Cantik Terlihat Jelek - Bab 492 Kedua Kali Juga Bisa Berdarah?

"Kamu sedang gila apa?" Weni mengelus lengannya dan berkata dengan nada suara memarahi.

Bima menoleh ke Weni dengan ekspresi gelap.

"Kecepatan perkembangan kalian lumayan cepat ya?"

Sudut mulut Bima terangkat, tetapi Weni tahu senyuman itu adalah senyuman dingin.

"Aku kembali ke kamar dulu, Kiki sudah mau bangun nanti" Tiba-tiba Weni bahkan tidak memiliki keinginan untuk menjelaskan kepada Bima.

Jalan ini dipilih oleh Weni sendiri, dia tidak pernah menyangka mau mengeluh kepada Bima, tetapi hal ini juga tidak berarti hati Weni tidak merasa sakit hati.

Hanya saja, pada saat Weni baru saja berjalan ke pintu, Bima langsung mengulurkan tangannya dan menghalang dia untuk membuka pintu.

"Keluarga dia begitu memandang rendah kamu, apakah kamu merasa hubungan kalian masih memiliki keperluan untuk berlanjut?"

Tubuh Weni tegang sejenak, setelah beberapa saat dia baru menoleh ke Bima.

"Aku adalah wanita yang memiliki satu anak, dari mana aku memiliki hak untuk memilih pasangan? Ayahnya hanya berkata beberapa kalimat yang tidak menyenangkan, asal dia mau menikahi aku, aku pasti akan bersamanya, aku tidak bisa peduli begitu banyak lagi"

Weni berkata kata-kata yang dia tidak bermaksud.

Karena jarak mereka sangat dekat, Weni bisa melihat tenggorokan Bima bergerak naik turun.

Tiba-tiba Weni pun merasa takut, sehingga dia berputar balik badannya dan tidak berani menatap Bima.

Kemudian Bima pun berjalan ke depan Weni, dia mengulurkan tangannya dan memegang bagian belakang kepala Weni sebelum menekan kepala Weni ke dinding dengan kasar.

Bima melirik Weni dengan tidak senang, pernapasannya yang dingin dan gelap membungkusi bibir Weni, kemudian Bima berkata sambil mengigit giginya.

"Makanya kamu mencari pria lain di belakang aku kemarin? Weni, kamu benar-benar pandai berpura-pura ya? Kalau benar begitu butuh laki-laki, kamu bisa berkata lebih awal!"

Weni merasa kaget dengan ekspresi Bima yang tida senang, di dalam ingatannya, Bima tidak pernah bersikap begitu menakutkan......

Setelah berpikir sambil mengigit bibirnya, kemudian dia memutuskan untuk bersikap kejam, "Bang, siapa menyuruh kamu hanya berperasaan bersama pria? Aku juga memiliki keperluan!"

Selama kehidupannya, Weni pertama kali mengucapkan kata-kata tidak tahu malu seperti ini, waktu berkata suaranya saja ikut bergetar.

Kaki Weni terasa tegang, kedua tangannya membentuk tinju yang terat, karena gugup dan takut seluruh tubuhnya pun menjadi tegang.

Weni mengangkat tangannya ingin mendorong Bima ketika dia melihat mata Bima mulai memerah dan tenggorokannya bergerak naik turun.

Tidak menyangka, pada detik selanjutnya Bima langsung mencium bibir Weni dengan kasar.

Weni tidak pernah dicium seperti gini, bahkan malam itu juga tidak seperti ini.

Mata Weni membesar, dia menatap ke wajah Bima yang sangat dekat dengannya dengan otak yang kosong dan detak jantung yang berdebar kencang.

Selanjutnya, pada saat Bima belum sempat bereaksi, Bima langsung mengendongnya dan melemparnya ke atas tempat tidur, kepala Weni kebetulan terletak di atas bantal, rambutnya sangat berantakan dan rambutnya menutupi mata kanannya.

Weni melihat Bima yang melepaskan bajunya sebelum menghampiri Weni.

Weni tahu pada detik ini, seharusnya dia mendorong Bima dan menamparnya.

Tetapi dia tidak.

Seperti malam itu, Weninginkan Bima, mau dari sisi fisik maupun mental.

Weni tahu, kalau dia membiarkan hal ini terjadi, kemungkinan hubungan dia dan Bima akan terdorong ke sebuah titik dan tidak bisa diputar balik.

Tetapi, Weni tetap menerimanya.

Pertama kali melakukan hal ini setelah beberapa tahun, mungkin karena dia bisa menyadari lebih jelas berbanding dengan kemarin, perasaan sakit yang Weni alami lebih kuat daripada malam kemarin itu.

Weni menarik selimut dengan kedua tangan dengan alis mengerut, tetapi sudut mulutnya malahan terangkat.

Weni, lumayan bagus!

Paling tidak kali ini Bima tahu dia sedang melakukan dengan kamu, bukan Suya.

Awalnya Bima hanya marah dengan Weni setelah melihat dia memandang rendah dirinya, tetapi mungkin dari dalam hati, Bima tetap merasa marah dengan pengkhinatan kemarin pada saat mereka masih menjadi suami istri.

Terkadang, teman Bima kadang bercanda dan berkata Bima itu sudah berpura-pura menyukai pria terlalu lama, sampai dia tidak memiliki pemikiran lagi dengan tubuh wanita.

Jadi, meskipun tahu masa sekarang tidak sesuai, meskipun tahu ada beberapa masalah kalau sudah dilakukan tidak bisa diputar kembali lagi, pada detik itu, Bima menginginkannya, jadi, dia tetap lanjut melakukannya.

Hanya saja........

Bima merasa sangat kaget ketika dia bangun dan melihat darah yang berwarna merah mewarnai selimut tempat tidurnya.

Melihat Bima sudah tidak bergerak, Bima menarik dan menghela nafas sebelum membuka matanya, dia melihat Bima terus menatap ke posisi bagian bawah tubuhnya, Weni pun melihat ke arah tersebut dengan alis mengerut.

Adegan di depannya membuat dia juga merasa bingung.

Darah!! Kedua kali juga bisa berdarah?

"Apa yang terjadi?

Suara Bima bergetar dengan kuat, Weni mengigit bibirnya dan tidak bisa menjawab.

"Kiki bukan kamu yang melahirkan?"

Weni mengedipkan matanya kepada Bima, setelah beberapa saat dia berdiri dan mengambil baju tidur yang terlepas di lantai, Weni memakai baju dengan panik sebelum berlari kembali ke kamarnya sendiri pada saat Bima sebelum sempat bereaksi.

Untungnya waktu itu sudah sangat malam, semua orang rumah pun sudah tidur.

Sampai pintu kamarnya terHutup, Weni baru menghela sebuah nafas dengan kuat.

Setelah mandi, Weni langsung mengeluarkan ponselnya dan mencari informasi tentang apakah kedua kali masih bisa berdarah?

Kesimpulannya adalah, kalau setelah banyak tahun tidak melakukan hal itu, kemungkinan berdarah lagi itu ada Sampai sini, Weni baru menghela nafas lega.

Weni menutupi wajahnya dan tidak tahu harus menangis atau tertawa.

Malam itu, jarang-jarang Weni bisa tidur dengan nyeyak, tidak tahu apakah itu karena tubuhnya terlalu capek atau.....

Sementara Bima tidak bisa tidur satu malam.

Pada saat pagi bangun kembali, Weni merasakan rasa sakit yang kuat, perasaan itu membuat Weni melamun sejenak, ternyata kejadian semalam bukan mimpi.

Weni terus menarik dan menghela nafas.

Jam segini, seharusnya Bima masih belum bangun.

Berpikir sampai sini, Weni segera bangun dan keramas, dia bertemu dengan Ibu Bima pada saat turun ke bawah, Ibu Bima mengerutkan alisnya dan bertanya, "Weni, kenapa kamu bangun begitu pagi?"

Wajah Weni langsung menjadi panas, "Tante, aku... aku memiliki sedikit urusan pagi ini, jadi harus pergi ke kantor lebih awal, aku minta tolong antarkan Kiki ke sekolah ya"

Setelah itu, Weni langsung melarikan diri dengan panik.

Sampai waktu sudah pagi Bima baru bisa tidur, sampai jam makan siang, Ibu Bima baru mengetahui Bima masih berada di rumah ketika melihat mobilnya.

Ibu Bima pergi memanggil Bima, tetapi pintu malah terkunci.

"Bima, apakah kamu tidak enak badan?" Ibu Bima bertanya dengan cemas di luar pintu.

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu