Cantik Terlihat Jelek - Bab 176 Tidak Sabar

Melihat bangunan yang familiar di depannya beserta dua anak yang berada di sampingnya, hati Clover merasa ketegasan kuat yang dia tidak pernah rasakan sebelumnya, apa pun yang akan terjadi, mulai hari ini Clover akan menetap di tempat ini yang dulunya membuat dia merasa kesepian dan sedih.

"Papa......" panggil Momo, Clover melihat ke Devan yang sedang berjalan ke arah mereka.

Di dalam bandara terdapat banyak orang, tetapi dalam satu tatapan Clover sudah bisa mencari keberadaan Devan dengan wajahnya yang sempurna dan auranya yang mempesona.

Devan mengendong Momo yang berlari ke arahnya dan menepuk bahu Simon sebelum berjalan ke samping Clover, kemudian Devan memeluk pinggangnya dengan alami, "Capek tidak?"

Clover menggelengkan kepalanya, dia takut Devan terlalu capek dan berkata : "Aku kan sudah bilang tidak perlu datang jemput, mengapa kamu masih datang?"

"Aku tidak sabar, apakah itu cukup menjadi alasan?"

Clover memberikan sebuah senyuman yang lebar sambil mengangguk, "Cukup!"

Setelah masuk ke dalam mobil, Clover melihat arah Dylan mengemudi bukan ke arah perumahan kemarin, kemudian Clover menoleh ke Devan.

"Simon dan Momo akan tinggal bersamamu juga, jadi aku mengganti rumah kita menjadi agak besar" Suara Devan berdering di telinga Clover.

Clover mendekati Devan dan menyipitkan matanya kepada Devan, "Kalau kamu? Kamu mau tinggal bersama istrimu yang resmi atau tinggal bersama selingkuhanmu?"

Devan mengerutkan alisnya, "Jangan sembarangan bicara!"

Melihat rumah mewah di depannya, Clover meragukan apakah cara memahami dirinya bermasalah?

Devan hanya berkata agak besar, tetapi rumah di depan mereka ini jelas lebih besar beberapa kali lipat.

Pemandangan rumah yang berhadapan dengan laut dan kolam renang, melihat dari luar saja bisa membuat orang merasa rumah ini mewah sampai hanya ada di imajinasi.

Setelah berkeliling satu putaran, Clover sekedar menghitung, di rumah mewah ini total ada 7 kamar tidur, 8 kamar mandi, tempat minum alkohol, ruang makan, cinema, ruang olahraga....

Selain merasa kaget dengan kekayaan Devan, Clover juga merasa terharu dengan kepedulian Devan.

"Rumah ini adalah tempat keluarga kita tinggal bersama nanti, apakah kamu menyukainya?"

Clover merasa kehangatan pada area pinggangnya, Devan memeluk dia dengan kedua tangan.

Clover senyum dengan lembut, "Asal bersama kalian bertiga, aku suka tinggal di mana saja"

Setelah memastikan tempat tinggal.

Selanjutnya adalah masalah perusahaan.

"Direktur Clover, apakah anda pasti mau memilih kantor kita bertempat di sebelah Simba?"

Wuli bertanya dengan suara kecil, "Apakah tidak akan terjadi pertengkaran nanti?"

Clover melihat ke kata Simba dan banyak ingatan masa lalu kembali ke pikirannya.

"Gedung ini saja, aku sudah mencari tahu, biaya penyewaannya sudah tergolong sangat murah berbanding dengan gedung lain, kita bisa renovasi menjadi agak unik, setelah menghemat biaya penyewaan kita bisa memberikan harga yang lebih rendah kepada pelanggan" Clover menunjuk ke gedung yang berada di samping Simba, gedung itu hanya memiliki tiga lantai.

Wuli meihat ke gedung yang di tunjuk oleh Clover, penampilan gedung itu terlihat sudah agak tua dan jelas, sudah lama tidak direnovasi, berbanding dengan Simba di sampingnya, gedung itu jelas kalah.

Tetapi, kalau ditambah lebih banyak renovasi, gedung itu malahan bisa memberikan perasaan yang berbeda.

Selain itu, berbanding dengan biaya penyewaaan gedung Simba, jelas biaya penyewaan gedung itu sangatlah murah.

Pikir sampai sini, Wuli tidak bisa menahan dan melihat ke Clover.

"Baik, kalau begitu saya akan mencari beberapa perusahaan desain dan menyerahkan hasil desain kepada anda setelah itu"

Sambil berkata, Wuli bersedia untuk meninggalkan ruangan, tetapi Clover memanggil dia lagi, "Selain orang yang kita memang sudah melamar ke kita, kamu cari beberapa perusahaan abal-abal dan bajak beberapa karyawan dari Simba, nanti sore aku akan memberikan kamu daftar nama mereka" Wuli menatap ke Clover, dia jelas familiar dengan wanita di depannya, tetapi pada waktu yang sama Wuli juga merasa asing.

Di dalam ingatan Wuli, Clover tidak pernah melakukan hal seperti membajak karyawan perusahaan lain, tetapi masalah ini Wuli hanya berani berpikir dalam hati.

"Beberapa ini kamu coba ikuti dulu, beberapa hari ini aku akan berkunjung ke setiap perusahaan dan memastikan kontrak kerja sama bersama mereka"

Wuli tidak mengerti : "Bukannya kerja sama bersama beberapa perusahaan itu sudah pasti? Mengapa anda masih mau berkunjung ke sana?"

Clover hanya senyum dan tidak berbicara.

Perusahaan pertama yang Clover kunjungi adalah sebuah perusahaan model, berbeda dengan Simba yang tidak berkualitas, perusahaan ini sangat terkenal mau di dalam ataupun luar negeri, model di bawah perusahan ini sering menghadari di acara-acara internasional.

"Salam kenal, Direktur Wang, saya adalah Clover dari CX, sebelum itu, perusahaan anda ada mengirimkan sebuah kontrak kerja sama kepada saya......." Sambil berkata, Clover mengeluarkan kontrak itu dari tasnya.

Direktur Wang itu berusia sekitar 40 tahun, tinggi badannya sekitar 180 cm dan bentuk tubuhnya dijaga sampai sangat bagus, sebelum datang, Clover sudah membaca biodatanya, Direktur ini juga merupakan seorang model sebelumnya.

Direktur Wang tidak mengambil kontrak yang ditangan Clover, dia menatap Clover dari bawah ke atas sebelum mendorong kontrak itu dan berkata : "Tidak perlu lihat, bukankah kamu adalah.......... teman Direktur Devan? Hubungan kamu dan Direktur Devan membuat kami sangat percaya kepada kamu"

Clover mengerutkan alisnya, dia mengangguk, maksud sebenarnya dari kata-kata Direktur Wang membuat Clover merasa sedikit tidak nyaman.

"Kalau begitu, kamu pulang saja, setelah kamu selesai membuat kontrak, cukup antar kontrak ke aku untuk tanda tangan"

Setelah berkata, Direktur Wang itu berdiri dan kembali ke depan mejanya, tidak memiliki maksud untuk menghiraukan Clover lagi.

Clover ingin berkata sesuatu lagi, tetapi Direktur Wang itu melambaikan tangannya, "Sudah, Direktur Devan sudah bilang dan kami juga sudah mengerti, kamu pergi saja dengan tenang"

Maksud dari dia adalah, dia sudah berjanji akan kerja sama dengan kamu, mengapa kamu masih harus berpura-pura susah di sini?

Sikap Direktur Wang membuat harga diri Clover merasa diinjak.

Setelah berpikir, Clover mendorong kontrak itu ke depan Direktur Wang, "Kalau yang Direktur Wang kenal adalah Direktur Devan, Direktur Wang bisa pergi mencari Simba saja, perusahaan yang dimiliki Direktur Devan adalah Simba"

Setelah itu, Clover mengeluarkan sebuah kontrak lagi dari tasnya dan menyerahkan kontrak itu kepada Direktur Wang, "Selain itu, ini adalah sikap dan kemampuan dari perusahaan kami, Direktur Wang tidak perlu memaksa untuk kerja sama dengan kami hanya karena Direktur Devan, anda boleh baca dulu kontrak kami dan hubungi kami jika anda merasa puas, kalau tidak puas, silahkan jangan dipaksakan, perusahaan CX bukan perusahaan yang bertahan hidup dengan rekomendasi hubungan"

Setelah berkata, Clover berputar balik badannya dan keluar dari ruangan.

Direktur Wang itu jelas merasa sedikit kaget dengan reaksi Clover, dia mengambil kontrak yang diberikan Clover dan merasa kagum setelah membacanya.

Dua perusahaan yang Clover kunjungi setelah itu juga berkata hal yang sama seperti Direktur Wang, Clover juga memberikan mereka balasan yang sama.

Meskipun beberapa masalah akan menjadi jauh lebih mudah jika ada bantuan dari Devan, tetapi, Clover tidak ingin membangun CX dengan cara seperti itu.

Jadi, setelah berkunjung ke beberapa perusahan itu, suasana hati Clover menjadi sangat buruk.

Ponsel Clover berdering, Devan meneleponnya, Clover pun mengangkat telpon.

"Kalau sudah selesai mengurus masalahmu, datang ke kantorku"

Clover menjawab iya dan naik taksi ke Ningga Group.

"Kamu terlihat sedikit marah, siapa yang membuat kamu tidak senang?" Clover duduk di atas sofa, pria itu menyandari di sofa dan bertanya dengan lembut.

"Orang itu mau bekerja sama dengan CX hanya karena kamu, Devan, kalau begitu, buat apa aku begitu susah? Mending aku di rumah saja dan biarkan kamu yang menafkahi aku"

Wajah kecil Clover menjadi merah karena kemarahannya.

Devan mengerutkan alisnya dan menyipitkan matanya : "Aku bilangin kamu beberapa hal, nanti putuskan sekali lagi mau marah atau tidak"

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu