Cantik Terlihat Jelek - Bab 346 Perubahan Ayah Mia

Saat makan, mereka semua tidak berbicara.

Mia tahu bahwa orang tuanya lebih tidak nyaman darinya.

Setelah selesai makan, ayahnya memotong buah-buahan dan mematikan TV, kemudian dia berkata, "Mia, ayo katakan apa yang terjadi."

Mia mengangguk, dia memberitahu orang tuanya serangkaian peristiwa ini, dari dia diajak oleh teman sekelasnya untuk bergabung dengan CMDP dan Eren datang mencarinya, sampai dia berhasil melakukan pencocokan dengan Mohan, kemudian hamil dan ingin menikah dengannya, satu-satunya yang dia tidak katakan adalah ancaman Seli terhadapnya, dia tidak ingin orang tuanya merasa bersalah, dia sangat memahami keluarganya sendiri, mereka tidak mungkin karena kepentingan diri sendiri dan tidak peduli dengannya.

"Tapi, kenapa kamu bisa hamil?" Ibu Mia bertanya.

Mia menggelengkan kepalanya, "Aku juga tidak tahu apa yang salah dari hal ini."

Ayah Mia mengerutkan kening dan tidak mengatakan sepatah kata pun dari awal hingga akhir, ibu Mia sangat cemas dan mendorongnya, "Coba kamu katakan sesuatu, apa yang harus kita lakukan sekarang?”

Ayah Mia menghela nafas rendah dan menatap Mia, "Mia, kamu selalu memiliki pendirian sendiri, coba kamu katakan bagaimana pendapatmu terhadap hal ini?"

Mia tahu apa maksud ayahnya, keluarga mereka selalu sangat demokrasi, ayah dan ibu selalu menghormati dia dan adik, mereka tidak akan mengambil keputusan untuk mereka hanya karena mereka adalah anaknya. Oleh karena itu, selama bertahun-tahun ini, orang tua Mia tidak pernah banyak bertanya tentang sekolah, kuliah, maupun tempat bekerjanya Mia.

"Ayah, aku ingin menikah dengan Mohan dan melahirkan anak ini, agar anak ini memiliki keluarga yang sempurna, aku ingin menikah dengannya." Lagipula, Mia tidak punya pilihan lain.

"Tapi kamu tidak mencintai pria itu, Mia, kamu tidak boleh begitu bingung, kehidupan seorang wanita tidak boleh hanya ada anak." Ibu Mia adalah seorang wanita yang berpengetahuan, dia selalu menganjurkan bahwa cinta merupakan yang paling penting dalam pernikahan, sehingga dia dan ayah Mia selalu saling mencintai selama bertahun-tahun.

Mia memandangi ibunya, orang tuanya tidak tahu bahwa dia pernah jatuh cinta pada seorang pria. Dia dan pria itu adalah cinta pertama, dia telah meramal pria tersebut selama beberapa tahun, meskipun dia tidak tahu apakah itu adalah cinta, tetapi dia ingin menikah dengan pria tersebut. Namun, pada akhirnya pria tersebut meninggalkannya karena uang, sejak saat itu, dia sudah tidak memiliki keinginan terhadap cinta,

Bahkan meskipun tidak ada ancaman Seli, dia juga tidak berniat untuk menemukan pria lain untuk berpacaran, dia merasa bahwa cinta sejati itu tidak bisa dipaksakan.

“Latar belakang Mohan lumayan bagus, mungkin jika waktu sudah lama, aku akan jatuh cinta padanya, semua hal mungkin terjadi.” Mia menghibur orang tuanya, tetapi dalam hatinya tertawa dingin.

Ibu Mia menatapnya dan menghela nafas, ayah Mia berdiri dan berjalan ke depan jendela, setelah beberapa saat, dia berkata: "Besok bertemu dengan orang tuanya, benar?"

“Suamiku, apakah kamu benar-benar ingin membiarkannya menikah begitu saja?” Ibu Mia tiba-tiba berdiri.

“Aku menghormati keputusannya!” Suara Ayah Mia sangat tegas, tetapi yang lebih banyak adalah membawa perasaan tidak berdaya.

"Kamu ..."

“Bu, apa yang sedang kamu lakukan ini? Bagaimanapun, aku menikah dengan orang kaya, kamu harusnya bahagia bukan?” Mia berusaha untuk berkata dengan santai.

"Mia, kamu harus mendengarkan saran ibu, meskipun pasangan suami istri yang miskin selalu sedih, tetapi hanya ada uang juga tidak mungkin bahagia, kamu harus hidup dengan pria ini seumur hidup." Ibu Mia berkata, lalu dia berbalik ke kamar dan mengambil sebuah buku tabungan, kemudian dia menyerahkannya kepada Mia, "Mia, ini adalah tabungan aku dan ayahmu selama bertahun-tahun, kamu jangan menikah dengannya, ambillah tabungan ini dan lahirkan anak tersebut, kami akan membantumu menjaganya."

Mia sangat terharu, dia memeluk ibunya, menutup matanya, air mata mengalir ke pipinya, "Bu, anak ini milik Keluarga Mo, meskipun aku melahirkannya, mereka tidak akan membiarkanku membesarkannya."

Mungkin kalimat ini memotong semua jalan mundur orang tua, kemudian, mereka tidak berbicara lagi.

Di malam hari, Mia tidak bisa tidur, dia mendengar ada suara di ruang tamu, dia bangun dan menemukan bahwa ayahnya sedang minum anggur.

Dia tahu sifat ayahnya, dia biasanya tidak merokok dan tidak suka dengan minuman anggur.

"Ayah."

"Mia, kamu masih belum tidur ya?"

"Ayah, Kenapa kamu tiba-tiba minum anggur?"

Melihat bahwa setengah botol dari anggur sudah kosong, Mia melangkah maju dan mengambil gelas dari ayahnya, "Ayah, jangan minum lagi."

Ayah Mia menghela nafas, "Mia, ayah tidak berguna, ayah tidak bisa melindungimu."

Hanya dengan satu kalimat ini, Mia langsung menangis, ternyata ayahnya tahu semuanya.

"Ayah, apa yang sedang kamu bicarakan? Aku hanya menikah dengan orang lain, ada apa yang perlu kamu lindungi?" Suara Mia sudah tersedak ketika dia sedang berbicara.

Ayah Mia mengambil botol anggur dan menuangkannya ke dalam mulut, anggurnya terlalu kuat, dan dia batuk beberapa kali.

"Mia, ayah tidak pernah begitu tak berdaya, ayah tidak pernah serakah dalam hidup ini dan selalu berpikir bahwa asalkan kita tidak melakukan hal yang tidak benar, maka kita tidak akan diganggu orang. Namun, Tuhan memberiku sebuah pelajaran hari ini, di depan kekayaan dan kekuasaan, aku tidak bisa melakukan apa-apa. "

"Ayah, tidak, kamu sangat bagus, sungguh, ayah ..." Mia menarik tangan ayahnya.

Kemudian, mereka berdua mendengar suara tangisan rendah di depan pintu kamar, dan Mia baru menemukan bahwa ibunya tidak tahu sejak kapan sudah berdiri di depan pintu.

"Kamu menelepon Mira, suruh dia besok jangan pulang, dia sifatnya agak impulsif, hal ini, kita memberitahu dia pada akhirnya."

Mia dan Mira hanya berbeda dua tahun, sejak kecil hubungan mereka berdua sangat baik.

Dia baru saja lulus dari kuliah tahun ini, dia adalah pria yang pendiam, sepertinya dia sedang magang baru-baru ini.

Keesokan harinya, ketika Mia bangun, orang tuanya sudah sedang berdandan, ayahnya mengeluarkan jasnya yang disimpan selama bertahun-tahun, itu adalah jas yang dia katakan kepada ibu Mia bahwa dia akan memakainya ketika Mia menikah.

Ibunya mengenakan gaun, itu adalah gaun yang tahun lalu ayah Mia menghabiskan gaji satu bulan untuk membelinya ketika memperingati hari pernikahan mereka ke-28 tahun,.

Dibandingkan dengan keseriusan mereka, Mia lebih santai daripada mereka, karena dia mengerti bahwa apapun yang dia kenakan, pria itu juga tidak akan menyukainya, tentu saja dia juga tidak ingin disukai olehnya.

Sweater dan celana jeans, sama seperti kemarin, hanya mengganti baju tanpa mengganti modelnya.

Ibunya mengerutkan keningnya, "Mia, aku ingat tahun lalu ketika kamu secara resmi bekerja, bukankah kamu ada membeli satu set pakaian formal, pakai saja baju tersebut, kelihatannya lebih bagus."

Mia tercengang, kemudian tersenyum dan berkata, "Tidak perlu, pakaian sekarang ini sudah cukup bagus." Setelah pikir-pikir, dia berkata lagi: "Aku sekarang telah kurus dan tidak terlihat bagus jika memakai baju tersebut."

Ibu Mia masih ingin mengatakan sesuatu, dan ayah Mia terbatuk pelan, "Begini saja tidak apa-apa. Kita memakai pakaian lebih formal itu merupakan sopan santun, kalau Mia, terserah dia saja, dia tidak perlu membuat apa-apa untuk menyenangkan mereka."

Mia menatap ayahnya, dia selalu merasa bahwa setelah semalam, ayahnya sepertinya berbeda, tetapi dia tidak bisa mengatakan mana bedanya.

Keluarga Mo menelepon Mia dan mengatakan bahwa ingin mengantar mereka pergi, tetapi Mia menolaknya. Kampung kecil ini hanya begitu besar, dia tidak ingin membuat terlalu heboh dan membuat orang lain menggosipkan orang tuanya di belakang.

Karena mobil sedang diperbaiki, mereka duduk taksi ke stasiun. Setelah turun dari kereta, supir keluarga Mo sudah menunggu di luar.

Ayah Mia tidak berbicara, ibu Mia memegang lengan ayah Mia dan selalu tersenyum, sehingga kelihatannya sangat sopan.

Mobil akhirnya berhenti di sebuah vila pribadi.

Setelah memasuki vila tersebut baru tahu ternyata itu adalah sebuah restoran.

Kakek Mo dan Nenek Mo sedang berbicara di halaman, ketika melihat Mia mereka datang, mereka langsung melangkah maju untuk menyambutnya.

"Ayah, ibu, ini adalah kakek dan nenek Mohan."

Ayah dan ibu Mia mengangguk pada keduanya, “Halo, kami adalah orang tua dari Mia.” Ayah Mia menyapa dengan tidak sombong dan tidak rendah hati.

Kakek Mo mengangguk, "Terima kasih karena telah mendidik anak yang begitu baik hati."

Kalimat ini membuat Mia sedikit terkejut, gambaran yang dia bayangkan adalah keluarga Mo akan mempermalukan orang tuanya.

Ayah Mia tersenyum.

Pada saat ini, ada suara rem di luar.

Kemudian, terdengar seseorang berkata, "Tuan Mo, Anda sudah datang ya."

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu