Cantik Terlihat Jelek - Bab 192 Devan, Kamu Gila

Tifa sendiri adalah dokter di bidang ini, dia tahu arti keguguran anak Clover di bawah kondisi seperti ini.

Tifa tahu kata-kata dokter itu benar.

Video call terputus dan Devan menelpon Tifa, "Tifa, aku mau lihat kakak iparmu, mengapa kamu tidak mau mengangkat video call?"

Suara Devan terdengar marah dan cemas.

Tifa berusaha menenangkan emosinya sebelum bersuara : "Kakak.... kakak ipar lagi tidur, kalau tidak, besok baru lihat saja?"

"Kamu tidak mau mengangkat ya, kalau begitu aku pergi sekarang"

"Devan, kamu gila, apakah kamu sudah tidak mau kakimu?" Tifa mendengar suara teriakan Dylan.

Tifa menutupi mulutnya dengan cemas, "Baik, kakak, aku kasih kamu lihat"

Setelah mematikan telepon, Devan langsung video call Tifa, Tifa mengangkatnya dan berdiri di tempat yang agak jauh dari tempat tidur : "Kak, kamu lihat, kakak ipar sedang tidur, aku sudah bilang"

"Kamu jalan lebih dekat"

"Kak, kamu gitu akan menganggu kakak ipar"

"Aku suruh kamu jalan lebih dekat, jalan lebih dekat!"

Mendengar sampai sini, Tifa berjongkok di lantai dan mulai menangis, "Kak, apakah boleh jangan lihat lagi, aku minta tolong......"

Dia sebagai orang luar saja tidak bisa menahan melihat Clover begitu, apalagi Devan.

Video call terputus.

Setelah beberapa saat, pintu dibuka dengan kuat, Dylan dan satu dokter memegang Devan memasuki ruangan.

Tifa berdiri dan lari ke Devan, "Kak, apakah kamu sudah gila, dokter berkata kamu tidak boleh gerak"

Devan melihat Tifa dengan dingin sebelum melepaskan pegangannya.

Di atas tempat tidur, Clover memejamkan matanya, wajah dia menjadi lebih besar setengah lipat daripada wajah biasanya, kalau bukan wajahnya tidak berubah, Devan benar-benar mengira dia masuk ke salah ruangan.

Dahi, pipi, mulut, dagu dan wajah Clover yang putih itu dipenuhi dengan luka memar yang hijau dan luka gores yang bergaris garis, melihat ke bawah, leher dan tangannya sudah tidak berwarna putih seperti dulu, luka yang parah memenuhi seluruh tubuhnya.

Devan menarik selimutnya dengan lembut, Tifa tiba-tiba menahan dia, "Kak, kamu menganggu kakak ipar"

Pada saat itu, seorang perawat masuk ke dalam ruangan dan berkata, "Kalian jangan mengelilingi begitu banyak orang di sini, pasien harus istirahat dengan baik sekarang, anak dia baru saja gugur dan lukanya sangat parah, kalau tidak dijaga dengan baik, nyawanya akan ikut hilang" Setelah itu, perawat mengganti botol infus yang baru untuk Clover, pada saat selimut Clover ditarik, Devan melihat sebuah kain karet putih melingkari perut Clover dan kulit Clover yang tidak dilingkari kain dipenuhi dengan luka.

Anak gugur? Hati Devan terasa sangat sakit.

Tangan Tifa masih menahan di atas lengan Devan, pada saat Tifa merasa ada sesuatu yang basah di tangannya, dia mengangkat kepalanya dengan kaget dan melihat wajah Devan sudah di basahi air mata.

"Kakak........."

"Semuanya keluar"

"Devan"

"Kalian keluar dulu" Suara Devan sangat rendah, tetapi malah membuat orang merasa sangat dingin, awalnya perawat itu masih mau berkata, tetapi setelah melihat ekspresi Devan, dia memilih untuk diam.

Perawat itu pun mengambil botol infus yang kosong dan keluar dari ruangan dengan buru-buru.

Dokter itu mengambil bracket untuk Devan dan meletakkan kaki Devan yang luka di atas bracket sebelum keluar dari ruangan.

Dylan memeluk Tifa yang masih menangis dan menepuk bahu Devan sebelum berjalan keluar dengan perlahan. Di dalam ruang yang besar ini, hanya tersisi Devan dan Clover yang sedang koma.

Devan menatap Clover pada waktu yang sangat lama.

Tenggorokan Devan bergerak sangat cepat, Devan memegang tangan Clover yang bengkak, kukunya sudah dipotong menjadi pendek, tetapi bekas darah kering yang berada di dalam kuku Clover mengingatkan Devan betapa kesusahan yang dialami wanita ini pada saat itu.

"Devan, bolehkah kita jangan pakai kontrasepsi lagi? Selama masih muda, kita lahirkan satu anak lagi, biar bisa temani Simon dan Momo"

"Devan, mengapa bulan ini masih belum hamil?"

"Devan, apakah karena staminaku tidak bagus, makanya lebih susah hamil?"

"Devan, apakah kamu sudah tidak bisa menghamili lagi? Jangan-jangan aku merusak kesehatanku pada saat melahirkan Momo kemarin?"

"Devan, kamu tidak berada di sisiku pada saat aku melahirkan dua anak kita, aku mau lahirkan satu lagi, agar kamu bisa merawat aku, orang berkata wanita adalah seorang putri pada saat hamil, setelah melahirkan wanita adalah ratu, tetapi pada saat mengandung dua anak kita, aku adalah pembantu"

"Devan, kalau tidak bisa hamil lagi juga tidak apa-apa, Simon dan Momo berdua sudah cukup juga"

"Devan, tetapi aku masih mau satu anak"

Devan tahu Clover menyukai anak-anak, dia menyukai Simon, menyukai Momo, Clover ingin melahirkan satu anak lagi, dia sangat berharap........

Tetapi?

Clover bisa jadi tidak bisa hamil lagi? Hanya karena untuk menolong kaki Devan.

Clover sendiri berjalan ke bawah gunung yang baru saja terjadi salju longsor.

Dia merasakan gelisah dan ketakutan yang seperti apa pada waktu itu?

Dia terpeleset di tempat mana, jatuh di lubang mana, digores oleh apa, dia merasa seberapa takut pada waktu itu?

Devan tidak berani terpikir!

Clover bahkan meninggalkan semua makanan dan air untuk Devan, Clover, apakah kamu sedang mempermainkan nyawamu?

Kalau kamu mati, untuk apa aku hidup sendiri?

Devan memang bukan orang yang gampang emosi, tetapi pada detik ini, dia tidak bisa menahan air matanya.

Clover menyadarkan diri setelah tiga hari.

Pada saat dia membuka matanya, dia melihat Devan yang berbaring di satu tempat tidur lagi, melihat kaki Devan yang digantung di atas braket, Clover menghela sebuah nafas lega.

Clover berputar balik badannya dengan lembut, tubuhnya yang serasa sudah mau hancur beberapa hari lalu sepertinya sudah jauh lebih baikan.

Clover melihat ke Devan dan sudut mulutnya terangkat, untungnya dia sudah kembali juga.

Pintu terbuka dan Tifa memasuki ruangan, melihat Clover sudah sadar diri, Tifa mau berteriak, Clover membuat gerakan jangan terhadap dia dan menunjuk ke Devan yang tertidur nyenyak.

"Tifa, apa kata dokter mengenai kaki kakakmu, baik-baik saja?" Clover bertanya dengan suara kecil yang gugup.

Tifa meletakkan sup di atas meja dan membungkukkan badannya terhadap Clover, "Kakak ipar, aku mewakili keluargaku mengucapkan terima kasih kepada kamu, terima kasih sudah meresikokan nyawamu untuk menyelamati kakakku"

Clover melamun sejenak sebelum menutupi mulutnya dan tertawa, "Tifa ,kamu bilang apa? Ini bukan masalah besar, kalau bukan karena untuk menemaniku, kakakmu juga tidak akan menjadi begitu, selain itu, dia adalah kekasihku, tentu saja aku harus menyelamatkan dia"

Kata-kata Clover membuat Tifa tiba-tiba mengerti kenapa kakaknya begitu setia terhadap wanita ini setelah menjumpai begitu banyak wanita.

Kebaikan hati dan usaha wanita ini tidak bisa berbanding dengan wanita lain.

Padahal dia mengalami begitu banyak kesusahan tetapi akhirnya, dia berkata seolah-olah itu bukan masalah besar.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu