Aku bukan menantu sampah - Bab 12 Memandang Orang Rendah

Mendengar Roky yang tidak ingin pergi, Jenni seketika marah besar. “Kamu masih merasa kurang memalukan? Ingin terus mencari perhatian disini? Andaikan kamu agak berguna, kita mungkin tidak akan dipermalukan.”

Roky tertawa ringan dan berkata, “Ibu salah paham. Aku harus pergi beli sayur dulu, biar pulang nanti bisa langsung masak.”

Andrew ikut menyambung berkata, “Sudahlah, biarkan ia pergi beli sayur, agar aku tidak kesal melihatnya!”

Raut wajah Dewi juga terlihat kurang baik. Hatinya memang kurang nyaman setelah direndahkan banyak orang, dan dirinya juga merasa agak tidak puas terhadap Roky.

Semua salahnya. Jika ia tidak memaksa dirinya coba memakai, bagaimana mungkin akan terjadi hal-hal seperti ini!

Setelah melihat mereka bertiga keluar toko dengan kesal, Roky baru berbalik badan kembali ke Jade Jewelry, dan langsung berjalan kearah Dina.

Melihat Roky yang berjalan kearahnya, Dina pun berkata dengan sinis. “Yo, kamu tidak merasa senang dan ingin mencari masalah ya? Aku beritahu kamu, jangan cari masalah untuk dirimu sendiri. Tidak pernah ada orang yang berani membuat onar di Jade Jewelry!”

Wajah Roky masih datar, lalu ia pun membuka mulut berkata, “Bungkus jadeite ini untukku. Aku menginginkannya.”

Seketika terdengar kerumunan orang yang tertawa.

“Hahahahaha, orang bodoh ini sudah kecanduan untuk berpura-pura.....”

“Orang bodoh ini mungkin belum selesai berakting!”

“Aduh, sudahlah, jangan lanjut akting lagi. Aku sudah mau mati karena tingkah laku kocaknya!”

Dina juga tertawa sinis dan berkata, “Kamu mau? Kamu mampu membelinya? Untuk apa kamu terus berpura-pura? Dasar bodoh, jadeite ini seharga dua puluh enam miliar. Kamu ingin membelinya, tunjukkan nominal tabunganmu terlebih dahulu.”

Roky benar-benar marah. Ia bertanya dengan datar. “Apakah ini sikap kalian terhadap pelanggan yang ingin membeli barang?”

Dina mengangkat bahunya, tertawa berkata. “Pelanggan juga dibagi tingkatnya. Orang yang mampu beli tentu adalah pelanggan. Untuk orang sepertimu, memanglah bodoh! Aku beri tahu kamu, aku sudah sering bertemu dengan orang bodoh yang sepertimu, merasa diri sendiri miskin, ingin melampiaskan amarah, ingin membuat onar, tapi aku beri tahu lagi bahwa kamu datang ke tempat yang salah!”

Roky tidak ingin berbicara lagi dengannya, ia pun membuka mulut berkata, “Panggil manajer kalian keluar. Ada yang ingin kubicarakan dengannya.”

Dina memasang raut wajah yang tenang berkata, “Apakah kamu berhak bertemu dengan manajer kita? Segera pergilah kamu. Kalau kamu tidak mau pergi lagi, aku akan menyuruh petugas keamanan untuk menarikmu keluar. Jika kamu terluka, jangan pernah berharap bisa mendapat biaya pengobatan dari kita. Latar belakang bos kita sangat kuat!”

Roky meliriknya sinis sekilas. Ia pun tidak lagi peduli kepadanya, mengeluarkan telepon dan menghubungi nomor Billy.

“Billy, datang ke Jade Jewelry dan siapkan tunai sebanyak dua puluh enam miliar untukku. Sepuluh menit kemudian, aku sudah harus mendapatnya.”

“Tentu, Tuan Muda. Aku akan segera kesana.”

Dina menarik salah satu sudut bibirnya, tertawa berkata. “Si bodoh ini semakin menjadi-jadi! Dua puluh enam miliar lagi, bahkan selama hidupku tidak pernah melihat begitu banyak tunai. Semoga kamu bisa membuatku melihatnya! Mungkin kamu belum tahu bahwa tunai yang melebihi miliar butuh buat janji dengan bank terlebih dahulu. Hahaha, kamu sungguh kocak!”

Roky mengangguk dan berkata, “Kalau tidak pernah melihat begitu banyak tunai, maka bentar lagi kamu akan melihatnya.”

Orang-orang di sekitar juga membicarakannya.

“Miskin bukan masalah, tapi jangan membesar-besarkan diri.....”

“Hahaha, orang ini sama sekali tidak mirip orang kaya. Dua puluh enam miliar? Jika ia bisa mengeluarkan enam ratus juta, aku akan memanggilnya Ayah!”

“Aku hanya ingin lihat bagaimana tampang dua puluh enam miliar ini!”

Mendengar orang-orang yang berdiri pada pihaknya, wajah Dina pun terukir senyuman. Ia menunggu bagaimana si miskin itu mengatasi masalah ini jika tidak ada tunai nanti.

Beberapa menit kemudian, ada beberapa mobil Rolls Royce yang tiba-tiba berhenti di depan pintu Jade Jewelry.

Selanjutnya, dari dua mobil Rolls Royce di depan muncul delapan pengawal yang memakai setelan jas hitam.

Tangan mereka membawa koper hitam. Mereka semua berotot kuat, memasang ekspresi tegas dan penuh aura membunuh, bahkan suasana sekitar seketika menjadi lebih serius.

Mereka pun langsung menutupi area sekitar yang sebanyak sepuluh meter di depan pintu Jade Jewelry, melarang siapapun untuk masuk ke dalam!

Lalu, ada seorang pengawal yang membuka pintu mobil Rolls Royce yang ketiga, sehingga terlihat Billy yang turun dari kursi penumpang.

Adegan ini seketika membuat orang-orang di dalam Jade Jewelry tercengang!

Tokoh besar darimana kah ini, bisa-bisanya memiliki formasi yang begitu besar!

Dina tercengang dan berpikir bahwa si miskin itu yang memanggil orang-orang ini datang?

Tapi setelah dipikir ulang, bagaimana mungkin? Si miskin itu tidak mungkin kenal dengan tokoh besar yang begitu hebat.

Billy berlangkah besar ke dalam Jade Jewelry. Dina pun sibuk menyambut kedatangannya.

Tapi Billy sama sekali tidak meliriknya, lalu langsung berjalan kearah Roky.

“Tuan Muda, aku sudah datang, uang juga sudah kubawa.”

Ucap Billy, lalu melambaikan tangannya. Para pengawal yang di belakang berjalan masuk ke dalam Jade Jewelry, lalu langsung meletakkan koper yang penuh uang di lantai dan membukanya.

Di dalam sana penuh dengan lembaran tunai yang berwarna merah!

Semua orang di sekitar terkejut, hingga menarik nafas dalam!

Sialan!

Si miskin ini.... Oh bukan! Apa yang dikatakan orang ini bisa-bisanya benar!

Oh Tuhan, sebenarnya siapakah orang ini?

Roky berkata kepada Billy. “Aku ingin bertemu dengan manajer toko tersebut, tapi wanita itu bilang aku tidak berhak, kamu atasi lah sendiri.”

Billy mengangguk, lalu mengeluarkan ponselnya. Setelah mencari-cari, ia pun langsung menghubunginya.

Sekali panggilan terhubung, ia pun langsung marah kepada orang di seberang telepon sana. “Bajingan, aku Billy. Aku sekarang tepat berada di Jade Jewelry. Aku beri waktu satu menit untukmu segera datang kesini! Kalau tidak, aku akan menyuruh orang untuk membakar Jade Jewelry, serta mematahkan kakimu!”

Wajah Dina seketika memucat, tatapannya pun penuh rasa takut saat memandang Billy.

Orang ini sungguh begitu hebat?

Bosnya merupakan tokoh besar yang cukup terhormat di Kota Gopo, apalagi memiliki koneksi yang luas, siapapun harus menghormatinya. Bagaimana mungkin ada yang berani berbicara seperti itu kepadanya?

Tak sampai semenit, seorang pria paruh baya yang berisi berlari cepat dari kantor belakang. Melihat Billy, ia pun langsung mendekatinya dan berkata, “Pak Billy, Anda juga tidak memberi tahuku sebelumnya kalau mau datang ke toko kecilku ini, setidaknya biarkan aku menyambut Anda.”

Billy langsung mendaratkan sebuah tamparan pada wajahnya, lalu marah besar berkata. “Kamu cukup angkuh ya. Tuan Muda-ku ingin bertemu denganmu, tapi karyawanmu bilang Tuan Muda-ku tidak berhak. Coba kamu katakan, apakah kamu tidak ingin hidup lagi?”

Awalnya pria gemuk itu agak sedih setelah menerima tamparan, tapi setelah mendengar ucapannya, ia seketika terkejut, hingga arwahnya hilang.

Tuan Muda-nya Billy? Oh Tuhan, keberadaan Billy saja sudah seperti seekor naga. Bukankah Tuan Muda-nya seperti dewa di langit?

Mencari masalah dengan Billy saja sudah bisa mati, apalagi dengan Tuan Muda-nya......

Kedua kakinya terus gemetar, lalu menoleh melihat kearah Roky yang berada di samping Billy. Meskipun terlihat biasa, tapi ia adalah Tuan Muda-nya Billy!

Mengingat ini, pria gemuk ini semakin ketakutan dan sibuk berkata, “Sungguh maaf, Tuan Muda. Aku meminta maaf kepada Anda.”

Lalu ia menoleh ke belakang, memasang wajah penuh amarah dan marah besar berkata, “Sebenarnya siapa yang begitu buta, membuat Tuan Muda marah? Segera keluar!”

Pandangan semua orang seketika terpusat pada Dina.

Dina sibuk ingin mundur ke belakang.

Tapi pria gemuk itu langsung maju, menarik kerah pakaian Dina dan mendaratkan tamparan pada wajahnya. Ia marah besar berkata, “Dasar wanita jalang, bahkan berani-beraninya membuat Tuan Muda marah. Kamu benar-benar buta!”

Dina tertampar jatuh di lantai, dan menangis berteriak. “Maaf, Bos. Aku sendiri yang buta, mohon Anda maafkan aku kali ini!”

“Maafkan kamu?” Pria gemuk menjambak rambutnya, menarik kepalanya ke atas, lalu mendaratkan kepalan pada wajahnya. Pukulan demi pukulan, hingga wajahnya dipenuhi dnegan darah. “Sialan. Kamu ingin mencelakaiku yan? Kamu ingin mencelakaiku, maka biarkan aku celakai kamu terlebih dahulu!”

Ada beberapa gigi Dina yang copot karena pukulannya, bahkan jembatan hidung yang baru saja dibuatnya pun dipatahkan. Wajahnya sekarang penuh dengan darah. Ia menangis kencang untuk membebaskan diri dari pria gemuk itu. Ia merangkak ke dekat Roky, menarik kakinya dan menangis berkata, “Tuan Muda, aku sudah tahu kesalahanku. Lain kali aku tidak akan asal merendahkan orang lain.”

Roky berkata dengan cuek. “Kamu sendiri yang mencari semua ini.”

Pria gemuk itu berlari kemari, lalu lompat dan menginjak kepalanya, marah-marah berkata. “Dasar sialan, apakah kamu berhak menyentuh kaki Tuan Muda? Aku harus memberi ajaran untukmu!”

Sekali injakan itu langsung membuat Dina jatuh pingsan.

Pria gemuk itu pun berkata kepada petugas keamanan di sampingnya. “Sial, bawa si bodoh yang suka merendahkan orang ke tumpukan sampah di belakang sana!”

“Baik, Bos!” Beberapa petugas keamanan itu tidak berani lama-lama, lalu langsung membawa Dina yang wajahnya terpenuh darah keluar.

Roky berkata kepada pria gemuk itu tanpa memasang ekspresi. “Istriku menyukai jadeite itu, tolong bungkus itu untukku.”

Pria gemuk itu langsung mengangguk menerimanya dan berkata, “Baik, aku akan bungkus sekarang untukmu!”

Roky tidak lagi melihatnya, melainkan berkata kepada Billy. “Kamu simpan dulu jadeite ini untukku. Selain itu, sepupu perempuan Dewi tunangan besok, tolong bantu aku siapkan hadiah untuk Keluarga Liu, jangan buat Dewi dipandang rendah. Sekalian bawakan jadeite itu untukku, tapi harus ingat jangan bocorkan identitasku.”

“Aku mengerti, Tuan Muda. Aku antar Anda pulang?” Billy mengangguk sebagai tanda menerimanya.

“Tidak perlu.” Roky melambaikan tangannya berkata, “Aku pulang sendiri.”

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu