Cantik Terlihat Jelek - Bab 462 Bima

Pada saat yang sama, di kota lain.

"Simon, apakah malam ini aku boleh tidak pulang rumah?" Clara memegang lengan Simon sambil mengedipkan matanya.

Simon mengerutkan alisnya, sepuluh jarinya mengetik di atas tablet dengan cepat dan berpura-pura tidak peduli.

"Maksudku.... aku tidak ingin pulang, aku ingin tidur bersama kamu"

Simon yang merasa emosional mengetuk ke tombol tablet sebelum memejamkan matanya dan menarik sebuah nafas dalam.

Sepertinya kata-kata Clara berhasil mempengaruhinya.

Simon mengangkat tangannya dan Clara memegang kedua pipinya secara refleks, "Jangan memukul wajahku"

Penampilan Clara membuat emosional Simon tiba-tiba menghilang, "Clara, kamu adalah seorang wanita"

"Aku tahu. Aku memiliki semua yang seorang wanita harusnya miliki" Clara bahkan menarik kaos pendeknya ke bawah, "Kamu lihat......"

Melihat Simon langsung menoleh ke samping secara refleks, tatapan Clara berisi kekecewaan, "Simon, apakah kamu benar-benar sama sekali tidak memiliki pemikiran lain terhadap aku?"

Simon melihat ke arah lain , tetapi otaknya malah muncul adegan tadi, ini adalah pertama kali Simon melihat bagian itu, sehingga wajah Simon pun memerah, untungnya cahaya lampu gelap.

Simon berdiri dan mengambil sebotol air dingin dari kulkas, kemudian dia menghabiskan air dengan segera dan berhasil menekan rasa frustrasi di dalam hatinya.

"Sudah malam, aku antar kamu pulang saja"

Clara berjalan ke kamar tidur dengan cepat kemudian berbaring di atas tempat tidur Simon, "Aku tidak mau pulang, Simon, aku sudah dewasa, aku... aku sudah bisa melahirkan anak"

Simon berdiri di depan pintu, tangan yang terangkat pun turun lagi, kemudian tenggorokan Simon bergerak naik turun.

Akhirnya, Simon berkata dengan tidak berdaya: "Hari ini pulang dulu, besok aku akan meminta orang tuaku datang ke sini bertemu dengan orang tua kamu untuk menetapkan masalah kita"

Clara meloncat dari tempat tidur dengan senang dan bergegas ke depan Simon, "Simon, berarti nanti kita sudah bisa melakukan hal itu?"

Simon melihat ke arah lain dan menggunakan daya kontrol diri yang sangat besar untuk memaksa dirinya tidak mendorong Clara ke tempat tidur, "Apakah kamu masih memiliki perasaan malu?" sambil berkata, Simon mengetuk dahi Clara.

Sementara Clara mengembangkan mulutnya, "Yang penting di kehidupan ini aku pasti akan menikah dengan kamu, nanti juga tetap harus..."

"Clara!" Simon memotong kata-katanya, kemudian dia berjalan ke sofa dan mengambil ponsel beserta jaket Clara sebelum menyuruh dia keluar.

Clara dan Simon akhirnya menikah, tetapi mereka malah mewujudkan kata-kata Devan, Married By Accident.

"Simon, bolehkah anak kita bernama Dua Cita Ningga saja nanti?"

Simon melirik ke Clara dan berkata : "Mending bernama Suka Cita saja, lebih pasaran"

Kedua rang tua, Simon dan Clara saling menatap dan tertawa.

Kehidupan yang bahagia ada berbagai jenis, sedangkan kehidupan bahagia mereka baru saja mulai.

Bab Clover, berakhir di sini.

Bab Bima.

Tahun itu, Bima berusia 12 tahun, kelas 5 SD.

Ayah Bima bersikap keras kepala mau mentransfer Bima ke SD level tinggi.

Bima sudah terbiasa menjalani hidup santai, dia tidak memiliki peminatan terhadap kehidupan berantakan orang kaya yang hanya bisa mempertunjukkan kekayaan mereka.

Ketika guru wanita yang muda membawa Bima ke dalam kelas dan meminta Bima untuk memilih tempat duduk.

Bima menunjuk ke sebuah tempat kosong yang berada di bagian kanan dengan sembarangan.

Bima mengaku waktu itu dia benar-benar tidak berpikir banyak dan hanya sembarangan menunjuk.

Tetapi, kelakuan tanpa berpikir panjang ini malah mengubah kehidupan Bima selamanya.

Yang duduk satu meja dengannya adalah seorang gadis, penampilannya termasuk bagus dan menarik mata, tetapi gadis itu sepertinya agak dingin, melihat Bima menghampirinya, dia hanya menarik sudut mulutnya dan memberikan senyuman kecil.

Bima merasa dirinya lumayan ganteng, kejadian dari kecil sampai besar memiliki bukti yang cukup untuk membuktikan hal ini.

Semua gadis di kelas akan bersikap berpura-pura manja dan imut, atau tidak mereka akan berpikir segala cara untuk mendekati Bima.

Mungkin, manusia memang begitu, tidak pernah peduli dengan orang yang menyayangi kamu, tetapi malah peduli terhadap orang yang bersikap dingin terhadap kamu.

Bima tentu saja juga begitu, interaksi dalam beberapa hari membuat Bima merasa semakin berminat dengan gadis kecil itu.

Dari awalnya paling membenci sekolah, secara perlahan Bima pun mulai menyukai pergi ke sekolah.

"Bima, kamu jangan terlalu dekat dengan dia, dia adalah putri keluarga Su, putri orang kaya tidak akan mau bermain bersama orang seperti kita"

Yang berkata kalimat ini adalah gadis yang sekelas dengan Bima, selanjutnya, untuk pertama kali Bima 'memukul’ gadis, Bima juga tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya, mengapa dia bisa memukul seorang gadis, tetapi sebenarnya, Bima hanya sangat membenci orang lain berbicara tentang keburukan dia, mau palsu ataupun benar, Bima tetap tidak ingin mendengar.

Walaupun Bima juga pernah berpikir seperti itu di dalam hati.

Karena ini juga, Suya mulai merasa perhatian terhadap temannya ini yang duduk satu meja dengannya.

Suya juga mulai tersenyum terhadap Bima tanpa bersikap pelit.

Di dalam lingkaran orang kaya ini, semua anak bersikap mementingkan kekuasaan dan keuntungan karena pengaruh dari orang tuanya.

Tetapi, di dalam lingkaran ini, sepertinya tidak ada hal yang bisa disembunyikan, contohnya identitas Suya yang membuat Suya terlihat seperti seseorang yang dingin.

Setelah itu, tidak ada yang pernah memberikan senyuman tulus kepada Suya lagi, semua orang itu antara menghina atau berpura-pura baik terhadapnya.

Secara perlahan, Suya pun menjadi tidak suka tersenyum lagi.

"Kita menjadi teman saja, teman yang paling baik, boleh?" Akhirnya, Bima tidak bisa bertahan lagi, tetapi Bima berpikir, kalau dia bisa lebih awal menyadari perasaan itu adalah cinta, Bima pasti tidak akan berkata seperti itu, dia pasti akan menyatakan perasaannya terhadap Suya.

Tetapi, Bima tidak melakukan hal itu.

Akhirnya mereka pun tamat SD, waktu itu Bima tidak mengerti cinta, Suya juga tidak mengerti kebaikan Bima.

"Bima, sekolah SMP, ayahmu sudah mengatur semuanya...."

"Aku mau sekolah di Asalus!" Bima meletakkan mainan di tangannya dan menatap ke ibunya.

"Apa? Asalus? Bima, kamu mendengar kata-kata ibu, anak yang sekolah di sana rata-rata bukan anak yang belajar dengan serius, semua sama saja, kamu....."

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu