Cantik Terlihat Jelek - Bab 171 Sakit

"Katakan, kamu itu siapa? Mengapa mau berpura-pura menjadi Moldi?" Yang berbicara adalah kakek, nada suaranya jelas menjadi jauh lebih tinggi daripada tadi.

Clover tidak pernah melihat adegan seperti ini, melihat pistol yang dipegang oleh paman saja sudah membuat Clover takut sampai tidak berani bersuara.

Devan yang melihat ketakutan Clover berjalan melewati sofa dan menuju ke sisi Clover, kemudian dia memegang pinggang Clover dan mundur ke belakang dua langkah.

"Devan, pamanku........." Suara Clover sedikit bergetar dan terkejut, pamannya yang begitu lembut juga mempunyai sisi seperti itu.

Pegangan Devan di pinggang Clover mengerat, "Tidak apa-apa, kakek dan paman mereka tahu batasan" Suara Devan tidak besar dan tidak kecil, kebetulan bisa didengar oleh semua orang yang berada di ruangan.

Tatapan ayah Gabriel memancarkan sebuah kejutan dan badannya bergetar setelah mendengar Devan memanggil orang tua yang berada di depannya kakek.

Tetapi dengan cepat tatapannya kembali menjadi tenang.

Ayah Gabriel menggeserkan tangan paman yang sedang memegang pistol dan dia membungkukkan kepalanya terhadap kakek, "Pemimpin Pulau, kita sudah tidak berjumpa selama puluhan tahun, apa kabar anda?"

Pada saat mendengar ayah Gabriel memanggilnya Pemimpin Pulau, kakek langsung berjalan ke depan beberapa langkah dan merasa sedikit kaget, kakek mengira pria di depannya benar adalah pria yang membohongi anak putrinya.

Tetapi, ketika ayah Gabriel membungkukkan kepalanya kepada kakek, tatapan kakek tenggelam, "Kamu bukan Moldi, kamu siapa?"

Mendengar kata-kata itu, Ayah Gabriel melihat ke bawah, Clover tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas, tetapi Clover bisa melihat senyuman di sudut mulutnya.

"Pemimpin Pulau, apakah ingatan anda ikut buruk ketika anda menjadi tua? Kalau aku bukan Moldi, anda merasa aku itu siapa?" Setelah berkata, Ayah Gabriel menunjuk kepada Gary, "Pemimpin Pulau, anda lihat, ini adalah anakku dengan Herlina, namanya adalah Gary, sini Gary, ini adalah kakekmu"

Clover merasa sangat terkejut, dia mengira ayah Gabriel akan ragu dengan identitas Gary, Clover tidak menyangka dia akan mengakuinya dengan begitu santai.

Tiba-tiba, Clover menjadi semakin tidak mengerti dengan pemikiran pria ini yang sebenarnya.

Bahkan Devan pun mengerutkan alisnya.

"Jangan mencoba untuk sembarang bicara, jangan mengira mataku tidak bagus hanya karena aku sudah tua, Moldi memiliki 2 pusar di kepalanya yang masing-masing berposisi saling berhadapan di kanan dan kiri, ketika kamu menundukkan kepalamu untuk membungkukkan badanmu tadi, aku jelas melihat pusar kepala kamu hanya satu dan posisinya berada di tengah" Setelah berbicara, Kakek mengambil pistol yang berada di tangan paman dan menunjuk ke Ayah Gabriel.

Alurnya berubah terlalu cepat dan Clover jelas tidak sempat bereaksi.

Tetapi. Clover juga merasa kaget dengan ingatan kakeknya, setelah begitu banyak tahun, dia masih bisa mengingat masalah kecil ini dengan jelas.

Ayah Gabriel tidak memiliki reaksi yang terlalu besar.

Dia hanya melihat kakek dengan senyuman di wajahnya.

"Katakan, apa yang terjadi? Moldi dimana? Mengapa akhirnya anak putriku pergi ke kota Seroja sendiri? Lalu, mengapa Gary memanggil kamu ayah?"

Personalitas kakek jelas tidak selembut paman, semakin berbicara emosinya semakin naik, Clover merasa agak cemas kakek bersikap terlalu emosi dan langsung menembak ayah Gabriel dan ujung-ujungnya diri kakek juga ikut dirugikan, Clover merasa itu terlalu tidak pantas.

Clover ingin mengangkat tangannya dan memperlembut suasana, tetapi Devan menahan gerakannya dan Devan menggelengkan kepalanya kepada Clover.

Ayah Gabriel mendekatkan dirinya kepada kakek dan berbisik kepadanya, setelah itu kakek yang masih marah-marah langsung menurunkan pistolnya.

Kemudian, Clover mendengar kakek menggunakan bahasa yang dia tidak mengerti untuk berbicara dengan paman.

Paman kemudian melihat ke Clover beberapa saat dan langsung menoleh ke arah lain.

Karena tatapan Clover sedang menuju ke paman, dia sama sekali tidak melihat kakek membuat sebuah gerakan tangan kepada Devan.

Detik selanjutnya, Clover tiba-tiba merasa sakit di bagian belakang lehernya dan Clover pun menjadi tidak sadar diri.

Beberapa pria di dalam ruangan menghembuskan sebuah nafas yang lega, hanya tatapan Ayah Gabriel sendiri yang memancarkan emosi puas hati.

Ternyata, Clover benar-benar adalah kelemahan dari beberapa pria ini, Ayah Gabriel merasa keputusan dirinya untuk membiarkan Clover melahirkan Simon adalah keputusan yang sangat pintar.

"Kamu percaya tidak, kalau sekarang aku langsung menembak kamu" Ekspresi kakek langsung berubah setelah melihat Devan menggendong Clover ke dalam kamar, kakek menunjukkan pistolnya kepada ayah Gabriel lagi.

Ayah Gabriel mengangguk dan melihat ke Devan yang baru saja keluar dari kamar, dia berkata setiap kata dengan jelas : "Sini, Devan, bukankah kamu sangat penasaran mengapa ayahmu bisa setuju denganku membiarkan orang lain melahirkan Simon? Aku akan memberi tahu kamu kebenaran sekarang........ aku.........."

"Aku akan membunuhmu langsung jika kamu berbicara satu kata lagi, coba saja?" Ekspresi paman berubah dan dia langsung menendang ke siku Ayah Gabriel sebelum Ayah Gabriel sempat berbicara, Ayah Gabriel berlutut di lantai dan wajahnya tidak tampak marah sama sekali, malahan senyumannya menjadi semakin lebar.

Devan melihat ke tiga orang itu dan alisnya mengerut, dia berjalan ke depan dan melihat ke Paman : "Apakah Paman mengetahui sesuatu?"

Paman menatap ke Kakek sebelum melihat ke Devan, "Kamu jangan dengarkan, dia sembarangan bicara, dia tidak tahu apa-apa........."

"Sembarangan bicara? Boleh, bukankah kalian tidak percaya? kalau begitu bunuh aku saja? bunuh aku dan besok akan ada yang mengirim pesan kepada keponakanmu, aku akan melihat nanti, yang akan sakit itu aku yang jadi mayat atau keponakanmu yang masih hidup?" Setelah berkata, Ayah Gabriel mengangkat kepalanya dan tertawa dengan suara besar.

"DOR!" Kaki kanan ayah Gabriel ditembak, paman yang begitu lembut pun sudah emosi sampai wajahnya pucat.

Setelah suara pistol, sekelompok pria berpakaian hitam masuk ke dalam, orang yang memimpin di antara mereka melihat gerakan tangan paman dan melambaikan tangannya kepada orang yang berada di belakangnya, setelah itu, mereka mengangkat ayah Gabriel yang luka keluar dari rumah.

"Antar aku ke rumah sakit, aku mau rumah sakit yang paling bagus, aku mau pelayanan yang paling bagus, hahahaha............." Ayah Gabriel itu ditarik keluar oleh para pria berpakaian hitam, darahnya terus mengalir tetapi dia tidak merasa sakit dan malah terus tertawa dengan kuat.

Kakek melihat ke paman dan kemudian melihat ke Ayah Gabriel yang bangga, keinginan membunuh di matanya menghilang, dia mengambil beberapa gelas di atas meja, melemparnya ke lantai dengan kuat dan menghasilkan suara yang sangat menusuk telinga.

Ekspresi Devan tenggelam, dia melihat ke kakek dan paman dengan wajah dingin : "Kakek, apa yang dia katakan kepadamu?"

Tadi kakek membelakangi Clover dan memberikan kode kepada Devan agar Devan memukul Clover hingga pingsan, Devan tidak berpikir banyak dan memilih untuk menuruti kata-katanya karena Devan tahu dua pria di depannya berada di pihak yang sama dengan dia, mereka tidak akan melukai Clover selamanya.

Tetapi, Devan semakin mengerti kata-kata Ayah Gabriel kepada kakek tadi pasti berhubungan dengan Clover.

Kakek pasti takut Clover akan terluka makanya dia menyuruh Devan untuk melakukan hal itu.

Kakek menatap ke Devan dengan dalam dan menyuruh dia untuk duduk.

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu