Aku bukan menantu sampah - Bab 270 Isrti Ingin Melahirkan Anak denganku?

Roky tidak tahu harus tertawa atau menangis.

Dia tidak menyangka ternyata Dewi mengira dulu dia adalah seorang gangster!

Wajah Dewi memerah, dengan suara rendah dia berkata: "Jika kamu sendirian, aku menghormati pilihan kamu, tetapi setelah kita memiliki anak di masa depan, aku tidak ingin mereka hidup dalam ketakutan.

"

Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya, Roky tiba-tiba menjadi bersemangat, menggenggam tangan kecilnya dengan erat, dan tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata: "Istriku, kamu bersedia bersamaku..."

Dewi ingin melahirkan anak dengannya? !

Bahagia!

Gembira!

Seketika itu juga hati Roky berdetak dengan kencang, bagaikan gelombang tsunami yang menghantam tubuhnya.

Dia telah menunggu selama empat tahun,akhirnya istrinya mau menerimanya, bersedia memiliki hubungan yang lebih nyata!

Menjadi pasangan suami-istri yang sesungguhnya dengannya!

Dan kelak akan melahirkan buah hati mereka berdua!

Roky sangat bersemangat hingga dadanya naik turun, dia menggenggam tangan Dewi dengan erat, kemudian sambil tersenyum berkata: "Kalau begitu malam ini kita berhubungan intim?"

“Sekarang masih belum waktunya!” Wajah Dewi memerah dan jantungnya berdetak dengan cepat, karena panik, tanpa berpikir panjang, perkataan itu langsung keluar dari mulutnya.

Roky tidak ingin melepaskan kesempatan ini, segera bertanya: "Kalau begitu mau tunggu sampai kapan?"

"Tunggu aku sudah siap, baru kita bicarakan lagi.

"

Dewi menundukkan kepalanya, menghindari tatapan Rocky yang panas.

Perkataan Melani siang tadi muncul lagi di benaknya.

Dia mengkhawatirkan keselamatan Roky, juga tidak mengetahui keadaan keluarganya.

Masih terlalu dini untuk menjalin hubungan dengannya.

Selain itu, dia juga khawatir akan ada bahaya yang tersembunyi dari keluarga Roky di luar, di dalam ada saingan cinta yang sangat kuat seperti Melani, jika Roky sedikit terguncang, Melani akan merebutnya

Ketika Dewi memikirkan hal ini, rasa kecewa melintas di dalam hatinya.

Diam-diam, Dewi memutuskan bahwa dia harus mengembangkan karirnya dan berusaha untuk membuat Perusahaan Artha Cloud menjadi lebih besar dan lebih kuat, walaupun tidak sebaik karir Melani, namun setidaknya dirinya tidak kalah dari Melani, dengan begitu dia memiliki kepercayaan diri untuk bersama dengan Roky!

"Rocky, sekarang masih belum waktunya, aku ingin lebih fokus pada perusahaan, setelah semuanya beres, kita baru..."

Ketika Dewi mengatakan ini, dia menundukkan kepalanya dengan malu, kemudian bertanya dengan lembut: "Apakah kamu bersedia memberiku waktu dan menungguku?"

Roky menatapnya untuk waktu yang lama, kemudian berkata kata demi kata: "Kamu adalah istriku, dan aku bersedia menunggu seberapa lama pun, tidak peduli apa yang ingin kamu lakukan, aku akan mendukungmu.

"

"Rocky!"

Seketika itu juga Dewi tersentuh, dan tidak bisa menahan diri untuk memeluknya.

Semburan wewangian mengalir ke hidung Roky.

Rocky tidak bisa menahan diri untuk menundukkan kepalanya dan mencondongkan tubuh ke wajah Dewi.

"Pindahkan lemari itu..."

Tiba-tiba terdengar suara Andrew dari arah pintu.

Dua orang yang saling berpelukan dikejutkan sehingga mereka segera berpisah.

Untuk beberapa saat, Roky merasa malu, dia mengangkat kepala dan melihat Andrew berdiri di depan pintu, hanya memanggil, "Ayah.

"

"Ahem ..." Wajah Andrew juga memerah.

Dia pergi ke toko untuk memindahkan lemari, tidak menyangka bisa melihat putri dan menantunya ciuman sambil berpelukan.

Dewi merasa malu hingga wajahnya memereah ketika hal ini terlihat oleh ayahnya, Dewi segera meraih tasnya dan berjalan keluar: "Aku, ada sesuatu yang harus aku lakukan di kantor, aku pegi dulu.

"

Setelah Dewi pergi, Andrew berjalan mendekat, menepuk bahu Roky seolah-olah orang yang memiliki pengalaman, kemudian dengan misterius berkata.

"Menantuku, bagaimana dengan efek dari anggur ginjal yang aku berikan sebelumnya? Di rumahku masih ada satu botol anggur obat anjing laut, kamu bisa minum satu gelas sebelum tidur, efeknya dijamin sangat bagus.

"

"Terima kasih ayah.

"

Roky sangat malu, dia tidak menyangka bahwa diam-diam, ayah mertuanya memiliki begitu banyak anggur afrodisiak.

Tidak terlihat bahwa ayah mertua sudah hampir berusia 60 tahun, dia dan ibu mertua masih memiliki permintaan yang kuat di bidang itu!

Pemenang kehidupan!

Ketika ayah mertua tumbuh kuat, ibu mertua akan menikmati berkah, pantas saja Jenni penuh energi, ternyata karena diasuh oleh ayah mertua tua!

Roky tidak bisa menahan diri untuk mulai berkhayal, ketika dia berumur enam puluh tahun nanti, dua sampai tiga hari sekali dia pasti akan melakukannya bersama istrinya, kehidupan yang bahagia!

Andrew menepuk pundaknya, dia tersenyum dan berkata: "Kamu bekerja keras agar Dewi dapat melahirkan bayi dengan cepat, dengan adanya bayi, ibumu tidak akan punya banyak tenaga untuk dibuang lagi.

"

Roky merasa pusing ketika menyebutkan Jenni.

Sekarang setiap hari Jenni selalu mencari masalah, jika dia memiliki anak nanti, dibelakangnya ibu mertua ini pasti akan mengajari anaknya bahwa "Ayah itu jahat."

Jika Jenni mengatakan "ayahmu adalah sampah" di hadapan putranya setiap hari, bagaimana dia mendidik anak?

Memikirkan hal ini, bulu kuduk Roky merinding, tanpa daya dia berkata: "Ayah, mari kita bicarakan itu nanti.

"

Jenni yang sedang menarik uang dari bank, tiba-tiba bersin beberapa kali hingga air liur bertebaran.

Dia menyeka wajahnya karena kesal, bertanya-tanya siapa yang menggosipi dirinya di belakang?

“Tante, apakah anda masih mentransfer uang?” Tanya teller.

Wajah Jenni berubah tegas, kemudian memarahi: "Tante siapa? Aku baru berusia empat... tiga puluh lima tahun, jika kamu sembarangan berbicara, akan aku laporkan kamu!"

Teller wanita ditakuti olehnya sehingga dia segera tutup mulut, sekali lihat, wanita tua itu sudah hampir berumur enam puluh tahun, dia tidak bisa tidak merubah perkataannya: "Kakak, apakah kamu mentransfer uang?"

"Transfer uang 4 miliar ini untuk adikku.

"Jenni menyerahkan buku tabungan.

Selain uang 2 miliar lebih yang baru saja dia terima tadi, semua uang yang biasanya dia dapatkan, selain dia hamburkan sendiri, akan dia transfer kepada adiknya!

Adik berbisnis di Kota Wasa, jadi dia menganggap sebagai investasi!

Tunggu sampai bisnis adiknya sukses, maka dia akan menjadi bos besar!

Jenni merasa senang ketika memikirkan ini!

Tiba saatnya nanti, dia dapat membeli apa pun yang dia inginkan, uangnya tidak akan habis untuk dihamburkan!

...

Keesokan harinya, Roky menerima telepon dari Broto yang memintanya untuk pergi ke Restoran Gobest, katanya ada sesuatu yang ingin dia diskusikan.

Roky langsung pergi ke Restoran Gobest.

Hanya ada Broto dalam ruangan itu, melihat dia memasuki pintu, Broto segera berdiri dan menyambutnya dengan hormat.

"Master Rocky, silahkan duduk.

"

Roky tidak melihat Direktur Ren, jadi dia bertanya, "Ayahmu sudah kembali ke Kota Babel?"

Broto tersenyum dan berkata, "Terima kasih karena master Rocky telah membantu adik menemukan pembunuh sebenarnya, ayahku membawa Liu bersaudara kembali ke Kota Babel dan menghukum pembunuh itu dengan berat.

"

Dia mengatakannya dengan santai, tetapi Roky tahu bahwa pasukan bawah tanah keluarga Ren di Kota Babel tidak boleh diremehkan, dan mereka bukanlah orang yang baik.

Namun, Roky tidak peduli bagaimana keluarga Ren menangani Liu bersaudara.

Broto melaporkan: "Aku telah merundingkan akuisisi pabrik farmasi di Kota Gopo, tunggu setelah jalur produksi farmasi di Kota Babel selesai, maka konstruksi akan dimulai pada waktu yang sama, diusahakan agar obat-obatan tersebut dirilis ke pasar pada waktu yang sama.

"

"Baik.

"

Roky mengangguk ringan, puas dengan efisiensi kerja Broto.

Broto melihat wajahnya dan dengan hati-hati berkata: "Master Rocky, Yoga baru saja tiba di Kota Gopo, dia ingin bertemu denganmu.

"

"Dia datang untuk apa?"

"Acara White Dragon yang diadakan tiga tahun sekali akan diadakan di bulan depan.

Meskipun kamu berada jauh di Kota Gopo, namun setelah Yoga dan aku berdiskusi melalui telepon tadi malam, merasa bahwa masalah ini harus tetap dilaporkan kepada anda.

"

“Acara White Dragon?” Roky mengerutkan kening, “Acara macam apa ini?”