Cantik Terlihat Jelek - Bab 510 Ciuman Tak Terduga

Masuk ke ruang studi, Hutu berdiri di pintu, menundukkan kepala, tidak berani bergerak.

Dia merasa sangat bersalah.

Pada saat ini, sebuah tangan merentang ke arahnya, Hutu langsung bersembunyi, tetapi ternyata tangan besar tersebut hanya melewatinya, menutup pintu di belakangnya.

Kemudian Raven mundur dua langkah, mengambil barang yang telah dia siapkan di atas meja, menunjuk pada bangku di sampingnya, dan menyuruhnya duduk.

“Angkat kepalamu.”

Hutu tertegun, melihat botol alkohol medis di tangannya, barulah dia tahu, Raven ingin mengobati luka di wajahnya.

“Sebenarnya, ini tidak apa-apa.” Dia berbisik, tadi dia sudah melihat di dalam mobil, ini hanya tergores, dan karena lukanya agak lebar, jadi terlihat lebih menakutkan.

Tatapan Raven menjadi suram, dia mengulurkan tangannya, dan mengangkat dagunya.

Kemudian dia membungkukkan tubuhnya, Hutu memejamkan mata dan mendekatkan wajahnya.

Ketika alkohol menyentuh kulitnya, dia tidak bisa menahan diri mendesis, “Sakit!”

Gerakan Raven menjadi lebih lembut, tetapi berkata dengan nada dingin, “Lain kali jangan......”

“Tidak ada lain kali, aku janji!” Hutu langsung memotong kata-katanya, berbalik dan ingin berjanji padanya, tetapi dia lupa saat ini jaraknya sangat dekat dengan Raven.

Jadi, bibirnya tersentuh bibir Raven.

Waktu seolah-olah berhenti pada saat ini.

Hutu merasa jantungnya berdebar sangat kencang, sepertinya akan melompat keluar.

Tubuhnya secara alami mundur ke belakang, menundukkan kepala, dan terasa agak panik, “Pa...... Paman, aku.... aku berjanji tidak akan begitu lagi.”

Raven menegakkan tubuhnya, menjawab ya, suaranya sangat tenang.

Hutu menggigit bibirnya, wajahnya sangat malu, dia tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan.

“Pergi keluar dan makan sesuatu!”

“Oke.”

Setelah keluar dari ruang studi, Hutu memegang bagian dadanya dan menghela nafas lega.

Nini melihatnya keluar, menunjuk mangkuk di hadapannya, “Hutu, cepat datang, mie yang dibuat bibimu sangat enak.”

“Bump”, Suara banting antara mangkuk dan wajan.

Kemudian Bibi di dalam dapur bergegas keluar, “Hey hey, anak ini, jangan sembarang memanggilku, aku adalah bibinya Raven.”

Dia batuk dan berkata: “Bibi kandung!”

Selesai berkata, dia melihat Hutu, melangkah maju dan menariknya, “Hutu, kamu harus memanggilku nenek, tidak boleh memanggilku bibi, jangan salah memanggilku.”

Pikiran Hutu semakin kacau, teringat ibunya Raven, dia mengangkat kepala melihat wanita di depannya ini dengan teliti, benar-benar lumayan mirip.

Tetapi...... usianya dan statusnya!

Dia benar......

Bibi sepertinya lumayan bangga dengan keterkejutan mereka berdua, dia mengangkat bahu, kehilangan penampilan serius, dia malah mengangkat alisnya.

“Haiks, memiliki seorang keponakan yang begitu besar, aku juga merasa pusing!”

Selesai berkata, dia kembali ke dapur.

Nini memutarkan matanya pada Hutu dan berbisik, “Keluargamu lumayan kacau, usia paman hampir sama dengan keponakan, dan nenek juga tidak jauh beda dengan paman, hehe..... benar-benar kacau!”

Benar-benar kacau..... benar-benar sangat kacau!

Kata kacau membuat hati Hutu tersentuh, dia teringat tadi di dalam ruang studi, hatinya berdebar kencang, dia merasa bersalah dan menundukkan kepalanya, diam-diam dia memperingatkan dirinya sendiri, ya, sudah cukup kacau, jadi jangan mengacaukannya lagi!

Selesai makan, keduanya disuruh oleh “nenek” ke dalam kamar dan tidur.

Ketika Hutu bangun, sudah jam dua siang.

Tempat tidur di sebelahnya sudah kosong, dan terdengar suara tawaan ceria dari luar.

Dia bangkit dan turun dari ranjang, berjalan keluar, dan terdengar Nini berkata: “Nenek, apakah Paman memiliki pacar?”

“Tidak! Dia sibuk kerja setiap hari.”

“Ah, paman begitu tampan, apakah tidak ada yang mengejarnya?”

Hutu melihat ke arah ruang studi, pintu kamar yang biasanya tertutup rapat, terbuka pada saat ini, tidak ada seorang pun di dalam, dia menghela nafas lega.

“Banyak sekali, baik wanita dari keluarga kaya maupun artis selebritis, dan sekarang, juga menarikku menjadikan alasan.”

Sambil berkata, dia menghentikan gerakan membungkus pangsit, menatap Nini, dan berkata dengan bangga:

“Aku keluar dengannya, orang lain selalu bilang aku adalah pacarnya, dan bocah ini tidak pernah mau menjelaskannya, jadi semakin lama semakin banyak orang yang mempercayainya.”

Dapat dilihat sifat Bibi keluarga Ningga sangat ceria dan tidak terikat pada peraturan.

“Kalau begitu bukankah akan menyebabkan Bibi sulit menemukan pacar?” Nini membungkus pangsit di tangannya sambil berkata.

Mata bibi berkedip, “Tidak apa-apa, orang yang aku sukai tidak akan lari.”

Pada saat ini, dia mengangkat kepala dan tersenyum menatap Hutu, “Hutu, kamu sudah bangun?”

Hutu datang dan memanggil dengan hormat, “Nenek.”

Bibi muda tertegun dan tersenyum lebar, menunjuk Hutu sambil menggeleng kepala, “Jangan jangan, namaku Yili, usiaku hanya lebih tua tiga tahun dari pamanmu, kamu memanggilku nenek, aku akan merasa tertekan.”

Sudut mulut Hutu terangkat, dia menemukan sifat kakak beradik ini sangat baik, Ibunya Raven sangat lembut dan ramah, sedangkan bibi muda ini juga ceria dan baik.

“Apakah paman sudah berangkat kerja?” Dia menunjuk ke arah ruang studi.

Yili mengangguk, “Dia sudah lembur beberapa malam berturut-turut, semalaman dengan tidak mudah dia tidur lebih awal, namun dibangunkan oleh kalian, dan tadi pagi ada sedikit urusan, jadi keluar pagi-pagi, dia menyuruh kalian menunggunya, dia akan membawa kalian kembali sore nanti.”

“Ok!”

“Tidak perlu!” Kedua suara menjawab pada waktu yang sama.

Nini mengangkat kepala,dan memainkan mata pada Hutu, “Hutu, biarkan saja paman yang mengantar kita kembali, mumpung dia juga satu jalan.”

“Nini, mari kita naik kereta, besok adalah hari Senin, paman harus kembali kerja, bolak balik seperti ini terlalu lelah.”

Yili meminum seteguk air, dia meminum sambil menggelengkan kepalanya, “Tidak apa-apa, mungkin sebagian besar waktu berikutnya, Pamanmu akan lebih sering berada di sana, dan besok kebetulan ada urusan di sana, jadi sekalian.”

Nini membuat isyarat ok pada Hutu.

Hutu mencibir, dia bukan seseorang yang suka merepotkan orang, namun sepertinya, akhir-akhir ini, dia selalu menyusahkan pamannya.

Ketika Raven kembali, mereka bertiga sedang bermain kartu, bibi muda dan Nini sangat berpengalaman, jadi uang Hutu yang tersisa telah “dihabiskan” oleh mereka berdua.

“Paman, kamu sudah kembali.” Orang yang duluan melihat Raven adalah Nini, dia berdiri, berjalan dua langkah menuju ke arah Raven, dan tersenyum ceria.

Hutu menatap Nini, tatapannya menjadi semakin mendalam.

Novel Terkait

Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu