Aku bukan menantu sampah - Bab 568 Kita Sudah Impas

"Aku…… bawahan tidak berani."

Dini segera berkata, "Tapi tingkat kultivasi Roky tidak bisa diduga, adikku pasti tidak bisa menghadapinya."

"Aku punya rencanaku sendiri."

Charlie juga tahu, tapi dia telah menunggu sangat lama, juga tahu sedikit kemampuan Roky saat ini dari Dini.

Memanfaatkan tingkat kultivasi Roky saat ini, menyuruh Disa mengendalikan ular piton, dia pasti bisa membunuh Roky di bukit kemun.

Dini merasa cemas dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi Charlie berteriak dengan tajam.

"Dan kamu, bahkan tidak bisa menangani Dewi, aku pikir kamu semakin tidak berguna sekarang!"

Dini tersedak dan segera menjelaskan, "Ada beberapa master yang melindungi Dewi, aku sulit untuk mendekatinya."

"Hehe, dengan tingkat kultivasimu, tidak mungkin tidak bisa menangani beberapa pengawal."

Charlie mendengus dingin dan memperingatkan dengan serius, "Sebaiknya kamu jangan bermain trik, kalau tidak, aku tidak akan melepaskanmu.

Sekarang aku sudah mengirim orang untuk menangani Dewi, kemudian mereka akan membawa Dewi ke luar kota, kamu pergi menemui mereka."

Dini tertegun, kemudian bertanya, "Ketua Charlie, apakah kamu sudah mengirim orang ke sana?"

"Untuk menghindari kesulitan yang mungkin terjadi ke depannya, sebaiknya menyerang duluan."

Charlie berteriak, "Jika kamu gagal lagi kali ini, kamu tahu apa konsekuensi untuk sampah yang tidak berguna."

Setelah berbicara, Charlie menutup telepon.

Dini berdiri di pinggir jalan dan raut wajahnya tidak dapat diprediksi.

Di satu sisi, dia mengkhawatirkan Disa adiknya dan di sisi lain, dia tidak menyangka bahwa Charlie mengirim pembunuh, takutnya Dewi tidak menghindarinya kali ini.

Tapi adiknya masih berada di bawah kendali Charlie. Dini ragu-ragu sejenak lalu bergegas ke luar kota.

……

Sebuah mobil hitam sedang melaju keluar dari Kota Gopo.

Di bagasi, Dewi meringkuk panik dengan tangan dan kaki yang diikat.

Dia baru saja pergi ke kamar mandi dan beberapa pegawal yang berkepala botak menunggunya di luar.

Tepat ketika dia akan keluar, dua wanita tinggi ramping yang memakai kacamata hitam masuk dan tiba-tiba menekan beberapa titik akupunktur di tubuhnya yang membuat Dewi tiba-tiba kehilangan mobilitasnya dan jatuh ke tanah dengan ketakutan.

Kedua wanita itu memasukkannya ke dalam koper besar, menariknya keluar dari kamar mandi dengan santai, lalu ke tempat parkir bawah tanah dan memasukkannya ke dalam bagasi BMW.

Dewi baru menyadari bahwa kedua wanita itu ternyata seorang pria yang menyamar sebagai wanita ketika mereka melepas wignya!

Mata Dewi langsung suram dan hatinya sangat panik. Dia tidak tahu siapa penculik ini dan bahkan tidak tahu apa tujuan pihak lain itu.

Mulutnya di lakban, dia sama sekali tidak bisa berteriak dan merasa sangat panik.

"Suamiku, cepat datang untuk menyelamatkanku……"

Pada saat ini, Dewi baru menyadari bahwa betapa amannya dia ketika Roky berada di sampingnya sebelumnya.

Dia mati-matian mencoba melepaskan ikatannya, tetapi tidak bisa melepaskannya.

Tiba-tiba, tubuh Dewi terhempas ke depan dan menabrak bagasi.

BMW itu mengerem dengan tajam dan tiba-tiba berhenti.

Dia tidak peduli dengan rasa sakit dan jantungnya berdebar kencang.

Apa yang ingin dilakukan oleh pihak lain?

Apakah akan mengeluarkannya?

"Brak"

Dewi mendengar suara menutup pintu mobil.

Lalu ada beberapa teriakan.

Kemudian hening.

"Klik"

Tiba-tiba cahaya terang muncul di depan Dewi yang membuatnya menyipitkan matanya dan menyusut dengan gugup.

Lapisan keringat dingin muncul di punggungnya dan bulu kuduknya berdiri.

Pisau melintas di depannya dan segera menyerangnya!

Dewi menutup matanya dengan ketakutan.

Saat ini, dia mendengar suara menggoda dari seorang wanita.

"Direktur Dewi, apakah nyaman berbaring di bagasi? Apakah kamu masih ingin aku membantumu berdiri?"

Mendengar suara ini, Dewi tiba-tiba membuka matanya dan mengangkat kepalanya dengan curiga.

Hanya melihat Dini berdiri di samping bagasi, dengan satu tangan terkepal dan memegang pisau di tangan lainnya sambil menatapnya dengan senyuman.

Beberapa tetes darah memercik ke gaun berpayet emasnya dan ada bekas darah merah di wajahnya.

"Sekretaris Dini, kamu… kamu…" Dewi menatapnya kosong dan kepalanya kosong.

"Ya?"

Dini menyipitkan matanya, menyeka bekas darah di wajahnya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Keluarlah, aku telah menangani orang yang menculikmu. Jika kamu tidak pergi, aku tidak bisa melindungimu ketika penculik lain datang."

Dewi tertegun sejenak, menundukkan kepalanya untuk melihat tali yang diikat padanya, telah dipotong oleh Dini dengan pisaunya, dia segera melompat keluar dari bagasi.

Dia diikat terlalu lama, pergelangan tangannya bahkan ada bekas darah, kulitnya terluka dan terasa nyeri.

Saat dia terhuyung-huyung keluar dari bagasi, Dewi memiringkan kepalanya dan jiwanya hampir melayang karena ketakutan.

Hanya melihat beberapa orang berbaju hitam tergeletak dengan genangan darah di samping BMW hitam. Mereka semua tampak mati karena pisau dan mereka penculik yang baru saja menculiknya.

Kedua kaki Dewi lemas, dia bersandar pada mobil dan hampir tidak bisa berdiri stabil, berusaha bertanya dengan tenang, "Sekretaris Dini, kamu… apa yang ingin kamu lakukan?"

"Jangan takut."

Dini melemparkan pisaunya dan tersenyum santai, "Jika aku menginginkan nyawamu, apakah kamu masih bisa berdiri di sini?"

"Sekretaris Dini, apa yang terjadi?" Dewi sudah tenang.

Dia sudah melihat kematian para penculik ini, semuanya dengan akurat menembus ke jantung dengan pisau, dibunuh dengan satu pukulan dan tiba-tiba mengerti bahwa Dini telah menyelamatkannya.

Tapi Dewi sulit untuk mempercayainya, Dini yang biasanya terlihat seperti wanita yang menawan, ternyata sisi lainnya adalah pembunuh yang kejam.

Dini mengangkat bahu, mengambil kembali pisau terbang dan berkata dengan datar, "Bukankah kamu sudah melihat semuanya? Mereka menculikmu dan aku membunuh mereka."

"Tapi… tapi……" Dewi masih tidak bisa mempercayainya dan ada banyak keraguan di hatinya.

Dini berkata, "Waktunya mepet, masih ada penculik lain yang dalam perjalanan. Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan, pengawalmu sudah mengejar ke sini dan akan segera menjemputmu."

"Dewi, aku menyelamatkanmu sekali, juga tidak memintamu untuk berterima kasih. Selama kamu merahasiakan apa yang baru saja aku lakukan, maka di antara kita termasuk sudah impas."

Dewi sudah tenang dan sedikit mengernyit.

"Dini, apakah kamu mengenal para penculik ini? Kamu membunuh mereka, apakah kamu akan mendapatkan masalah?"

Dini menertawakan dirinya sendiri dan berkata, "Lagipula kamu juga lumayan membenciku, untuk apa peduli denganku? Dewi, aku akan segera meninggalkan Kota Gopo. Tolong sampaikan pengunduran diriku ketika Direktur Roky kembali, sekalian memohon padanya, jika memungkinkan, aku memintanya untuk mengobati adikku."

Setelah berbicara, dia berbalik dan pergi.

Mata Dewi merasa rumit, dia samar-samar merasa identitas Dini tidak sederhana.

Dia tiba-tiba mendongak dan berteriak, "Tunggu! Kamu mau ke mana? Bagaimana cara mencarimu ke depannya?"

Dini berhenti, tetapi tidak menoleh ke belakang dan berkata dengan dingin.

"Tidak perlu cari, aku juga tidak akan pernah kembali ke Kota Gopo.

Selain itu, aku ingin memberitahumu bahwa identitas suamimu Roky, bukanlah sesuatu yang bisa disinggung oleh keluarga Liu. Katakan kepada orang tuamu, perlakukan Roky dengan baik, kalau tidak, Roky bisa menghancurkan seluruh keluarga Liu dengan mudah."

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
3 tahun yang lalu