Cantik Terlihat Jelek - Bab 579 Reaksi Mai yang Mengejutkan

Malah tidak berpikir, Mai memutarkan kepalanya, melihat ke ruangan pemeriksaan, "Dia bisa membawa Hutu kembali ke kota bunga, kamu harusnya mengerti, dia tidak bisa kembali lagi, kalau memang tidak ada gunanya menentang, maka dukung saja!"

Setelah mengatakannya, menarik Hutu yang tercengang, duduk di kursi sebelah, "Nak, pemeriksaan masih membutuhkan beberapa waktu, jangan panik, duduk dulu."

Ataupun mungkin perkataannya membuat kakek marah, dia dengan menggebu-gebu menunjuk Mai dan menyalahkan, "Kamu benar-benar gadis desa, hanya tau sedikit pengetahuan saja, kamu tau tidak, kamu ini bisa mencelakainya!"

Terhadap tuduhan kakek, Mai sangat tenang, dia menarik pelan sudut bawah bajunya, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, dengan santai menjawab:

"Benar, aku memang mengenal sedikit pengetahuan, kalau tidak, apa aku akan membiarkan Raven kembali mengenalimu?"

Sampai sini, dia mengangkat kepalanya, menatap kakek Ningga lurus, "Kamu jangan lupa, mengenalimu, karena aku tau, dia masih ada harapan dengan papanya, hanya ingin di masa depan dia mempunyai andalan, karena sekarang dia tidak perlu mengandalkan kalian lagi, aku juga berharap, kamu jangan banyak mengurusi yang bukan urusanmu."

Kakek Ningga saat di puncak kejayaannya, dengan Mai yang saat itu baru keluar dari pintu sekolah, karena kecelakaan sekali, mereka berdua pernah berhubungan intim sekali, lalu, mempunyai Raven.

Di mata kakek, wanita ini, hanya makhluk kecil yang tidak penting, jadi dari awal tidak pernah menganggapnya ada.

Mengenali Raven bertahun-tahun, dia juga tidak pernah berhubungan dengan Mai, melemparkan cek dengan nominal banyak sebagai ganti rugi, setelah dirobek Mai, mereka pun tidak ada hubungan lagi.

Saat ini, melihat Mai menginjak-injaknya, mengangkat tangannya, ingin menamparnya.

Pada saat tangannya terangkat, Raven yang baru keluar dari kamar, datang menahan, dengan wajah suram, menatap kakek Ningga, "Kamu tidak berhak memukul mamaku."

Setelahnya, memutarkan kepala melihat wajah yang masih ada air mata, juga samar-samar ada bekas tampar, suaranya menjadi lebih berat, "Lain kali ingat, ada beberapa hal, kami beritahu saja, tidak membutuhkan persetujuan siapapun."

Kalimat itu, sangat menjelaskan sikap Raven,

Kakek lama sekali baru tersadar, karena terlalu marah, dadanya naik turun, menunjuk Raven, "Kamu ini bermaksud apa? Apa yang dimaksud dengan tidak membutuhkan persetujuan siapapun?"

Raven melirik kakek Ningga, tidak menjawab.

Sedangkan jari panjangnya memegang pipi kanan Hutu, "Sakit tidak?"

Hutu melihat kesedihan di mata Raven, di hadapan begitu banyak orang, menyampaikan cintanya seperti ini, dia sangat jelas, apa maksudnya, Raven sedang menunjukkan keteguhannya.

Gelombang yang tadi di hatinya, dalam sekejap menjadi lebih tenang.

Asalkan saling mencintai, tidak ada tantangan yang tidak bisa dilewati.

Setelah beberapa tahun, Hutu memikirkan kejadian ini, juga menyayangkan dirinya tidak dewasa.

"Itu, dokter bilang, ruang inao di atas sudah disediakan, kalau tidak, kita naik ke atas saja dulu!"

Shang membawa setumpuk laporan berjalan kemari.

Hutu tidak berbicara, mengikuti Shang ke atas, Raven merangkul Mai, meninggalkan kakek Ningga, marah-marah di tempatnya.

"Raven, kamu begitu kepadanya, apakah akan tidak baik?"

Beebrapa orang setelah membelok, Mai menarik lengan Raven, bertanya dengan pelan.

"Ma, kalau dia tidak bisa mencintai aku dan segalaku, maka aku juga tidak perlu menghormatinya."

Sikap Raven sangat teguh, Hutu tidak membalikkan kepalanya, sakit yang masih panas di wajahnya, ini kedua kalinya Sako enamparnya, dia menarik nafas.

Tapi tidak menyesal atas perlakuannya tadi.

Seperti ini juga bagus, tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi.

Sesampainya di kamar atas, beberapa orang menarik dokter bertanya kondisi lebih jelas, kira-kira maksudnya, cara kakek mengobati tadi lebih tepat, sekarang, hanya mengamati saja, apakah ada terinfeksi atau tidak.

Mai menghela nafas lefa, membawa Mei Yi duduk di sebelah, menepuk kursi di sebelah kepada Hutu, "Sini, duduk sini."

Terhadap pengakuan Mai, Hutu benar-benar terharu sekali sampai tidak bisa berkata-kata.

Sebenarnya, yang paling dia pedulikan adalah opini Mai, dia adalah mama Raven, meskipun umurnya masih kecil, pengalamannya masih sedikit, tapi antara menantu dan mertua, meskipun dia tidak pernah mengalaminya, tapi sedikit banyak dia pernah mendengar.

Mama Ningga dulu hubungan dengan nenek moyang di keluarga Ningga, sangat tidak baik, saat kecil, dia ingat, mereka berdua tidak jarang bertengkar, sampai sebelum nenek moyang Ningga meninggal, mereka berdua baru bisa tenang.

Itu bukan kehidupan yang dia inginkan.

Awalnya dia berpikir, asalkan Mai bisa menyetujui dia dengan Raven, meskipun mempersulitnya, dia juga bersedia menahannya.

Mungkin bisa merasa rendahan, tapi, di hadapan cinta, sepahit apapun, juga terasa manis.

"Ne......Halo tante......"

Dia ingin memanggil nenek, tapi dipikir tidak cocok, lalu mengganti panggilannya.

Mai melihatnya, matanya senyum, "Dulu Raven, aku sangat khawatir padanya, kedepannya tidak pandai menyayangi istri, akan membuat istrinya kabur, tadi melihat dia begitu membelamu, aku sudah tenang."

Dia dengan santai mengatakannya, membuat mata Hutu sampai memerah.

Sedikit kaget, Raven bisa berkata seperti itu.

Dia dengan tidak mengerti mengatakan kata-kata bagus, hanya mengangguk, "Terimakasih tante, aku akan baik kepada pa.......maksudku kepada Raven, aku akan baik kepadanya."

Mai hanya tersenyum tak berkata, sedangkan Mei Yi berdiri disamping, kedua tangannya melipat didepan dada, berdecih dingin, "Kamu baik terhadapnya, maka langsung mendorong hubungannya dengan keluarga Ningga ke dalam lubang."

Raven baru selesai mengambil darah dari kamar lainnya, mendengar perkataan Mei Yi, maju, menggenggam lengan Hutu .

"Menurut tante kecil, tidak ada keluarga Ningga, maka tidak ada Raven yang hari ini? Kalau pernikahanku mau dijadikan sebagai pengorbanan untuk keuntungan keluarga Ningga, maka, tidak mau juga tidak apa-apa."

Hutu mendengar tidak mengatakan tidak mau juga tidak apa-apa, hatinya berat sekali.

Dia mengusap air mata, langsung menggeleng, "Jangan."

Meskipun Raven tidak membutuhkan bantuan keluarga Ningga, tapi dia masih mengerti peribahasa baik ditambah baik.

Dan juga, kalau Raven tidak menyelesaikan dengan baik, cara kakek Ningga, dia juga pernah mendengarnya, dia tidak boleh mencelakai Raven.

"Aku tidak ingin karena aku, kamu menjadi irbut dengan keluarga Ningga, kakek tidak setuju, juga sifat manusia biasanya."

Bagaimana juga, Raven yang berprestasi, dia yang biasa.

Tatapan Raven melihatnya menjadi lebih dalam, "Sifat manusia biasanya, apa maksudmu? Ingin menyerah?"

Hutu menggeleng, "Bukan, bukan, maksudku, berikan semua orang waktu untuk tenang, mungkin nanti kalau sudah lama, kakek akan setuju."

Raven ingin mengatakan apa, lalu ditarik oleh Mei Yi.

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu