berpura-pura, menjelaskan, hanya akan membuat situasi menjadi lebih canggung.

Dia berdiri pelan, melihat Aderlan: "Aku adalah Rozi, aku juga Mimi."

Nada bicaranya tenang, tapi, di dalam hatinya ada kegugupan yang tidak bisa dinyatakan.

Kedua tangan yang berada di dalam lengan terkepal sedikit demi sedikit, kuku panjangnya menancap telapak tangan, dari sedikit sakit sampai hatinya pun ikut sakit.

Dia tetap tidak melepaskannya.

Melihat Aderlan, kedua matanya pelan-pelan memanas, lalu merasa cairan membasahi kelopaknya.

"Maaf, aku tidak berpikir untuk membohongimu, saat sadar kalau ini mengarah ke salahpahaman yang amat besar, juga sadar kalau kamu sangat tidak suka kepada Mimi, jadi, tidak bisa menjelaskan, aku juga tau, kemudian, meskipun aku menjelaskan, tapi dimatamu sudah menjadi kebohongan, aku......aku tidak sengaja."

Dia berbicara sedikit kacau.

Aderlan membelakangi cahaya, tatapannya ditutupi setengah oleh poni rambut, Mimi tidak bisa melihat reaksinya dengan jelas.

Di dalam ruangan menjadi hening yang membuat orang menahan nafas.

Setelah beberapa saat......

"Beritau aku, yang mana kamu yang sebenarnya?"

Beritau aku, yang mana kamu yang sebenarnya?

Satu kalimat, membuat Mimi tidak bisa tidak menghela nafas, dieksekusi mati tidak menakutkan, yang menakutkan adalah proses dieksekusi,

Dia menegakkan badannya, tatapannya melewati Aderlan melihat tempa tidur di belakangnya.

"Yang mana aku yang sebenarnya, semua tergantung padamu, bukankah begitu?"

Setelah mengatakannya, Mimi langsung tertawa terbahak, setelah tertawa langsung menangis, pernah berpikir ratusan kali situasi seperti ini, Aderlan akan meragukannya adalah akhir yang paling sering dia pikirkan.

Tapi, harapan yang pernah ada, juga pernah berpikir mungkin saja cinta bisa menyelesaikan semua kesalah pahaman, semua kebencian.

Hanya saja saat ini, harapannya musnah, dia sedih sekali.

"Melihatku sedih, melihatku hampir gila karenamu, melihatku seperti seorang idiot, dipermainkan ditanganmu dengan begitu gampangnya, bagaimana rasanya? Seru sekali bukan?"

Nada bicara Aderlan suram, mengejeknya dengan tidak ada sedikit perasaan pun.

Tidak ada lagi pertemuan yang mengejutkan, tidak ada lagi semangat setelah statusnya terekspos, yang ada hanya marah dan pertanyaan.

Ini adalah alasan Mimi terus menghindar.

Aderlan menggunakan rasa sukanya terhadap Rozi menggantikan rasa bencinya kepada Mimi.

Hal ini yang paling tidak ingin Mimi lihat.

Hanya saja, apakah cinta adalah palsu?

Ketulusannya seberapa besar, apakah Aderlan tidak bisa merasakannya?

Ada kekecewaan yang tidak bisa dia ucapkan.

Melihat Aderlan, dia menggigit bibirnya, "Karena kamu tidak percaya, kalau begitu kita juga tidak perlu mengatakan apapun lagi."

Satu kalimat sederhana, tapi ada kerinduan bertahun-tahun di dalamnya.

Mimi berkata sampai akhir, sedikit tersendat.

Dada Aderlan naik turun karena marah.

Tapi hanya menatap Mimi tidak berkata apapun.

"Kalau aku tau kamu akan jatuh cinta pada Rozi, kalau aku tau kamu begitu membenci Mimi, maka aku....."

Mimi berhenti sebentar, baru melanjutkan lagi, "Maka aku lebih memilih tidak pernah muncul di keluarga Mo, tidak pernah mengenalmu."

"Aku suka padamu, tidak peduli Rozi ataupun Mimi! Tapi kamu hanya menyukai Rozi, jadi, aku tidak bisa memberitahu padamu kebenaran, mau percaya atau tidak terserah padamu, aku tidak bisa mengaturmu."

Setelahnya, Mimi menarik nafas.

Memejamkan matanya, memutar badannya, mengambil tas yang terjatuh di atas lantai, berjalan keluar.

Kali ini, Aderlan tidak mengejar.

Sampai sudah di jalan raya, Mimi baru menghela nafas, bersembunyi di belakang pemberhentian bus, kedua tangannya menutupi wajahnya, berlutut di atas lantai.

Menangis seputus asa seperti dulu.

Berjongkok di tepi jalan, dia tidak memikirkan tatapan aneh yang diberikan orang jalanan, menangis histeris, baru berhenti.

Perjalanan kembali ke perusahaan.

Dia mendapatkan telepon dari manager, maksudnya adalah, proyeknya akan diberi kepada orang lain.

Mimi melihat jendela luar, tertawa dingin sebentar, menundukkan kepalanya, dengan pelan memaki: "Dasar Aderlan bajingan!"

Keluarga Mo.

"Aderlan, kamu bilang Mimi adalah Rozi?" Jina bertanya dengan kaget dan tidak bisa mempercayainya.

Kakek Mo duduk di garis paling depan meja makan, menghentikan gerakannya, melihat Aderlan, "Kamu yakin kamu tidak salah?"

Aderlan mengangkat kepala melihatnya, "Kakek, aku merasa kamu adalah seorang penipu, bukankah kakek bilang dia adalah gadis yang baik hati dan polos? Jadi seperti ini, masih polos?"

Kevin menarik Aderlan, "Aderlan, kamu sudah gila, berbicara dengan kakek seperti ini."

Velve juga ikut berdiri, mengambilkan sup untuk kakek Mo, "Kakek, kemarin kakek bilang mau teko tanah liat, aku sudah mencarikannya untuk kakek, besok akan diantar kemari, warnanya cantik sekali."

Sambil berkata, sup yang sudah diambil disodorkan ke hadapan kakek, "Kakek, kamu coba, mamaku spesial membuatnya untuk kakek."

Jina juga cepat berkata: "Benar, pa, kemarin kamu bilang suka minum sup jamur liar seperti ini, aku suruh orang membawanya dari gunung."

Kakek Mo malah mengayunkan tangan besarnya, membuang semua alat makan dihadapannya ke atas tanah, mengambil tongkat dan berdiri, badannya terhuyung sedikit, Jina membantu menahannya.

"Pa, kamu jangan marah, hati-hati darah tinggi."

"Darah tinggi? Kamu dengar.....dengar bagaimana anakmu berbicara denganku?"

Sambil berbicara, berjalan ke hadapan Aderlan, "Aku sudah bilang anak ini beberapa tahun ini kenapa semakin jauh dengan kita, biasanya juga menghindari aku, rupanya ini semua karenamu?"

Sambil berbicara, sambil menunjuk Aderlan, "Kamu sendiri yang mengacaukan semuanya, sekarang malah menyalahkanku? Dia tidak baik, tidak baik, tapi dulu kamu mencintainya sampai mau hidup mau mati, kenapa?"

Menghadapi kemarahan kakek, Aderlan malah menundukkan kepalanya, tetap tidak cepat juga tidak lambat mengunyah makanan di dalam mulutnya.

Setelah hening beberapa saat, Aderlan baru menurunkan sumpit dan mangkuk di tangannya, tanpa menolehkan kepala berkata:

"Kakek, kamu jelas-jelas tau kalau dia adalah Rozi, kamu malah lihat cucumu seperti seorang gila kemana-mana menggila, apakah kamu sungguh mencintaiku? Hehe.....aku ingin tau, semua hal yang dia lakukan, apakah ada hubungannya denganmu?"

Perkataan ini bagaikan sambaran petir, mengejutkan semua orang yang disana, membuat mereka terdiam.

Kevin membuka mulutnya, lalu menutup lagi, berlari ke hadapan kakek, "Kakek, apakah kamu dalang dibalik semua hal ini?"

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu