Cantik Terlihat Jelek - Bab 517 Terjadi Sesuatu Lagi

“Paman, aku tahu.”

Menjelaskan sama seperti menutupi kesalahan, jadi dia menyerah.

Lagipula dia memiliki pikirannya sendiri, biarkan saja dia salah paham. Dengan begini, dia selamanya tidak akan mencurigakan perasaannya.

Malam, sekitar jam sebelas, Nini menelepon kembali, “Halo, ada apa?”

Suaranya yang lemah tak berdaya membuat Hutu terkejut.

“Apakah kamu benar-benar sakit?”

“Sakit di hatiku!”

Hutu tidak tahu harus menangis atau tertawa, “Aku bertanya padamu, ada apa dengan kakakmu hari ini?”

“Kakakku, Agus? Ada apa?”

“Dia menyuruhku mentraktirnya makan, lalu setelah pulang sekolah, dia mengendarai sebuah mobil sport menungguku di gerbang sekolah, membuatku kaget, Nini, apakah kakakmu terstimulasi?”

Nini terdiam sejenak, kemudian tertawa, “Apa benar yang kamu katakan? Kakakku memintamu mentraktirnya makan? Dan menjemputmu di sekolah? Hahaha...... Bagaimana mungkin? Dia terterik padamu?”

Suara tawaan dan kata-kata ironis membuat Hutu tidak tahu harus menangis atau tertawa.

“Jangan menyindirku seperti ini!”

Selesai berkata, dia membalikkan badannya, “Sudahlah, tidurlah lebih awal!”

“Aku merasa mungkin karena beberapa hari yang lalu aku mengatakan kata-kata baikmu, dan dia mengingat ke hati.” Ketika dia akan menutup telepon, Nini berkata.

“Apa yang kamu katakan tentangku?”

Aku bilang kamu mengagumi sifat kepribadiannya, bukan penampilannya, kalau tidak bagaimana mungkin kakakku akan bertanda tangan untukmu? Oh Tuhan, apa mungkin dia menyangka kamu menyukainya......hahaha.....”

Hutu menghela nafas, “Aku malas melayanimu, bye!”

Setelah bangun tidur, Hutu tidak mengingat masalah ini, karena Agus dan dia bukan orang sedunia.

Sibuk selama seminggu, akhirnya pada malam Jumat ketika Raven mengoleskan obat untuknya, melihat lukanya sudah kering, jadi tidak perlu membungkus dengan kain kasa lagi.

Membolak balikkan telapak tangannya, dia menghela nafas, “Akhirnya sembuh, tidak perlu merepotkanmu lagi, paman!”

“Besok ulang tahun kakek, setelah bangun tidur, kita pergi bersama.”

Setelah mengemas barang, ketika masuk ke kamar, dia berkata.

Hutu tertegun, dan mengangguk, “Ok.”

Tetapi tanpa terduga, kehadiran kali ini akan mengubah kehidupannya.

Hari ulang tahun Tuan tua, seluruh anak dan cucunya akan hadir pada hari ini.

Namun tidak terlihat Ayah dan Ibunya.

“Kak, mengapa Ayah dan Ibu tidak datang?”

Shang menyimpan ponsel di tangannya, menatap Hutu dengan ekspresi yang sangat buruk.

“Kakak......”

“Ayah dan Ibu telah bercerai, hari ini mungkin semuanya akan tahu, kamu harus mempersiapkan dirimu.”

Hutu mengedipkan matanya, tertegun lumayan lama kemudian dia berkata, “Mengapa..... mengapa tiba-tiba bercerai?”

Shang menarik nafas, matanya berlinang, “Hubungan mereka memang kurang baik, dan sekarang kamu juga sudah besar, mungkin mereka tidak ingin berpura-pura lagi!”

Cerai? Dewasa? Ini.......

Hutu menggigit bibirnya, menundukkan kepalanya, “Tetapi, mengapa mereka tidak memberitahuku?”

Atau, dia memang sebagai orang luar? Sama sekali tidak perlu memberitahunya?

Hatinya sangat sedih, sehingga air mata di dalam matanya mengalir keluar tak terkendali.

“Mungkin..... merasa kamu masih kecil, jangan menangis, nanti terlihat oleh kakek, hari ini adalah ulang tahunnya!” Shang berkata sambil berbalik dan menghalanginya.

Dia menarik nafas, menundukkan kepala, bergegas ke taman.

Masalah yang begitu besar, tidak ada seorang pun yang memberitahunya, bagaimana mungkin dia tidak sedih?

Meskipun tahu dirinya sendiri bukan anak kandung mereka, tetapi selama bertehun-tahun, bahkan mengetahui identitas dirinya sendiri, dia juga tidak pernah merasa dirinya sebagai orang luar.

Dia lupa sudah berapa lama dia duduk di sana, sampai seseorang memanggilnya, “Nona Hutu, Tuan tua memintamu pergi ke aula.”

Dia tertegun sejenak, lalu pergi ke toilet, menyeka air mata di wajahnya, menarik nafas dan mengangkat sudut mulutnya, berjalan ke arah aula.

Sebelum dia sampai sudah terdengar suara piring jatuh.

Orang yang dapat melempar piring dalam keluarga Ningga, bukan orang lain.

Benar saja, di saat berikutnya, langsung terdengar suara teriakan Tuan tua, “Kamu merasa dirimu sangat berkemampuan, kan? Kamu bahkan membawanya ke sini.”

“Ayah, aku ingin menikahinya, tentu harus membawanya ke sini.” Ini suara ayahnya.

Hutu berjalan melewati kerumunan, melihat Ayah, dan wanita yang berdiri di sebelahnya, dia pernah melihat wanita itu, dia adalah bawahan Ayah, ketika dia ulang tahun, dia pernah memberikan kado padanya.

“Kalian bercerai, masalah yang begitu besar, kamu juga tidak memberitahuku, apakah kamu masih menganggapku sebagai ayahmu?”

Ayah menegakkan tubuhnya dan bergumam, “Ayah, aku bukan anak kecil, masalah yang begitu kecil, mana perlu memberitahumu?”

“Kamu..... ini adalah masalah kecil? Uhuk uhuk....” Tuan tua mulai batuk.

“Kalian jangan terlalu emosional.” Tidak tahu siapa yang mengatakannya, barulah mereka terdiam.

“Hutu, kamu ke sini.” Shang berkata.

Hutu tanpa sadar mundur selangkah, dia selalu memiliki perasaan, kalau dia mendekatinya pasti akan terjadi sesuatu yang buruk.

Tetapi pandangan semua orang tertuju padanya, dia sudah tidak dapat bersembunyi lagi.

Hanya bisa berjalan mendekatinya.

Benar saja…….

“Hutu, aku sudah bercerai dengan ibumu, hari ini kamu memilih di depan semua orang, kamu ingin mengikuti siapa? Kamu sudah besar, Ayah akan menghargai pendapatmu.” Ayah berkata.

Hutu merasa seluruh tubuhnya menegang.

Kalau benar menghargai pendapatnya, mengapa tidak menanyakan pendapatnya ketika mereka ingin bercerai?

Kalau bertumbuh dewasa, harus menghadapi ini, dia memilih untuk tidak menjadi dewasa, mengatakan yang sebenarnya, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan tumbuh dewasa atau tidak.

Dia melihat Ayahnya, dan melihat sekeliling, kemudian dia melihat Ibunya, yang berwajah pucat, berdiri di belakang Tuan tua.

Dapat dilihat, ibunya masih menyukai ayahnya, kalau tidak, bagaimana mungkin seorang wanita dapat menahan pengkhianatan seorang pria padanya? Baru saja menikah langsung selingkuh?

Menggunakan kata-kata yang biasanya Nini katakan, sekali selingkuh, langsung membuangnya seumur hidup, ini sangat benar.

Bibirnya bergetar, kedua tangannya menarik ujung pakaiannya dengan erat, pandangan semua orang terfokus padanya.

Setelah tumbuh begitu besar, pertama kali dia menjadi pusat perhatian semua orang, namun tidak menyangka di situasi seperti ini.

“Aku..... Aku......”

“Aku tidak menginginkannya!” Sebelum perkataannya dikatakan, dia langsung mendengar ibunya berkata.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu