Cantik Terlihat Jelek - Bab 436 Kurang Olahraga

Mia menatap dimsum yang ada di tangannya, dan membawanya sampai ke rumah Mohan.

Mia membuka pintu, dan melihat Mohan duduk di sofa mengenakan piyama, “Bukankah kamu pergi dinas?”

Mohan mematikan TV, melangkah maju dan fokus pada dimsum yang ada di tangannya, “Dimsum Jiaoshi? kamu pergi makan disana? Sendirian?”

Mia berpikir, lebih baik jujur pada Mohan terkait masalah Nyonya Mo mengajaknya bertemu, dia merasa ada beberapa hal yang tidak boleh ada salah paham.

“Ibumu, sangat menentang hubungan kita.”ucap Mia bersandar di pelukan Mohan.

Setelah beberapa saat Mohan baru menjawab, “Aku akan membujuknya, sekalipun tidak setuju, pernikahan kita adalah masalah kita berdua.”

“Mohan, kamu lihat orang lain hidup bersama, menikah, melahirkan anak dengan mudah, kenapa sampai giliran kita, semuanya seperti sebuah cerita drama berkelok-kelok penuh rintangan.”Sebenarnya Mia pernah berpikir untuk hidup seperti orang biasa, menikah, melahirkan anak dan hidup tenang seumur hidup, entah kenapa semua itu begitu sulit.”

Mohan menatapnya dengan dekat, kulit halusnya dan wajah cantiknya, sama sekali tidak meninggalkan bekas apapun di wajahnya selama beberapa tahun ini.

Mengingat ketika pertama kali bertemu dengannya yang tampak memalukan, lalu kecewa di kemudian hari, Mohan merasa dirinya sangat beruntung tidak kehilangan Mia.

“Ibu tidak melihat kecantikanmu.”Jari-jari Mohan meyisir di antara rambutnya yang halus.

Mia tersenyum pahit, “Maksudmu, ibumu merasa aku jelek?”

Mohan mencium wajahnya, “Maksudku, dia tidak melihat kecantikan dari dalam hatimu.”

Mia tidak mengatakan apa-apa, karena kecantikan dalam hati, harus dilihat dari kebajikan dan kebijaksaan, jika kamu menyukainya, apapun yang dilakukannya kamu tetap akan merasa baik, bahkan jika dia memarahi orang, kamu juga akan merasa sangat seksi.

Tapi, jika kamu tidak menyukainya, dia yang begitu baik padamu, kamu tetap akan mengira dia berpura-pura, dia yang baik pada kamu, kamu akan mengira dia sedang merayumu dan takut ketahuan.

Manusia memang seperti ini, makhluk yang aneh.

“Sudahlah, setelah lama waktu yang akan menunjukkan hati seseorang, saat ini aku tidak khawatir.”sebenarnya Mia sedikit frustasi

Hubungan tidak akur antara mertua dan menantu, sejujurnya membuat Mia sangat pusing.

Terutama dia bukan ibu mertua yang biasa.

“Kamu tunggu sebentar.”

Mohan pergi ke ruang kerja, selang sesaat dia keluar memegang dua buku merah.

“Tidak peduli apa yang dilakukan ibuku, secara hukum kita tetap suami istri dan tidak pernah berubah.”

Mia mengambil salah satu buku itu, ketika dia mendengar Mohan mengatakan mereka berdua tidak pernah cerai, dia mengira Mohan hanya membuatnya senang, ketika melihat buku nikah, dia benar-benar sangat terkejut.

Dalam foto itu, wajahnya yang kurus dan menyedihkan, dengan tatapan sayu dan tidak berdaya, disamping dirinya ada Mohan dengan wajah dingin yang tampak enggan menikah.

“Kala itu kamu tidak begitu iklas ya?”

Keluh Mia padanya

Mohan mengelilinginya dan duduk, “Bagaimana jika kita foto ulang?”

“Tidak, ini cukup bermakna bukan?”

Mohan memegang wajahnya, “Semuanya dengarkan kamu.”

“Akhir-akhir ini kamu sangat nurut.”

“Karena aku ingin hadiah.”

“Apa?”

“Menurutmu?”

……

“Perlukah aku mengunjungi keluargamu secara resmi?”ucap Mohan bergumam di telinganya.

Mia berbaring di pelukan Mohan, setelah melakukan latihan fisik yang berat, Mia mulai kehabisan nafas, dia menengadah menatap wajah Mohan yang tampak seperti biasa, lalu berkata: “Kenapa setiap kali kamu yang bersemangat berhubungan, pada akhirnya orang yang lelah setengah mati adalah diriku?”

Mohan tertawa kecil, “Kamu tidak mau bangun pagi, sampai di kantor duduk seharian, kamu harus banyak olahraga.”

Mia menggelengkan kepalanya dengan cepat, dari kecil hingga besar, dia yang selalu unggul dibidang apapun, hanya saja dibidang fisik membuatnya ketakutan.

“Tidak, aku tidak mau olahraga.”

Mohan menyentuh kepalanya dengan sedikit centil, “Iya, kedepannya aku akan lebih lembut.”

Mia mencemberutkan bibirnya, “Setiap kali kamu selalu mengatakan begitu.”

Masalah mengunjungi keluarga, diabaikan begitu saja oleh Mia.

Karena dia sama sekali belum melakukan persiapan, bagaimana membawa Mohan bertemu dengan ayah dan ibunya.

Tapi, di hari sabtu minggu kedua, di pagi hari, ketika semua orang sedang makan dirumah, bel rumah berdering.

Rena pergi membukakan pintu.

“Ayah?”

Beberapa orang didalam terkejut, Mia meletakkan sumpit, bangkit, memandang keluar melihat Mohan yang berpakaian rapi, Mia tersenyum berkata, “Ke……kenapa begitu awal?”

Setelah mengatakan ini, dia merasa tidak pantas.

Mohan masuk, lalu diikuti oleh sekumpulan orang yang membawa berbagai macam kotak hadiah.

Awalnya orang tua Mia masih tampak tenang, ketika melihat ruang tamunya hampir penuh.

Ibunya bangkit berjalan kepintu, “Ini……”

“Bu, ini mahar menurut adat Kota A.”ketika Mohan mengatakan ini, sekumpulan orang itu mengangguk lalu mundur keluar.

Satu kata “Bu”, Mia bisa merasakan ibunya menggoyangkan lengannya.

Dia sedikit khawatir, lalu menoleh memandang ayahnya.

Untungnya, suasana hatinya cukup stabil.

Ibunya tidak tahu harus melakukan apa, dia juga menoleh memandang ayahnya.

Ayahnya perlahan-lahan bangkit, berjalan kedepan Mohan, terdiam sesaat, lalu mengangkat tangannya dan menampar wajah Mohan

Gerakannya sangat cepat dan tiba-tiba, Mia terkejut berdiri ditempat.

Dari suara tamparan ini bisa diketahui ayahnya sangat menggunakan kekuatan.

“ Suamiku, apa yang sedang kamu lakukan?”ucap ibunya.

Ucapan ini menyadarkan Mia, dia mengerutkan kening menatap Mohan dengan khawatir, tapi dia tahu persis apa arti tamparan ayahnya?

Ayah kasihan pada dirinya, yang selama bertahun-tahun berkorban dan tertekan hanya karena demi pria ini.

Tapi, Mia khawatir pria yang ada didepannya, tidak mengerti niat ayahnya.

Jika, Mohan berbalik pergi, apa yang harus aku lakukan?

Mohan melirik Mia, melihat reaksinya, lalu tersenyum menyeringai, menganggukkan kepalanya, “Mia, sudah seharusnya ditampar ayah.”

Dia mengucapkannya dengan suara nyaring, tanpa disertai rasa kecewa.

Mia merasa lega, ketika mengetahui Mohan mengerti.

Ayah Mia mengendus ‘hmph’ lalu duduk disofa, melihat seisi ruangan penuh dengan mahar, sudut mulutnya tersenyum lebar.

Ibu Mia yang melihat keadaan ini, sibuk menyambut, “Ayo semuanya duduk, berdiri terus untuk apa.”

Nada bicaranya sedikit tidak enak, tapi setidaknya dia sudah mempersilahkan Mohan masuk kedalam.

Mia segera maju kedepan, mengulurkan tangan meraba wajah Mohan yang ditampar, Mohan memegang lengannya dan menggelengkan kepala.

Mohan membungkuk dan melihat Morena yang bersembunyi dibelakang Mia, mungkin terkejut ketika melihat ayah Mia menamparnya.

“Rena, sini, ayah peluk.”

Mia membungkuk, menganggukkan kepala pada Rena, anak kecil tetap anak kecil, dia tetap berjalan kearah Mohan.

Setelah semuanya duduk di sofa, ibu Mia duluan membuka pembicaraan.

“Mohan, keluargamu tidak menerima Mia, apa rencanamu?”

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu