Cantik Terlihat Jelek - Bab 18 Tidak Seharusnya Terjadi

Bab 18 Tidak Seharusnya Terjadi

Dengan kesadaran terakhir yang tersisa itu, dia membalikkan badannya mau keluar.

Dia pun menurunkan gagang pintu yang ternyata sudah terkunci dari luar.

Anak nakal ini, tidak tahu dia tahu tidak apa yang sedang dilakukannya?

Dia memejamkan matanya dan dengan sekuat tenaga menarik wanita itu dari ranjang, kemudian memapahnya, dia mau menyiram wanita itu dengan air dingin agar dia sadar kembali.

Hanya saja…… pintu kamar mandi juga terkunci.

Memikirkan mereka berdua di dalam kamar tersebut, Devan memejamkan matanya, ada sedikit perasaan tidak tenang.

Dia berpikiran untuk mendobrak pintu, namun secara refleks dia menoleh lagi ke wanita yang terbaring di ranajang dan setengah sadar itu, dia adalah seorang wanita, dengan kondisi sepertinya bersama dengan dirinya, jika sekarang dia mendobrak pintu, takutnya hal ini bisa menjadi sulit untuk dijelaskan.

Walaupun dia percaya tidak terjadi apa-apa, tapi bagaimana dengan orang lain?

Tangannya pun akhirnya ia turunkan.

Hanya saja, wanita itu bagaimana bisa mengetahui hal ini? Matanya menjadi suram….. mukanya tampak tidak senang, dan menahan diri.

Sherin di dalam pelukkannya dengan tak sadarkan diri terus menerus mengelus-elus laki-laki yang menggendongnya itu.

Jakun Devan bergerak dengan keras, walaupun bentuk tubuh wanita ini tidak jelek, tapi biasanya, walaupun laki-laki ini melihatnya juga bisa menganggap dirinya tidak melihatnya, sesuai saja wanita seperti apa seh yang diinginkan Devan, bisa tidak ada.

Tapi, saat ini sekarang ini, bagi laki-laki itu wanita ini bukan tidak ada aura yang menggoda dirinya.

Dia lalu membaringkan Sherin kembali ke atas ranjang, saat dia mau melepaskan kedua tangannya, dia pun ditarik erat oleh wanita itu.

Semua kesadaran diri Devan terbuyar sampai sini.

Malam itu, Sherin hanya merasa dia telah bermimpi, mimpi yang sangat sangat aneh.

Dalam mimpinya, ada perasaan yang seakan menusuk dan membelah hatinya, menyakitkan, ada juga perasaan senang yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata……

Saat membuka kedua matanya, kepalanya terasa sedikit sakit, namun bagaimana pun sakit itu tidak bisa mengalahkan sakit pada tubuhnya.

Wanita itu mencoba menggerakkan tubuhnya, bagian yang terletak di antara kedua kakinya terasa nyeri membuatnya tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan dahinya, apa yang terjadi?

Dia menopang tubuhnya untuk duduk.

Lalu menemukan, dia bukan di dalam kamarnya, melainkan di kamar Simon.

Aneh!

Dia membuka selimutnya mau turun dari ranjang, lirikan dari ujung matanya membuatnya kelihatan ada segumpal-segumpal bekas seperti bekas benturan berwarna keunguan di pahanya, dia terkejut dan terdiam seketika.

Ini, apa yang sebenarnya telah terjadi?

Kenapa, dia sedikit pun tidak bisa mengingatnya.

“Chit” terdengar bunyi pintu terbuka dari luar sana, secara refleks dia menarik selimutnya, menutupi badan bagian bawahnya.

“Mama”

Itu suara Simon.

Sherin merasa lega dan berbatuk kecil, setelah itu baru bertanya:” Simon, kemarin aku kenapa bisa tertidur di kamarmu?”

Simon tidak terlalu menjawab pertanyaannya, mengelilingi kamar, membuka pintu kamar mandi dan melihat ke dalam sejenak, bibirnya melengkuk ke atas.

Lalu berjalan ke samping Sherin, berpura-pura tidak tahu apapun dan berkata: “Mama, semalam kamu dan papaku sudah tidur seranjang, bagaimana kesannya?”

“Shiung”Sherin hanya merasakan darahnya menancap ke atas, matanya melotot besar sekali, mulutnya setengah terbuka, nafasnya menjadi sangat cepat.

Setelah beberapa saat, dengan sorotan mata yang bengong dia berkata: “Simon, kamu…. kamu tadi bilang apa?”

Ekspresi wajahnya, jelas memberikan Simon jawaban yang memuaskan.

“Maksudnya, kamu dan papaku, harusnya sudah melakukan hal itu, hal yang membuat wajah orang malu itu deh? Seperti ini, harusnya kamu bisa….. sudah jadi mamaku deh?” jawab Simon yang sama sekali tidak menjawab pertanyaan Sherin, bapak yang di hotel kemarin sudah menjamin 100%, obat ini pasti mujarab.

Dahi Sherin mengerut menjadi satu, tiba-tiba menarik selimutnya sampai menutupi atas kepala, perlahan menundukkan kepala, saat dia melihat badan dan pahanya terdapat bekat yang sama.

Sebodoh apapun dirinya, dan sebagaimana tidak berpengalamannya dia, saat ini dia juga tahu apa yang sudah terjadi.

Dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya saat ini, otaknya sangat kacau, namun hal yang sangat di luar dugaan adalah dia tidak meneteskan air mata, karena hal ini sangat mengejutkan dirinya, hingga menangis pun juga tidak bisa menyelesaikan masalah ini.

Wanita itu dan Devan?

Laki-laki yang semalam baru saja bertunangan dengan wanita lain itu, laki-laki yang dia sudah dipastikan tidak mungkin bisa ada hubungan apapun dengan dirinya, tapi, dia dan laki-laki itu justru melakukan “hubungan” itu.

Ini……..

Dahinya mengerut, tidak bisa menerima.

“Papaku setiap bulan tanggal 1 bisa menemaniku tidur, kamu semalam kebetulan tertidur di kamarku, maka….” kata Simon dengan perlahan dan berhati-hati, sambil memperhatikan ekspresi muka Sherin.

Sherin menghempaskan selimut yang ada di tangannya, lalu melototi Simon, dengan wajah yang sangat serius berkata “Simon, ayo bilang sejujurnya, semalam di dalam susu yang kamu berikan kepadaku itu, apa kamu sudah tambahi obat?”

Sejak dia mengasuh Simon, dia sangat hangat, lembut, memanjakan dan menurutinya. Baru pertama kalinya berwajah serius seperti ini.

Simon yang dilototi dengan tajam itu pun menelan ludah, menyesali diri karena telah menutupi-nutupi tindakannya tapi akhirnya ketahuan juga.

“Aku…..aku…..”

“Apa kamu tahu apa yang kamu telah lakukan? Apa kamu tahu kamu sudah membuat masalah besar?” ujar Sherin dengan nada suara yang seakan sangat sakit tapi berusaha menahannya, layaknya ibu yang selalu mengerti akan sifat dan perilaku anaknya, walaupun dia dan anak itu baru berinteraksi dalam waktu yang tidak lama, tapi, Sherin tetap mengerti sekali anak itu, ekspresi wajahnya menandakan bahwa dia pasti terlibat dalam hal ini.

Sherin mengingat kembali bahwa tidak lama setelah dia minum susu itu, dia menjadi tidak bertenaga, tidak mungkin itu hanya kebetulan.

Simon hanya menundukkan kepalanya, tidak bersuara.

Sherin melihatnya, sangat marah namun apa daya, mengambil nafas dalam-dalam, dengan nada yang dingin dia berkata “Kamu keluar dulu, aku mau memakai baju.”

Otaknya sangat kacau, ini adalah pertama kali untuk dirinya, sesuatu yang paling berharga bagi seorang wanita dalam hidupnya hilang begitu saja, kalau dia bilang dia tidak dirugikan itu bohong, tapi hal ini terjadi karena ulah anaknya, dia bisa berbuat apalagi?

Otaknya sangat kacau seakan kusut menjadi satu, tidak bisa berpikir sedikit pun.

Apa sebenarnya, Devan…..

apa mungkin……. dia juga terminum obat…… 

“Kamu semalam juga….” jawab Simon setelah lama sekali diintrogasi dengan serius dan terus menerus oleh Sherin, sambil menundukkan kepalanya berjalan keluar.

Dan ia lalu membalikkan tubuhnya lagi untuk memandangi Sherin, raut wajahnya penuh dengan perasaan tidak senang, jelas-jelas dia merasa bahwa dia telah melakukan sesuatu yang menganggumkan, mama kenapa tidak berterimakasih padanya, tapi malah seganas itu?

Dia bukannya menyukai ayahnya? Dia bukannya sudah membantunya?

Melihat Simon seperti itu, Sherin pun mengambil celana tidurnya yang terletak di dalam selimut itu, kemudian berdiri. Menahan sakit di antara kedua kakinya itu. Turun dari ranjang dan berjalan ke hadapan Simon, lalu jongkok dan berkata “Simon, aku dan papamu bukan suami istri, maka kita tidak boleh melakukan hal tersebut. Tante Gabriel baru lah calon ibumu. Semalam yang kamu lakukan itu, kamu tahu tidak bahwa kamu benar-benar sudah melakukan kesalahan.” Menghadapi anak yang besar tanpa dampingannya ini, Sherin yang saat itu sungguh marah dan tidak rela, tapi kalau tidak memarahinya, dia juga merasa dia tidak melakukan apa yang menjadi tugas seorang ibu.

Simon sepertinya sudah menyadari keseriusan dari hal ini, menundukkan kepala dan tidak bersuara.

Dia berpikir bahwa tante suka papanya, dia pikir dia melakukan ini, tante pasti bisa merasa sangat senang, tapi saat ini tante sama sekali tidak terlihat senang dan bahagia, malah ekspresi wajahnya seolah mau menangis, apa mungkin, benar dia sudah salah?

Novel Terkait

Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu