Cantik Terlihat Jelek - Bab 57 Sesuatu Yang Tidak Bisa Dibeli Dengan Uang

Bab 57 Sesuatu Yang Tidak Bisa Dibeli Dengan Uang

Sherin melihat ke sekelilingnya, Sherin juga tidak tahu tempat ini ada dimana selain mengetahui nama daerah ini adalah daerah Pelangi, "Di desa yang terpencil?" Sherin berjalan beberapa langkah dan merendahkan suaranya, "Oh iya, aku bertemu dengan kekasihmu di sini. Direktur Devan benar benar memiliki banyak wanita " Tidak tahu mengapa, Sherin benar benar ingin menyindir Devan.

Devan menyandarkan punggungnya ke sofa dan mukanya terpasang sebuah senyuman yang jelas, "Kamu cemburu?"

Tatapan Sherin sedikit tenggelam. Cemburu? Tidak mungkin!

"Apakah kamu ingin tahu siapa wanita itu?" Sherin tidak percaya Devan tidak ingin tahu. Senyuman Devan semakin mendalam, "Tidak. Aku hanya ingin bertemu denganmu!"

Mendengar sampai sini, Sherin tidak tahu dia harus menjawab apa. Jantungnya berdetak sangat cepat dan Sherin mematikan telponnya dengan segera. Sherin merasa dirinya akan menjadi gila jika pria ini terus mendekatinya.

Adegan Elsa selesai pada sore hari dan Sherin bermaksud untuk berjalan jalan di sekitar desa.

"Nona Sherin, jangan pergi terlalu jauh. Kita akan kembali ke kota dan istirahat setelah mereka berdua siap" Orang yang bertanggung jawab menelpon Sherin ketika dia melihat Sherin keluar dari area syuting. Desa ini tidak besar, orang orang muda semuanya bekerja di luar dan hanya sisa orang tua dan orang sakit yang tinggal di sini. Suasana hati Sherin yang baik menjadi tertekan tanpa alasan setelah dia berkeliling di desa ini. Personalitas Sherin sebenarnya optimis tetapi dia juga sangat emosional dalam hatinya.

"Tante, apakah kamu datang dari luar?" Ada sebuah suara anak kecil datang dari belakang Sherin. Nada bahasanya bukan merupakan bahasa standar tetapi tetap bisa mengertinya jika didengar dengan konsentrasi. Sherin menoleh ke belakang dan melihat seorang anak yang berumuran sekitar Simon. Mungkin karena faktor angin, Wajahnya ada sedikit hitam merah. Baju yang dikenakannya juga terlihat lama tetapi sangat bersih. Fitur wajahnya pun sangat cantik dan tajam.

"Tante, apakah kamu datang dari luar?" Anak kecil itu mengulangi pertanyaannya. Sherin mengerti maksud dari 'luar' yang dikatannya adalah kota dan mengangguk "Iya"

"Tante, kata nenekku, orangtuaku juga bekerja di luar" Anak kecil itu melihat ke gerbang masuk desa dan matanya memiliki ketidaksabaran yang jelas, "Mereka hanya bisa pulang waktu tahun baru. Sekarang masih tersisa 14 hari sebelum tahun baru"

Masih tersisa 14 hari sebelum tahun baru? Mata Sherin menjadi merah. Dia mengelus kepala anak kecil itu dan memberikannya beberapa biskuit dan permen. Tetapi gadis kecil itu malah menolaknya, "Tante, nenek berkata tidak boleh makan makanan orang lain"

Sherin merasa bangga. Dia meletakkan makanan tersebut di tangan dan saku gadis kecil itu, "Orangtuamu memilih untuk bekerja di luar dan membiarkan kamu di rumah karena mereka ingin memberikan kamu masa depan yang lebih baik. Jangan salahkan mereka"

Setelah memiliki Simon, Sherin mengerti tidak ada orang tua yang mau berpisah dengan anaknya kecuali terpaksa. Gadis kecil itu mengangguk, "Aku tidak salahkan mereka. Aku hanya sangat rindu kepada mereka. Teman teman lain yang berada di desa ini sudah dijemput oleh orang tuanya, hanya tersisa aku sendiri di sini"

Makanya Gadis kecil ini menyapa Sherin ketika dia melihatnya? Sherin merasa sedih dan memeluk gadis kecil itu. Air mata yang ditahan olehnya mengalir.

"Kapan kamu bisa memberikan rasa belas kasihan yang kamu miliki itu kepada aku juga?" Suara yang tidak asing berbicara di belakang Sherin. Sherin menoleh ke belakang dan melihat Devan yang berdiri di jarak tidak jauh darinya.

"Kamu..., Mengapa kamu bisa datang?" Gadis kecil itu sepertinya sedikit takut setelah melihat Devan. Dia mundur dua langkah ke belakang dan berkata, "Tante, aku akan pulang dulu. Selamat tinggal" Sherin melambaikan tangannya kepada gadis kecil itu.

"Di dunia ini memiliki terlalu banyak orang yang hidup lebih susah darinya. Apakah kamu sanggup merasa sakit hati untuk orang sebanyak itu?" Sebenarnya Devan sudah datang beberapa saat yang lalu. Devan sudah melihat Sherin ketika gadis kecil itu menyapanya. Melihat Sherin menangis karena beberapa kata dari anak itu, Devan sepertinya mengerti kasih sayang Sherin terhahap Simon.

"Direktur Devan masih tahu dengan kata 'susah'?" Sherin menyeka air matanya dan melihat ke Devan dengan tatapan mengejek.

Devan mengangkat alisnya dan berjalan menuju sisi Sherin, "Ada beberapa 'kesusahan' didunia ini bisa diselesaikan dengan uang. Tetapi, ada yang tidak bisa"

Sherin memikirkannya, "Apakah ada kesusahan yang tidak bisa diselesaikan dengan uang?" Devan mengangguk dan mengelus kepala Sherin, "Tentu saja. Apakah kamu mengerti perasaan hanya bisa tertidur jika makan obat selama 14 tahun?"

14 Tahun? Sherin mengangkat kepalanya dan melihat ke pria yang berada di depannya. Berarti mulai dari usia 13 tahun Devan sudah harus makan obat baru bisa tidur? Sherin merasa sakit hati mendengarnya. Sherin dengar dari Moak Lili, hal ini terjadi karena Devan mengalami beberapa hal pada saat dia masih kecil.

Sherin ingin bertanya karena masalah apa dia tidak bisa tidur. Tetapi dia tidak tega karena takut membuat Devan teringat dengan ingatan yang menyedihkan. Melihat ekspresi Sherin, Devan merasa sedikit tersentuh, "Sudah. Simpan kembali rasa belas kasihanmu dan cepat kembali ke area penyutingan. Mereka seharusnya sudah mau selesai"

Setelah itu, dia berjalan ke gerbang desa. Cahaya dari matahari terbenam terpancar di punggungya yang besar dan tinggi. Lingkungan sekitarnya yang tidak begitu unik tetap tidak bisa menganggu Devan yang terlihat sangat mempesona.

"Kamu mau kemana?" Sherin bertanya. Sepertinya Devan tidak bermaksud untuk bersamanya. Devan berhenti langkahnya dan tersenyum. Dia menoleh ke belakang dan bertanya, "Apakah kamu tidak peduli jika orang lain melihat kita bersama?"

"Oh...Tidak... Aku peduli" Hati Sherin merasa tersentuh. Berdasarkan personalitas pria ini, dia tidak akan peduli dengan pendapat orang lain. Tetapi pria ini memilih untuk menuruti keinginannya.

"Kamu ikuti mereka pulang ke hotel dulu, aku akan menelponmu nanti" Devan berkata dan terus berjalan menuju gerbang.

Ketika Sherin sampai di area penyutingan, sudah tidak ada seorang pun yang berada di sana. Yang tersisa hanya sebuah mobil hitam. Aneh, mengapa tidak ada yang menelpon Sherin?

Sherin berjalan menuju mobil hitam itu. Pintu mobil terbuka dan ada seseorang turun dari mobil sebelum Sherin sampai di sisi mobil......

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu