Cantik Terlihat Jelek - Bab 662 Keanehan Aderlan Terhadap Mimi

"Te....Terimakasih presdir Aderlan, aku.....aku nanti naik taxi pergi sendiri, tidak....."

Dia merasa dia benar-benar tidak berguna, bisa-bisanya tidak bisa berbicara dengan jelas saat menghadapinya.

"Naik."

Aderlan memotong perkataannya, nada bicaranya tidak mudah ditolak.

Mimi masih ingin mengatakan sesuatu, manager langsung berjalan kemari, membukakan pintu kursi belakang untuk Mimi.

"Niat baik presdri Aderlan, cepat pergi, kamu lihat tanganmu ini, kalau tidka pergi berobat, nanti pasti akan hancur."

Sambil berkata, sambil mendorong Mimi masuk ke dalam mobil.

Aderlan sudah duduk ke bagian dalam mobil.

Pintu mobil tertutup, Mimi hanya merasa kakinya diikat seutas tali, jarinya sepertinya semakin sakit.

Otaknya kosong.

Sampai dia lupa mengatakan kepada Aderlan mau pergi ke rumah sakit mana.

Sampai mobil berhenti, dia baru tersadar, melihat tanda rumah sakit di sebelah kanan mobil, baru sadar kalau sudah sampai.

Pintu mobil dibuka dari luar oleh asisten Aderlan, "Halo, sudah sampai."

Mimi mengangguk, memutar kepalanya, sedikit membungkuk kepada Aderlan, "Terimakasih presdir Aderlan."

Setelahnya, dia langsung turun.

Hanya saja, dia masih belum berdiri tegak, pintu mobil sisi lainnya juga terbuka, terdengar suara pintu tertutup.

Aderlan juga ikut turun.

Apa maksudnya ini?

"Presdrir Aderlan......"

"Ayo, karena aku yang menyebabkan, maka harus bertanggung jawab."

Suaranya yang tenang membuat Mimi sedikit tidak mengerti maksud perkataannya.

Ini tidak seharusnya sikap Aderlan kepada Mimi.

Mereka berdua berjalan satu depan satu belakang ke rumah sakit.

Aderlan tidak bisa menjelaskan saat ini dia berbuat seperti ini, sebenarnya kenapa?

Karena tadi saat dia menutup jendela, jelas-jelas helaan nafas itu membuatnya penat?

Atau karena, saat Mimi mengerutkan keningnya itu, mirip sekali dengan orang itu yang ada di lubuk hatinya.

Seperjalanan, dia berusaha menghilangkan pemikiran yang muncul di hatinya.

Ataupun si tersangka tidak tau sedang melakukan apa, tapi penonton disamping bisa melihat jelas!

Beberapa tahun lalu, Kevin berkata kepadanya, Mimi mirip sekali dengan Rozi, karena kebenciannya yang amat mendalam terhadap Mimi, jadi dari lubuk hatinya, dia menolak untuk berpikir demikian.

Tapi, sudah lewat berapa tahun, waktu melihat wanita ini lagi.

Dia selalu merasa beberapa hal, ataupun mungkin saat itu dia sedang gegabah.

Dia sama sekali tidak pernah berpikir detail, tidak lama munculnya wanita ini, adalah waktu Rozi muncul..

Dan juga, jelas-jelas Rozi pernah mengatakan kepadanya, dia adalah seorang wanita, karena keadaan terpaksa makanya berdandan menjadi pria.

Dan juga, saat Mimi masuk kuliah, Rozi bilang dia juga masuk kuliah.

Mimi anak yatim, Rozi juga anak yatim.

Semuanya, hampir sedikit sangat kebetulan,

Tapi, hanya karena kebenciannya terhadap Mimi, makanya dalam hatinya tidak akan berpikir seperti itu.

Saat ini, dia melambatkan langkah kakinya, dalam hatinya muncul pemikiran itu membuat hatinya yang beberapa tahun ini tenang bagaikan air, berdetak dengan gila.

Melihat punggung wanita itu, tinggi badan ini, gaya berjalan ini, tangannya yang berada di dalam saku celananya, sedikit demi sedikit mengepal.

Kalau Mimi adalah Rozi.

Dia menarik nafas, lalu menggertakkan giginya, hatinya berantakan sekali.

Mimi tau Aderlan ikut dibelakangnya, seluruh tubuhnya menjadi kaku.

Sesampainya di rumah sakit, dokter bilang jarinya tidak patah, hanya saja terjepit luka.

Masih belum siap dibungkus, Ibu Ram langsung datang.

Dia menghela nafas tanpa alasan, kenapa kemana-mana, selalu ada orang yang Ibu Ram kenal?

Seumur hidup Ibu Ram hanya berkontribusi dalam dunia medis, dia departemen ginekologi, mempunyai sangat banyak pengalaman, banyak sekali operasi besar semuanya akan mencari dia untuk melakukannya.

Jadi, jodohnya di dalam bilang ini sangat bagus.

Sedangkan dia tidak hanya sekali mengekspos Mimi dan Rambo di lingkaran pertemanannya, menjuluki sendiri "satu anak laki-laki satu anak perempuan, lengkap sudah".

Jadi di rumah sakit ini, yang kenal dengan Mimi tidak sedikit.

"Kenapa bisa begini? Lihat tanganmu sampai bengkak seperti ini!" Ibu Ram memegang tangannya, terus menghela nafas, tatapannya penuh kesedihan.

Asisten disebelah berdehem pelan, mengira kalau Ibu Ram adalah mama Mimi, mengangguk dan menyapa, sambil berkata:

"Tante, maaf sekali, kami pasti akan bertanggung jawab."

Ibu Ram memutar kepala melirik asisten, langsung bangkit, "Oh, ini adalah atasan Mimi bukan? Tidak apa-apa, kesulitan di pekerjaan memang tidak bisa dihindar, ehn, kalau kalian masih ada urusan, pergi sibuk saja, aku yang menjaganya saja."

Setelahnya, Ibu Ram menuangkan air, lalu memberikannya untuk Mimi.

"Apa kata dokter?"

"Luka jepit, tulang tidak apa-apa." Mimi menerima gelas tersebut, menjawab dengan tersenyum.

Saat ini, terdengar suara pintu terbuka.

Selanjutnya, Rambo dengan nafas tersenggal berlari dari luar masuk ke dalam, "Ada apa? Tanganmu kenapa?"

Cuaca dibulan November, tapi keningnya malah penuh keringat, dia masih belum berdiri tegak, sudah bertanya dengan buru-buru.

Mimi terduduk, menarik sebuah tisu dan menyodorkan untuk Rambo, "Kenapa kamu kemari? Tidak apa-apa, hanya luka jepit, cepat lap keringatmu."

Rambo tidak mengambil tisu yang disodorkan Mimi, hanya berputar ke sisi lainnya, dengan berhati-hati mengangkat tangan Mimi, keningnya berkerut, "Sudah bengkak seperti ini, apa sudah scan x-ray? Tulangnya sungguh tidak apa-apa?"

Setelahnya, melihat Ibu Ram dan berkata: "Ma, kamu sudah tanya dokter? Apa kata dokter?"

Ibu Ram menunjuk Aderlan yang berdiri di sebelah jendela yang tidak berbicara daritadi, "Dengar dari atasannya, tidak apa-apa."

"Atasan......" Rambo memutar kepalanya, saat melihat Aderlan, ekspresi wajahnya dalam seketika berubah menjadi sangat tidak bagus.

"Kenapa kamu bisa disini?" Nada bicara Rambo sangat tidak bersahabat.

Ibu Ram tidak begitu suka menonton berita, juga tidak memperhatikan orang-orang muda ini, dia kenal dengan Jared, tapi tidak kenal dengan Aderlan, mendengar anaknya berbicara dengan Aderlan seperti itu, langsung menarik Rambo.

"Kamu kenal?"

Rambo memutar kepalanya, melihat Ibu Ram tidak ada jawaban, lalu melihat Mimi berkata lagi, "Aku sudah mempersiapkan cincin pernikahan, tapi tanganmu ini luka seperti ini, lalu bagaimana pernikahan kita? Bukankah harus diundur?"

Mimi hanya menundukkan kepala, mendengar Rambo berkata seperti itu, sedikit tercengang, mengangkat kepalanya, bertatapan dengan Rambo, saat Rambo mengedipkan matanya, Mimi sepertinya mengerti sesuatu, bibirnya tersenyum.

"Luka bukannya dua tangan, tangan kiri terluka, pakai di tangan kanan juga bisa!"

Setelah Mimi berkata, lalu menundukkan kepalanya lagi, menutupi kepanikan di matanya.

Tapi di mata orang luar, Mimi benar-benar sangat malu.

Geraham belakang Aderlan mengeras, menyipitkan matanya dan mengerutkan keningnya, menikah? Jantungnya tanpa alasan berdetak lebih cepat lagi.

Novel Terkait

My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu