Cantik Terlihat Jelek - Bab 352 Bagaimana Setelah Melahirkan

Mohan mencibir menyeringai, bagus, lagi hamil juga tidak santai ya, sibuk menggoda pria lain, tapi, Mohan masih menelepon body guard yang mengikuti Mia, “Segera pergi ke Jalan Timur Raya 1, ada masalah disana.”

Selesai mengatakannya, wajah Mohan masih tenang dan terus melanjutkan meeting dengan beberapa petinggi eksekutif senior.

Beberapa petinggi eksekutif senior melihat Mohan yang tenang, mengira tidak ada masalah.

Seli yang berdiri cukup dekat, bisa mendengar dengan jelas suara dari telepon, saat ini, dia melihat wajah Mohan tidak peduli, dan tersenyum menyeringai.

Meeting berjalan normal sampai telepon yang ada ditangannya berdering kembali.

Mohan mengerutkan kening, membuat gerakan berhenti sejenak, lalu mengangkat telepon, “Presiden Mo, nona diantar Helmi kerumah sakit, kami perlu mengikutinya tidak?”

“Menurutmu? Beritahu orang rumah.”selesai mengatakannya, dia menutup telepon, matanya tampak tidak sabar.

Diluar ruang operasi.

“Bukankah masih dua minggu lagi? Kenapa tiba-tiba mau melahirkan? Aduh, semoga saja tidak terjadi apa-apa ya?”tangan Nenek Mo memegang kursi roda kakek Mo dan menghela nafas.

Kakek Mo tidak mengatakan apa-apa, tatapan matanya memandang kebawah dengan mata penuh pertimbangan.

Nenek Mo memegangi kedua tangannya, menatap pintu ruang operasi, dan tidak bisa melihat suasana hatinya.

Di sudut beberapa meter jauhnya, Helmi duduk memandangi Hp-nya tanpa ekspresi.

Kakek Mo menggerakkan kursi rodanya kehadapan Helmi, Helmi menengadah, memandang Kakek Mo menganggukkan kepala padanya.

“Terima kasih untuk bantuannya Kakek Mo.”

“Sama-sama”

“Tuan Helmi ada urusan lain, bagaimana kalau pergi dulu? Sudah lama mengganggu waktumu?”

Terkait pengusiran halus dari kakek Mo, Helmi menyipitkan mata, “Aku dengan menantumu teman sekelas, termasuk saling kenal, lebih baik tunggu hasil akhirnya baru pergi itu lebih baik.”

Kakek Mo terdiam dan tidak mengatakan apa-apa.

“Tuan muda Mo ini benar-benar pekerja keras, istrinya sudah melahirkan, dia masih sibuk bekerja.”ucap Helmi menyeringai ketika kakek Mo memutar kursi rodanya, tidak terlihat jelas apa arti sebenarnya yang ingin Helmi ungkapkan.

Kakek Mo dari awal sudah pernah mendengar nama Helmi ini, dia melakukan berbagai hal dengan sangat tegas, dan memiliki serangkaian cara dalam berkomunikasi, sehingga banyak orang yang mengatakan dia berkepribadian baik, ketika dua keluarga ini memiliki usaha yang sama, keluarga Mo sama sekali tidak memiliki keuntungan.

“Sudah telepon Mohan? Sudah jam berapa, masih belum datang?”kakek Mo sedikit malu.

Ibu Mo mencemberutkan bibirnya, “Yah, orangnya juga baru masuk, wanita melahirkan anak tidak begitu cepat, lagian dokter disini juga sudah kenal, kalau Mohan datang, juga tidak bisa membantu apa-apa.”

Helmi mendengus dingin, dalam percintaan selain hanya bisa memberi sperma, pria ini sama sekali tidak perlu melakukan apapun.

Tiba-tiba ada telepon masuk, dia bangkit berdiri, lalu menjawab teleponnya, “Halo, Ehn, iya, kamu urus saja, aku ada masalah penting disini, sementara tidak bisa pergi, ehn, iya.”

Ibu Mo bertanya pada ayahnya dengan pelan, “Yah, orang ini kenapa ya? Lagian bukan istrinya yang melahirkan, kenapa tidak bisa pergi?”

Nenek Mo batuk pelan, “Jangan banyak bicara, telepon Mohan, keterlaluan ini, dan kamu juga belum telepon orang tua Mia, putrinya melahirkan harus beritahu orang tua nya.”

Mendengar Nenek Mo berkata begitu, wajah Ibu Mo berubah, dia mengeluarkan HP dan mencari sekian lama baru menemukan nomor telepon orang tua Mia, telepon berdering dua kali, lalu ada yang menjawab, “Halo, besan ya, aku ibunya Mohan, Mia sedang melahirkan, kalau besan ada waktu boleh datang kemari lihat, kalau tidak ada waktu juga tidak apa-apa, kamu sudah mengundang……”

“Di rumah sakit mana?”Ayah Mia menyela pembicaraan Ibu Mo.

Ibu Mo memberitahukan alamatnya, lalu telepon dimatikan, ekspresi wajahnya sedikit tidak senang, “Bu, kalian lihat ini, aku belum selesai berbicara? Ayah dan anak sama saja.

Kebetulan Helmi berjalan kemari, mendengar kalimat ini, dia mengepalkan tangannya.

Ketika Mohan tiba, dia datang bersama Seli, Ibu Mo sedikit terkejut dan canggung melihat kedatangannya.

“Seli, kenapa kamu kemari?”

Seli mengandeng tangan Ibu Mo, “Ku dengan kakak ipar melahirkan, Mohan tidak mau datang, aku mengkhawatirkan kakak ipar, jadi menariknya kemari.”

Mohan tidak memberikan penjelasan apapun terkait ucapan Seli, tapi ketika sudut matanya melihat Helmi, dia mengerutkan kening, “Presiden He, tidak kusangka begitu kebetulan, kamu menyelamatkan ibu dari anakku.”

Helmi tidak bangkit, dia menekan tombol mematikan telepon, mengangkat matanya, dan menatap dingin ke mata Mohan, “Ini masalah kecil, tidak seperti Tuan Mo yang begitu profesional bekerja, istrinya sudah mau melahirkan, masih bisa begitu santai.”

Mohan melangkah maju dan sedikit membungkuk, ada ejekan di matanya, “Nada bicara Tuan Helmi kenapa seolah ingin meminta keadilan untuk istriku, tidak tahu ada hubungan apa kalian berdua?”

Helmi menatap matanya, tapi dia tidak bisa melihat apa yang Mohan pikirkan, dia menarik kembali tatapannya dan berdiri, mengabaikan Mohan, dan menuju meja depan, “Bisakah tolong bantu aku tanyakan bagaimana keadaan didalam? Apakah ibunya dalam keadaan baik-baik saja?”

“Bisa, mohon tunggu sebentar.”Helmi itu tampan dan sikapnya lembut, suster mana yang tidak bersedia membantunya.

Selang beberapa saat, suster tidak kunjung kembali, pintu ruang operasi sudah terbuka, seorang dokter berjas putih memegang seorang bayi di tangannya dan pergi ke hadapan kakek Mo, “Selamat tuan, lahir seorang putri yang cantik dan lucu.”

Mereka merasa lega.

Kakek Mo menjawab “Ehn”dengan suasana hati datar, Nenek Mo mengelilingi suster dari samping, memandang bayi merah muda itu, wajahnya penuh senyum, “Aduh, wajahnya benar mirip Mohan sewaktu kecil, lihat, betapa lucunya, mirip seperti nenek.”

Ibu Mo mencondongkan kepala mengintipnya sebentar, ekspresinya dingin disertai sedikit kelembutan.

“Bagaimana dengan darah tali pusat itu……”tanya Ibu Mo.

“Tenang, sudah disimpan, sudah diambil sampel dan diuji.”jawab dokter, lalu menatap Mohan, “Apakah kamu ingin melihat bayimu? Wajahnya mirip dengan Anda.”

Lalu bayi itu digendong kehadapan Mohan.

Mohan melihatnya sebentar, bayi itu memiliki kulit merah keputih-putihan, dan sedikit kusut, dia memejamkan mata, dan sangat kecil, Mohan sama sekali tidak mengerti darimana nya kelihatan mirip dengan dirinya, tapi dia tetap menatapnya dengan lembut, lalu telapak tangannya berkeringat, dia sudah menjadi seorang ayah, dia memiliki anak yang mengalir darahnya, perasaan ini, membuatnya merasa bingung dan aneh untuk sementara waktu, awalnya dia mengira dirinya tidak akan mendadak memiliki perasaan pada bayi ini, tapi saat ini, dia tahu dirinya salah, sudut mulutnya tersenyum dan mengangukkan kepala.

“Apa kabar, dokter, aku ingin tanya, bagaimana dengan keadaan ibunya sekarang?”

Tanya Helmi pada dokter dengan cemas sambil menghela nafas.

Novel Terkait

Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu