Cantik Terlihat Jelek - Bab 406 Frustrasi

Mia berdiri di ruang minum dan sembarang mengambil sebuah buku dari rak, kemudian dia pun mulai membaca buku dengan posisi setengah menyandar.

Tiba-tiba, sebuah bayangan tubuh yang besar menghampirinya.

Mia mengangkat kepalanya dan merasa agak terkejut.

Kedua orang saling menatap dan emosi yang tidak jelas mulai mengelilingi seluruh ruang minum....

"Mohan" Akhirnya, Mia bersuara karena tidak bisa menahan dengan suasana yang tertekan.

Mohan menyentuh buku-buku yang berada di dalam rak dengan satu tangan, kemudian satu tangannya lagi berada di dalam saku celana, tatapan Mohan membawa sedikit agresif secara refleks, menatap dari wajah Mia yang memerah sampa ke kakinya yang sedang mengenakan gaun pendek.

Memakai gaun pendek pada cuaca dingin seperti ini, apakah dia tidak merasa dingin?

Tatapan Mohan terus menatap ke kaki Mia dengan terus terang, kemudian bergerak naik ke atas secara perlahan, seolah-olah Mohan sedang melepaskan pakaian Mia dengan tatapannya.

Akhirnya, tatapan Mohan berhenti di wajah Mia yang sedikit tegang, Mohan terus menatap ke mata Mia yang hitam, seolah-olah dia mau menatap ke dalam hati Mia!

Tidak bisa menahan dengan tatapan seperti itu, Mia semakin merasa dirinya tidak bisa bernafas, setelah berpikir, Mia memutuskan untuk meninggalkan ruangan...

"Ah!" Hanya saja, Mia yang panik sama sekali tidak menyadari ada seseorang sedang menuang air di belakangnya, jadi, setelah berputar balik badan, Mia kebetulan bertabrakan dengan orang yang berada di belakangnya, karena terdorong oleh Mia, gelas air yang di pegang orang itu pun tertuang ke bagian kera Mia.

Secara reflkes, Mia menarik kain baju yang menutupi bagian dadannya dan sibuk berusaha mengeringkannya.

"Ma... maaf...." Wanita tersebut terus menundukkan kepalanya dan meminta maaf sambil membantu Mia mengeringkan bajunya, sepertinya wanita itu juga terkejut.

Pada saat melihat perutnya yang mengembung, kemarahan di dalam hati Mia pun mengurang banyak.

"Tidak apa-apa!" Mia menarik nafas sambil berusaha mengipas bajunya.

Pada saat wanita itu masih ingin berkata sesuatu, Mohan meliriknya dengan kuat sampai wanita itu langsung melarikan diri dengan panik.

Mia melirik ke Mohan dengan tangannya masih masih melanjutkan gerakan mengipas baju.

Hanya saja, Mia sama sekali tidak tahu, berdasarkan perbedaan tinggi tubuh dia dan Mohan yang tidak banyak dan tidak sedikit, Mohan kebetulan melihat semua penampilan di dalam bajunya pada saat dia sedang mengipas bajunya.

"Cara kamu berpakaian benar-benar sangat buruk" Mohan tiba-tiba berkata.

Mia mengerutkan alisnya dan berputar balik badannya dan membelakangi Mohan dengan canggung, rasa kesakitan di dadanya membuat Mia merasa frustrasi dan sama sekali tidak memiliki suasana hati untuk bertengkar dengan Mohan.

"Kamu tunggu di sini, aku pergi mengambil obatmu!" Mohan berbisik dengan suara rendah yang penuh godaan di telinga Mia.

Mia hanya mengerutkan alisnya dan tidak berbicara.

Dia hanya ingin melepaskan baju yang dia kenakan sekarang.

"Ikuti aku!" Tiba-tiba, lengan kanan Mia ditarik oleh sebuah tangan yang panjang, Mia menoleh ke belakang dan melihat masih ada seorang dokter mengikuti di belakang Mohan.

Selanjutnya, Mia tidak tahu Mohan berkata apa dengan dokter itu.

"Nyonya, silahkan!" Dokter itu berjalan ke depan Mia dan menunjukkan gaya silahkan.

Mia tidak mengerti, tetapi melihat ekspresi Mohan, seharusnya dia akan membawa Mia pergi mengoles obat.

Setelah berpikir, Mia pun mengikuti dokter itu pergi ke ruang tunggu di dalam pesawat.

Ruangan itu tidak besar, pas memiliki sebuah tempat tidur.

Mohan mengambil beberapa barang yang terlihat seperti obat dari tangan dokter itu, kemudian Mohan pun meminta dokter itu untuk meninggalkan tempat.

Selanjutnya, pintu pun tertutup.

Pada saat Mia sempat bereaksi kembali, di ruangan yang kecil itu hanya sisa dia dan Mohan.

Secara refleks, Mia pun mundur ke belakang satu langkah.

Karena itu, tangan Mia tifak sengaja menyentuh bagian dada yang terkena air panas tadi, Mia pun berusaha mengigit bibirnya dan menahan rasa kesakitan.

"Lepaskan bajumu!" Melihat penampilan Mia, Mohan berkata.

"Apa?"

"Lepaskan bajumu, aku membantu kamu mengoles obat!" Sambil berkata, Mohan menghampiri Mia dan bersiap-siap menariknya.

Mia yang panik langsung jatuh ke tempat tidur yang lembut.

"Ah!" Dia berteriak dengan suara kecil.

Mohan mengerutkan alisnya dan langsung menahan kedua tangan Mia di belakang kepalanya dengan satu tangan.

Selanjutnya, dada Mia terasa sejuk, dia menundukkan kepalanya....

Mia menyadari Mohan.... sedang mengoles obat di dadanya.

Mia merasa seluruh darah naik ke wajahnya yang terasa sangat panas.

Tetapi setelah melihat ekspresi Mohan yang serius, Mia merasa bisa menerima.

Mia menggerakan tubuhnya dengan tidak natural.

"Aku... aku sendiri saja!"

"Diam!" Mohan bersuara sambil mengigit giginya, dia berusaha menahan semua nafsu yang dia rasakan sekarang, hanya tuhan yang tahu dia harus memiliki kemampuan sebesar apa baru bisa mengontrol diirnya tidak memperkosa Mia pada saat ini.

Pada satu detik sebelum dirinya menyerah, Mohan melepas tangan dan berdiri dengan perlahan.

"Berbaring sebentar dulu, tunggu obat sudah menghisap ke dalam kulit kamu baru memakai baju!" Mohan berkata dan sambil berputar balik badannya.

Mia bisa melihat dengan jelas bahwa bahu Mohan sedang bergetar, "Apakah... kamu baik-baik saja?" Mia bertanya dengan suara kecil sambil mempertahankan posisi setengah berbaring.

Mohan menarik nafas, pada saat ini dia baru menyadari di area yang tatapan dia bisa menuju terletak sebuah cermin, dari cermin itu, Mohan kebetulan bisa melihat kondisi MIa sekarang secara total dengan jelas.

Tetapi, setelah memejamkan matanya, penampilan yang sama tetap muncul di depan matanya.

Mohan merasa dirinya pasti sudah gila, dia pernah menjumpai banyak wanita yang memiliki bentuk tubuh yang lebih bagus dari Mia, tetapi yang aneh adalah tidak ada satu wanita pun yang bsia memberikan Mohan perasaan seperti saat sekarang... perasaan yang ingin memiliki dia.... langsung pada detik ini!

"Kamu, kamu... kalau tidak... kalau tidak kamu keluar dulu saka, aku.... aku sudah tidak apa-apa!" Berpikir tentang adegan Mohan mengoles obat untuk dirinya tadi, Mia bahkan tidak bisa berbicara dengan lancar sekarang.

Hanya saja, pada saat Mia baru selesai berbicara, Mohan yang tadinya membelakangi dia tiba-tiba berputar balik badan dan terus menatap ke Mia.

Novel Terkait

Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu