Aku bukan menantu sampah - Bab 61 Hadiah Misterius

Istrinya bahkan berinisiatif memberikan hadiah, ini adalah pertama kalinya bagi Roky.

Dia sangatlah gembira, segera menyelesaikan makan malamnya, lalu berjalan masuk ke dalam kamar dengan tidak sabar.

Dewi masuk kedalam kamar terlebih dahulu, ketika Roky masuk, dia melihatnya telah mengenakan piyama tali dengan warna peach, tubuh indah yang tidak terlihat begitu jelas, penampilan yang menawan, tidak bisa menahan untuk menelan ludah, didalam hati sedikit ingin bertindak.

Apakah dirinya telah membuat Ayah mertua bahagia, jadi suasana hati istrinya baik, lalu ingin berkembang lebih jauh dengan dirinya?

Roky menahan kegembiraannya, berjalan ke samping kasur lalu bertanya: “Istriku, hadiah yang akan kamu berikan…………”

“Disana.” Dewi sepertinya tahu apa yang ingin dia tanyakan, jadi tidak menunggunya selesai bicara, dan langsung menunjuk ke meja.

Roky menoleh kesana, lalu melihat ada sebuah kotak kecil diatas meja, kotak itu penuh dengan tulisan bahasa inggris, dan masih menggambar sepasang pria dan wanita barat yang saling berpelukan, didalam hatinya semakin terkejut.

Bukankah ini obat yang meningkatkan minat pria dibagian itu?

Tidak disangka, istri yang selama ini pemikirannya sangat tertutup, sebenarnya salah makan obat apa hari ini, bahkan berinisiatif memberikan ini pada dirinya.

Suara Dewi terdengar dari belakang: “Kamu jangan salah sangka, kotak obat ini diberikan kepadaku secara pribadi oleh Ayahku tadi, dia mengatakan kita telah menikah begitu lama, dan tidak memiliki bayi, jadi meminta tolong kepada teman yang membuka toko kebutuhan pria dan wanita, menghabiskan banyak uang untuk membeli ini, mengatakan untuk menyehatkan ginjalmu.”

Roky mengambil kotak itu, lalu dengan langsung tercengang.

Semua ini, ternyata karena si Ayah mertua itu cemas.

Tetapi bagaimana benda ini bisa menyehatkan ginjal, sangat jelas Ayah mertua yang tidak mengerti bahasa inggris sudah tertipu lagi.

Dewi juga berkata dengan tidak senang: “Ayah takut melukai harga dirimu, jadi menyuruhku diam-diam memasukkannya kedalam gelasmu, aku pikir benda ini juga tidak berguna, tetapi ini didapatkan Ayah dengan susah payah, jadi aku tetap memberikannya padamu.”

Roky semakin tak berdaya.

Dewi tidak membiarkan dirinya menyentuh, dia seorang diri yang kesepian, apa gunanya mempunyai benda yang membantu kesenangan ini?

Apakah menyuruhnya pergi mencari wanita diluar?

Kegembiraan tadi berubah menjadi senyum pahit diwajah Roky, dia menggelengkan kepala dengan tak berdaya, membuka laci lalu melemparkan kotak itu kedalam, dengan pasrah mengambil selimut lalu meletakkan dilantai, bermaksud akan tidur.

Tepat ketika dia sedang berbaring, dibelakang badan tiba-tiba terdengar suara Dewi yang sedikit tidak alami.

“Surat undangan itu……terima kasih ya…..”

Roky tersenyum: “Kamu adalah istriku, aku membantu Ayah mendapatkan surat undangan, itu tidak perlu berterima kasih.”

Tatapan mata Dewi sangat rumit, berkata dengan teragu-ragu: “Ayah terus mendesakku untuk punya bayi, dia sudah mendesakku 2 kali dalam minggu ini, bagaimana ini?”

Dewi tersenyum pahit didalam hati.

Bagaimana?

Bayi bukan jatuh begitu saja, Dewi tidak membiarkannya “memiliki kontak jarak dekat”, mungkinkah dia harus “memaksanya”?

Dia mengangkat kepala dan berkata: “Kalau tidak, kamu beritahu Ayah bahwa ginjalku tidak bagus.”

Lagipula, dia selalu diberi makan penyehat ginjal setiap kali oleh Ayah mertuanya, hal ini takutnya juga tidak bisa dijelaskan lagi.

Dewi menggigit bibiirnya, didalam hati terlintas sedikit perasaan bersalah, lalu berkata dengan suara kecil: “Lebih baik aku yang menjelaskan kepada Ayah, akhir-akhir ini aku terlalu sibuk diperusahaan, aku ingin mengutamakan karir terlebih dahulu, jadi tentang anak nantinya baru dibicarakan saja.”

Roky berpikir didalam hati, dia bahkan belum pernah menyentuh tangan Dewi, terkait kapan memiliki anak, takutnya juga adalah hal bertahun-tahun kedepan.

…………………

Dalam sekejap mata sudah hari jumat.

Roky baru berjalan masuk ke ruang tamu, Andrew sudah menunggu dengan tidak sabar, begitu melihatnya, dengan semangat langsung menyapanya.

“Roky, ayo kita segera pergi, jangan sampai terlambat.”

Pavilion treasure adalah sebuah asosiasi peninggalan budaya yang diorganisasikan sendiri oleh sekelompok penggemar barang peninggalan budaya di kota Gopo, basecamp berada disebuah mansion di pinggiran kota yang indah.

Presiden asosiasi memiliki latar belakang yang hebat, aku mendengar dia adalah seorang pengusaha besar real estate didalam provinsi, tetapi dia menyukai barang peninggalan budaya, jadi memimpin dan menginvestasi 200 miliar, lalu mengumpulkan sekelompok pengusaha yang mencintai peninggalan budaya juga, kemudian membentuk “Pavilion treasure”.

Karena ini adalah organisasi swasta, jadi acara pelelangan juga merupakan “perkumpulan pribadi”, dengan syarat kelas atas, dan juga tidak terbuka untuk umum.

Orang yang ingin datang ke pelelangan untuk melihat barang berharga itu, sangatlah banyak sampai bisa mencakup beberapa truk, tetapi yang boleh masuk hanyalah beberapa ratus orang.

Roky dan Andrew telah tiba didepan gerbang mansion, dia turun dari mobil lalu mengangkat kepala memandang ke sekeliling.

Pemandangan disekitarnya sangat cantik dan tenang, memiliki kesan mewah, dan semua mobil yang terparkir diluar adalah mobil mewah, yang paling rendah adalah merek Porsche.

Dapat dilihat identitas yang berpartisipasi, semuanya adalah bangsawan yang terkemuka.

Dan Mercedes-Benz yang dinaiki Roky, seperti burung pegar yang jatuh ke sarang burung phoenix, sangatlah menarik perhatian.

Dia menyuruh Ayah mertua turun dari mobil, lalu akan berjalan masuk ke dalam.

Tepat pada saat ini, suara panggilan terkejut terdengar dari samping.

“Roky, bagaimana kamu juga berada disini?”

Roky mengerutkan kening, mendongak lalu melihat kesana, dia melihat Talita dengan gaun merah berdiri disamping sebuah mobil Ferrari hitam.

Gaun bahu terbuka yang berwarna merah, memperlihatkan sosok anggunnya, dia menggunakan bedak tipis, dengan rambut yang indah, berdiri ditengah kerumunan, keindahan yang sangat menarik perhatian seperti mutiara.

Roky mengenali mobil disampingnya, adalah mobil penerima tamu bisnis Ryeol Grup, mengangguk kepala sedikit padanya, lalu berbalik badan dengan dingin dan memanggil Ayah mertua.

Mungkin, setelah Mike melarikan diri saat itu, dia menjelaskan kepada Talita lagi, jadi amarahnya pasti sudah reda.

Orang dengan ambisi berbeda tidak dapat bekerja sama, Roky tidak memiliki waktu untuk menyapa Talita, dia membawa Ayah mertuanya lewat dari samping Talita lalu melangkah besar berjalan masuk ke halaman mansion.

Dibelakangnya, raut wajah Talita sedikit jelek.

Dia berinisiatif menyapa Roky, sudah menurunkan harga diri dan memberinya muka, tetapi tidak disangka, Roky malah tidak menanggapinya.

Tepat pada saat ini, Mike sudah selesai parkir mobil, kemudian turun dari mobil dan bertanya: “Talita, kamu sedang berbicara dengan siapa?”

“Aku melihat Roky masuk kedalam.”

“Roky?” Raut wajah Mike langsung menjadi jelek, memandang ke pintu dengan menghina, “Orang berstatus rendah seperti dia, takutnya bahkan tidak memiliki syarat untuk masuk kedalam pavilion, paling hanya ikut meramaikan diluar.”

Banyak orang yang ingin melihat barang antik di Pavilion treasure, tetapi juga tidak memenuhi syarat untuk masuk ke dalam Pavilion, oleh karena itu, banyak penggemar barang antik juga akan datang kemari, bertukar pengalaman di dalam mansion, dan menunggu setelah pelelangan selesai, melihat barangnya sekilas dari para partisipan.

Semua adalah penggemar barang antik, meskipun Pavilion treasure membatasi mereka untuk masuk, tetapi tidak menghalangi mereka, dan masih menyediakan tempat dan minuman gratis untuk mereka, sehingga semua orang bisa berkomunikasi.

Tatapan mata Talita mendalam: “Aku menyapanya, tetapi dia malah mengabaikanku.”

“Orang seperti dia, untuk apa kamu mempedulikannya.” Mike langsung menjadi sangat marah, lalu menghibur: “Roky tidak layak untuk kamu menyapa secara inisiatif, dia sangat penakut, waktu itu tidak bersedia pergi menagih hutang dengan kita, pasti takut kamu akan menyalahkannya, jadi berjalan pergi dengan cepat, kamu tidak perlu marah dengan orang seperti itu.”

Penjelasan ini masuk akal, suasana hati Talita langsung menjadi lega, berpikir dalam hati Mike lumayan bijaksana, lalu dia berkata dengan suara kecil: “Mungkin begitu.”

Waktu itu pergi menagih hutang dan menghadapi bahaya, Talita semakin kecewa terhadap Roky.

Setidaknya Mike masih lumayan cerdik, mengemudi keluar dari pengepungan untuk mencari bantuan, tetapi Roky, bahkan tidak memiliki keberanian untuk pergi menagih hutang.

“Ayo masuk.” Kata Talita.

Dia melupakan masalah tentang Roky, lagipula dalam acara kelas atas seperti ini, dengan status Roky, itu tidak mungkin dapat memasuki Pavilion treasure!

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu