Cantik Terlihat Jelek - Bab 502 Bujuk? Gimana Bujuknya?

Hari sabtu, Hutu bangun pagi, bersiap-siap sebentar, kemudian pergi ke tempat Raven.

Sebuah Villa kecil, setinggi dua setengah lantai, ubin merah bata merah, ditanami berbagai jenis tanaman di sekelilinginya.

Seorang wanita, dengan rambut tergerai, menyirami bunga dengan gembor, tidak terlihat jelas wajahnya.

Dia bersandar di pintu, sedikit tenaga keluar dari tangannya, terdengarlah suara gembok pintu yang nyaring, wanita itu mengangkat kepalanya dan melihat kemari.

Kemudian Hutu dapat melihat jelas wajahnya, cantiknya!

“Kamu mencari siapa?” Wanita itu jalan kemari dengan membawa gembornya, bertanya sambil membukakan pintunya dari dalam.

Suaranya terdengar seperti aliran air, sedikit berat dan basah.

“A....Kakak, aku ingin mencari Raven, apakah dia tinggal disini?”

Tidak terlihat berapa usia sebenarnya wanita ini, dia ingin memanggilnya tante, setelah dipikir-pikir, diganti lagi menjadi kakak, intinya, wanita ini muda sekali.

Wanita itu memiringkan kepalanya, melihat Hutu dari atas sampai bawah, berseragam baju sekolah, tidak bisa menutupi gelombang tubuhnya yang begitu bagus.

Tampangnya menarik, enak dipandang, tetapi terlihat sedikit aneh di dalam tatapannya.

Hutu mengangkat kepalanya, menatap sepasang tatapan wanita yang bersinar itu, sangat hangat, sangat tenang, tetapi.....ada sedikit gugup.”

“Kamu siapa? Ada apa kamu mencari Raven kecil?”

Raven? Hutu mengangkat alisnya, sudut bibir sedikit terangkat.

“Kakak, dia adalah pamanku, aku dari keluarga Ningga.”

Pertama wanita itu terkejut, kemudian, matanya bersinar, mundur beberapa langkah, “Ou...dari Keluarga Ningga ya, kalau begitu....masuk saja!”

Hutu mengangguk, kemudian, mendengarkan wanita itu berbicara,

“Masuk dan duduk dulu, aku pergi memanggilnya, semalam dia bergadang, baru saja terlelap.”

“Ou....iya, terima kasih!” Hutu mengerutkan alisnya, melihati tampak belakang wanita itu yang ramping, dia sedikit bingung, dia menerka, apa hubungannya wanita ini dengan pamannya? Tinggal bersama, memanggilnya dengan panggilan Raven kecil?

Jangan-jangan ia adalah pacar paman? Terlihat tua beberapa tahun dibanding Raven, tetapi, kata Nini Chen, sekarang berpacaran dengan kakak yang lebih tua sedang tren.

Berpikir bahwa dia harus menghadapi pamannya yang begitu setiap hari, ia menarik nafasnya, mana ada wanita yang menyukai tipe seperti dia?

Ketika menunggu di ruang tunggu, ia melihati perabotan di ruangan itu.

Ruang tamu tidak luas, terlihat tanaman hijau dan beberapa bunga yang sedang bermekaran di sekitar, terlihat, wanita itu menyukai ini.

Meski tidak ada interior yang mewah, tetapi disini justru ada rasa kenyamanan rumah dibanding rumah mewah keluarga Ningga.

“Sudah datang.” Terdengar suara serak dari belakang.

Punggung Hutu tertegap, terasa ada bau yang wangi datang, kemudian ada satu bayangan, yang melewatinya, ia dengan pelan mengangkat kepalanya hanya mendapati seorang lelaki yang membawakan segelas air, dan meminum beberapa teguk.

Baru saja memutar tubuhnya, melihat dia, “Letakkan buku di kamar itu.” Jarinya menunjuk ke arah kamarnya.

“Ayo makan bersama, ada masalah apa, bahas setelah makan saja.”

Wanita sebelumnya turun dari lantai atas, mengikat tinggi rambutnya, menjadi lebih muda beberapa tahun.

“Tidak perlu, kakak, aku sudah makan.”

“Ehem.” Pria itu membatuk tersedak, kemudian, terdengar beberapa suara batuk.

Melihat tanggapan dia yang begitu berlebihan, Hutu masih merasa sedikit penasaran.

Wanita itu tertawa sampai terbungkuk, beberapa saat kemudian, ia berjalan ke depannya, mencondongkan tubuhnya dan mengusap pelan wajahnya yang kenyal dan lembut itu.

“Sesuai silsilah kamu harus memanggilku nenek.”

Dengan sengaja ia memperlambat ucapannya, melihat reaksi Hutu yang membuka besar mulutnya, tidak bisa berhenti tertawa.

Yang menggandengnya ke meja makan, “Makan saja sesukamu!”

Kemudian, ia berbicara ke arah dapur kepada Raven, “Raven kecil, ambilkan sedikit sop untuk anak ini.”

Nenek? Raven kecil?

Ekspresi wajah Raven sudah kembali normal, membawakan dua mangkuk sop, satu diletakkan di depan Hutu, satu lagi diletakkan di depan wanita itu,

“Ma, dia namanya Hutu, anak perempuan Kakak kedua.”

Mama? Ma.....

Hutu sedikit bingung terbawa ombak!!!!

Wa....nita ini, sangat merawat wajahnya? Ia terlihat paling tua tiga puluh tahun.

“He he, nama yang menarik, Hutu, jarang-jarang Hutu, sangat bagus.” Wanita itu sambil berbicara sambil meminum sopnya, senyumannya anggun, sangat nyaman.

“Maaf ya ne....nenek!” Nenek yang begitu muda, ia tidak tega memanggilnya.

Setengah jam kemudian.

“Argumenmu harus jelas, kamu harus tau masalah utamanya dimana...”

Dia berdiri di sampingnya, nada suaranya datar.

“Em”

“Bedasarkan pemahaman kalimat ini, kamu harus menggabungkan konteks..”

“Ou!”

“Sifat kimia dari masing-masing elemen kelompok oksigen, kelompok halogen dan kelompok lain, kamu harus mencari tahu ...”

“Em!”

“Pa!” melempar penanya ke meja, mengeluarkan suara, Hutu berdiri dan menundukkan kepalanya.

Raven menarik nafas, melihati dia, “Aku berbicara begitu banyak, beritahu aku, seberapa banyak yang kamu dengar, dan seberapa banyak yang kamu mengerti?”

Hutu mengangguk dengan pelan, ia melihat ada kemarahan yang kesal di wajahnya, ia mengedip-ngedip dan menggelengkan kepala,

“Secara keseluruhan aku mengerti, tetapi aku tidak dapat memahami.”

Wajah pria itu, buruk seketika.

“Kalau begitu kenapa kamu “em” ?”

Setelah berkata, ia berjalan ke arah pintu, kemudian kembali lagi, “Otakmu terbuat dari apa sih?”

“Darah dan daging!” sebenarnya ia ingin mengeluarkan kata-kata ini, tetapi ia memilih untuk menggigit lidahnya dan menahan.

Dengan dingin pria itu, “He, aku pikir isinya air!”

Hutu membeku sejenak, kemudian pelan-pelan tersadar, menggigiti bibirnya, suhu wajahnya sedikit meningkat.

Kemudian, membalikkan badannya, dengan cepat memasukkan buku di meja ke dalam tasnya.

Tidak menunggu reaksi Raven, ia segera lari ke arah luar.

Ibu Raven, berjalan keluar dari dapur setelah mendengar suara.

“Kenapa Tutu pergi?”

Raven melihat ibunya, Mai Debita, mengerutkan alisnya, tidak bersuara.

“Kamu yah, keponakan sendiri, bukan karyawan bawahan, jangan begitu keras, orang anak gadis, memintamu untuk mengajarinya karena tidak mengerti, berbicaralah dengan baik.”

Sambil berbicara, ia meletakkan kain lap ditangannya, segera jalan keluar.

Belum berjalan keluar halaman, terdengar suara tangisan dari balik pintu.

Ia mengembalikan langkahnya kembali, dia berhenti, membalikkan tubuhnya, jalan kembali.

“Belum pergi, masih menangis di luar, pergi bujuklah.”

Raven menundukkan kepalanya, membereskan buku di mejanya, mendengar perkataan Mai, ia melirik keluar. Bujuk? Gimana bujuknya?

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu