Cantik Terlihat Jelek - Bab 212 Perlakuan Khusus

“Dia mengundurkan diri.” Kata Devan, mencubit di wajah Clover

Clover minum seteguk susu kedelai, mengkerutkan alis, “Mengundurkan diri, pekerjaan yang bagus seperti itu, dia bisa rela? Sepertinya, ketampananmu tidak cukup?”

Gary batuk ringan, “Kalian makan pelan-pelan saja, aku balik ke kantor dulu.” Berjalan dua langkah, lalu berhenti lagi, melihat Clover, “Clover, aku ingin pindah.”

Sumpit yang ada di tangan Clover jatuh ke lantai, alisnya berkerut jadi satu, “Kak, bagaimana kamu bisa melakukan ini? Devan ini mempunyai selingkuhan, kamu juga tidak menginginkanku lagi? Apa kamu juga mempunyai wanita lain?”

Selesai berbicara, dia menundukkan kepala, wajahnya frustasi.

Devan dan Gary saling bertatapan, “Tinggallah dulu, menunggu urusan ini selesai, jika kamu masih ingin pindah, aku tidak menentangnya.”

Gary hanya bisa mengiyakan.

--------------

“Mikasa, kemana saja kamu? Interview ini akan segera di mulai.” Suya melihat jamnya, alisnya berkerut jadi satu.

Mikasa berdiri di atas halte bus, sangat cemas, bus di jalanan ini sangat sedikit, juga tidak ada taksi, baru saja menyaksikan satu mobil melaju pergi.

Gary dari jauh melihat sosok seseorang berdiri di atas halte, dia sengaja memperlambat kecepatan mobil, ternyata benar adalah Mikasa, hari ini, dia kuncir kuda menjulang tinggi, gaun pinggang biru tua, sepatu hak tinggi, sudah lama tidak bertemu, dia tampaknya lebih bersemangat.

Sambil berpikir, mobil melaju ke depannya, berhenti dan membuka jendela, “Pergi kemana, aku antarkan kamu ke sana.”

Mikasa mengedipkan mata, tidak disangka, ternyata bisa bertemu dengan Gary, jantung berdebar cepat, menggigit bibir, menarik nafas dalam-dalam, setelah mencoba menstabilkan emosi, dia tersenyum terhadap Gary, dua buah pir kecil berdiri.

“Eh, halo … … aku … … aku … …” Mikasa bingung lebih baik mengatakan apa, berpikir, dia menarik nafas, “Itu, aku mau pergi ke Perusahaan Panama untuk interview, tidak tahu apakah Anda sejalan?” Saat ini, hanya bisa berpura-pura tidak mengenalinya, adalah yang paling masuk akal.

Atau, memberitahunya, aku demi kamu, karena itu pergi ke Perusahaan Panama, dia takut Gary akan terkejut.

Gary mengkerutkan alis, tertegun, matanya menyapu Mikasa lebih dalam, seperti ada maksud lain.

Melihat jam, “Naiklah kalau begitu!”

Mobil melaju dengan cepat, pemandangan di luar jendela cepat berlalu.

Emosi Mikasa masih belum tenang, Gary ada duduk disebelahnya, dadanya naik turun, dia menelan ludah, berbicara lembut : “Itu, maaf merepotkanmu.”

Saat itu tepat lampu merah, Gary menolehkan kepala, alisnya mengangkat, menyipitkan mata, “Kamu interview posisi apa?”

Mikasa kaget oleh suaranya, membalas dengan bisikan : “Desain.” Berpikir lalu menambahkan, “Arsitektur Desain.”

“Warung makanmu sudah tidak dibuka?” Gary berusaha agar ekspersi wajahnya lebih tenang.

Kembali fokus, Mikasa menganggukkan kepala, “Iya, rumahku dibongkar, tidak bisa buka lagi.”

Mengkaitkan bibir, Gary menatapnya, “Dibongkar? Bukankah itu hal bagus, tetapi, kenapa kamu sepertinya tidak senang?”

Saat itu, handphone mulai bergetar, jari panjang Gary meraba, mengeluarkan handphone, melihat adalah dari Shiren, tidak mengangkatnya, menekan tombol end, menolehkan kepala melihat Mikasa, seperti sedang menunggu jawaban darinya.

Mikasa menggelengkan kepala, “Senang, tentu saja senang, ini adalah keberuntungan, karena aku hari ini pergi interview sedikit gugup saja.”

Gary menutup bibirnya, tersenyum.

Selanjutnya, keduanya tidak berbicara lagi, sesampai di kantor, mobil belum berhenti sempurna, Mikasa sudah membuka pintu, buru-buru turun dari mobil.

Gary melihatnya buru-buru pergi, mengkerutkan alis, menundukkan kepala melihat diri sendiri, dia apakah begitu menakutkan?

Suya berdiri di dalam, jadi, tidak melihat Mikasa turun dari mobil Gary, hanya melihat dia kemari, menghela nafas lega, “Mika, kamu sudah datang? Untungnya, waktu masih keburu.”

Mikasa panik, menarik nafas dalam-dalam, menggigit bibir, “Benar, untunglah.”

Selanjutnya, dia baru melihat jelas, di tempat ini ada ratusan orang lebih, dia khawatir, “Suya, semuanya ini datang untuk interview?”

Suya menarik tepi pakaian Mikasa, “Aku juga tahu ketika sudah sampai di sini, menurutmu, totalnya hanya merekrut 3 orang saja, ini … … benar-benar agak sedikit berlebihan.”

Hati Mikasa semakin panik, pikirannya kacau dan gelisah.

OMG, begitu banyak orang, hanya merekrut 3 orang saja, kelihatannya, hari ini dia benar-benar keluar dari permainan ini.

Kantor Presiden Direktur, Gary menunjuk layar monitor CCTV, “ Dono, orang ini, harus terpilih.”

Dono tidak mengerti, wajahnya penuh keraguan, “harus….harus terpilih?”

Bibir tipis mengait, ada perasaan lembut di hatinya, Gary memandang wajah Mikasa yang gugup, kelembutan di matanya, seperti bisa meneteskan air mata.

Dirinya terhadap pekerjaan, tidak pernah pilih kasih, tetapi, setelah bertemu Mikasa, dia sering membuat pengecualian.

Tidak bisa mengatakan alasannya, dia merasa seperti ini, dia sangat bahagia.

Melihatnya bahagia, dia juga bahagia.

Atau sudah begitu banyak tahun, terlalu pahit, sehingga, munculnya Mikasa, membuatnya seperti menemukan sebatang jarum dalam jerami yang menyelamatkan hatinya, tidak rela melepaskannya.

“Mikasa, kamu jangan gugup, kamu harus percaya terhadap diri sendiri, ingatlah waktu itu kamu adalah lulusan dengan nilai terbaik.” Suya melihat Mikasa sangat tegang, disebelahnya terus menasihatinya.

Mikasa melihatnya sepintas, nafasnya ngos-ngosan, dada naik turun, tiba-tiba muncul dipikirannya, beberapa kata yang dikatakan Gary ketika dia turun dari mobil, “Sikap menentukan segalanya.”

Dari dalam tas mengeluarkan tissue, mengelap keringat yang ada di tangan, menarik nafas dalam-dalam, lalu pelan-pelan mengeluarkannya, melihat Suya, emosinya langsung sedikit lebih tenang, “Tidak apa-apa, jika tidak bisa, tahun depan aku akan ujian lagi, tetapi, jika interview nanti lolos, kamu harus mentraktirku makan!”

Membungkuk, Suya memeluk dia dengan lembut, “Baik, aku tunggu, hari ini aku bawa kredit card, mau makan apa, kamu yang menentukan.”

“Berikutnya, Mikasa, silahkan mempersiapkan diri.”

Mikasa melihat Suya, tertawa, membalikkan badan

Setengah jam kemudian

“Mikasa, besok pagi pukul 08.00, sampai bertemu di kantor.”

Senyum di Wajah Mikasa menghilang, dia mencengkram bajunya, melamun, tak lama kemudian, baru merespon, melihat beberapa orang yang menginterviewnya, menggigit bibirnya, dengan suara gemetar bertanya : “Artinya, aku lolos interview.”

Dono berdiri di samping sambil melipat tangannya, tadi ketika wanita ini masuk, dia mulai menilainya, dilihat dari kanan atau kiri, juga tidak melihat ada sesuatu yang istimewa tentangnya, selain keahlian yang membuatnya cukup terkejut, dalam hal lain, performanya biasa saja.

Saat ini, Dono sangat tidak paham, apa yang Gary ingin lakukan.

Dia mengikuti Gary bertahun-tahun, Gary tidak pernah pilih kasih, demi kepribadiannya ini, Gary saat itu dengan Ayah Gabriel berselisih berkali-kali di internal perusahaan Panama.

Kenapa bisa terhadap wanita yang di depannya ini, ada pengecualian.

Di depan monitor CCTV, sosok pria tinggi dan tegak, setelah melihat sosok itu berbalik dan pergi, dia tersenyum.

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu