Cantik Terlihat Jelek - Bab 37 Rencana Kedua

Bab 37 Rencana Kedua


Pada saat yang sama, di atas kapal pesiar mewah 


“Devan, ternyata Sherin masih berada di pulau… Setelah acara selesai, aku tidak bisa menemukannya. Setelah itu, aku dengar dari Dylan bahwa Sherin sudah pulang. Sekarang ponselku tidak ada jaringan. Langit sudah mengelap, aku takut Sherin seorang wanita di pulau bisa dilanda bahaya” Gabriel memegang ponselnya, wajahnya terpasang ekspresi yang cemas. Tetapi sebuah senyuman kecil terpasang di muka Gabriel ketika melirik ke pesan teks yang baru saja dia terima.


Devan melihat ke Dylan dan bertanya “Mengapa bisa begitu?” Dylan sempat ketemu dengan Andrew di hotel dan Dylan bertanya kepada Andrew dimana keberadaan Sherin. Andrew memberi tahu Dylan bahwa Sherin sudah pulang. 


“Andrew yang bilang dia sudah pulang” Devan berkata dengan suara kecil yang berisi sedikit ketakutan


“Biarkan kapal berlayar kembali ke pulau” Perintah Devan tanpa ekspresi di mukanya. Hati Gabriel merasa tenggelam. Dulu, Sherin hanya seorang pembantu Devan. Sekarang, Sherin tetap hanya seorang karyawan kecil Devan. Tetapi Devan begitu perhatian terhadapnya. Apakah Devan benar benar sudah jatuh cinta kepada Sherin?


Setelah beberapa saat, Dylan kembali dan menjelaskan bahwa kapten kapal mengatakan hari sudah mulai menggelap dan jarak kembali ke pulau sudah terlalu jauh, takutnya akan terjadi bahaya jika kapal berlayar kembali ke pulau lagi. Ekspresi muka Devan menjadi sulit untuk dibaca, dia melihat ke langit yang sudah mengelap dan berkata: “Dylan, kamu telpon ke hotel acara tadi dan meminta mereka untuk mengatur sebuah mobil dan mengantar Sherin pulang”


Melihat Devan yang sudah mulai cemas, hati Gabriel merasa semakin berat. Sepertinya apa yang dikatakan Gary itu benar, Devan benar benar jatuh cinta kepada Sherin. Mengapa? Gabriel sudah mengenal Devan selama 14 tahun. Selama 14 tahun ini, Gabriel berusaha keras agar Devan bisa mencintainya. Sherin baru saja mengenal Devan selama beberapa bulan. Gabriel tidak mengerti, mengapa Devan bisa jatuh cinta kepadanya. Bahkan keputusan Devan untuk menikahi Gabriel malah terjadi karena Devan sudah tidak memiliki pilihan lain selain itu. Berpikir sampai sini, Gabriel teringat Simon. Pasti karena Simon makanya bisa begitu. Gabriel merasa menyesal atas keputusan dirinya kemarin. 


Devan duduk di samping Gabriel dan menepuk kepala Gabriel dengan lembut : “Seharusnya tidak apa-apa. Kamu jangan risau, orang hotel akan mengantar dia pulang”


Gabriel tersenyum. Tentu saja dia tidak risau. Yang harus risau adalah Devan. Gabriel menyandarkan kepalanya di bahu Devan dan bertanya dengan lembut : “Devan, Aku tahu kamu cemas karena kamu tidak mau aku risau kan? Kan aku yang membawa Sherin keluar” 


Devan hanya diam. Dia sendiri tahu mengapa dirinya cemas.  Pada saat yang sama, Dylan membuat gerakan yang bertanda OK dalam posisi yang tidak bisa di lihat Gabriel. 


Pulau tadi merupakan pulau besar yang terkenal, pulau itu baru dikembangkan beberapa tahun lalu. Pulau terletak jauh dari kota dan tidak banyak penduduk yang menetap di sana. Yang berkunjung ke sana rata-rata hanya para turis. Demi masalah keamanan, jarang ada taksi yang berada di sana pada waktu malam. Apalagi Sherin adalah seorang wanita, tentu saja tidak aman baginya.


Setelah kapal tiba di pelabuhan, mereka di sambut oleh Pak Hasan. “Silahkan, Nyonya Gabriel” Gabriel mengangkat alisnya dan melihat kepada Devan. Mereka diantar oleh Dylan saat mereka berangkat, mengapa diantar oleh Pak Hasan saat pulang ?


“Dylan minum alcohol tadi. Makanya aku meminta pak Hasan untuk mengantar kamu pulang” Devan membuka pintu mobil untuk Gabriel dan terus berkata : “Tidur lebih awal setelah pulang”


 Gabriel merasa kecewa di dalam hatinya. Tetapi Gabriel teringat, walaupun sekarang Devan langsung berangkat ke pulau tadi, butuh waktu paling sedikit 1 jam lebih. Setelah 1 jam, bisa saja wanita itu sudah mati di sana. Berpikir sampai sini, Gabriel tersenyum kepada Devan dan memasukki mobil pak Hasan.


Melihat mobil pak Hasan sudah meninggalkan pelabuhan, Dylan segera berkata kepada Devan “kata orang hotel mereka tidak bisa menemukan Sherin. Sepertinya dia sudah meninggalkan hotel”


Tatapan Devan tenggelam dan menjawab : “Dia ingin cari mati. Biarkan saja” Devan tidak mengerti mengapa wanita ini masih berani meninggalkan hotel pada malam hari 


“Ayo, kita pulang ke rumahku” Devan masuk ke mobil 


“Bukankah kamu bilang aku minum alkhohol tadi?” Dylan menyindirnya


Devan tidak memiliki rasa cinta kepada Gabriel.  Beberapa tahun ini, Devan berusaha menghindari Gabriel jika tidak ada masalah penting yang terpaksa. Dalam hal ini, Dylan jelas mengerti Devan. Aroma wangi Sherin yang berada di tempat duduk mobil membuat Devan merasa cemas. 


“Benar benar mau pulang ke rumahmu?” Dylan menghidupkan mesin mobil dan melihat kepada Devan


“Kalau tidak?”


Dylan tidak berbicara. Dia pasti berpikir bahwa Devan akan berubah pikirannya, jadi dia sengaja mengemudi dengan lambat. Setelah beberapa saat, Devan mengeluarkan sebuah batuk ringan dan berkata : “Ayo kita pergi ke pulau. Jika ada sesuatu terjadi pada dia, aku tidak bisa menjelaskan dengan Simon”


Dylan tersenyum. Tidak bisa menjelaskan dengan Simon? Alasan yang bagus. Dia ingin melihat keras kepala Devan bisa sampai kemana?


Sherin melihat hutan yang berada di depan matanya. Di samping jalan masuk ada sebuah kayu lama yang menulis “Kapal Ferry” dan sebuah tanda panah yang menunjuk ke dalam hutan. Sherin melihat ke dalam hutan dan dia benar benar melihat ada sebuah jalan kecil. Meskipun dia merasa aneh mengapa pelabuhan kapal ferry bisa berada di dalam hutan, tetapi melihat langit sudah mulai mengelap dan gerimis, Sherin tetap jalan masuk ke dalam hutan dengan hati yang ragu.


Setelah Sherin masuk ke dalam hutan. Ada seseorang yang menukar kayu yang dilihat Sherin tadi menjadi sebuah kayu yang menulis “Bahaya. Dilarang masuk”


Temperatur di pulau ini berbeda dengan temperatur daerah Ciput. Sherin memegang erat jaket yang dia pakai dan terus berjalan ke dalam hutan. Setelah berjalan makin dalam, Sherin tidak bisa menemukan jalan keluar. Sherin mengerutkan alisnya dan berjalan kedepan lagi. Setelah beberapa menit, Sherin merasa ada sesuatu yang salah. Dia lihat ke belakang, jalannya seperti tidak ada bekas ada orang yang pernah berjalan di situ.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu