Aku bukan menantu sampah - Bab 44 Barang palsu

Roky pulang dengan taksi setelah keluar dari Restoran Gobest.

Dewi sudah pulang kerja dan dia terkejut ketika melihat Roky pulang.

“Mengapa kamu pulang begitu cepat, bagaimana dengan pesta penyambutannya?”

Roky tersenyum sambil berkata, “Mike juga mengadakan pesta penyambutan dan Talita pergi ke tempatnya, aku hanya pergi sebentar saja.”

Karena Mike adalah satu-satunya anak lelaki yang ada di keluarga Liu dan semua orang menganggapnya sebagai pewaris keluarga Liu maka Dewi merasa biasa saja jika Talita memilih ke pesta penyambutan Mike.

Maka dari itu Dewi berkata sambil menghela napas, “Biarkan saja, lagipula dia juga tidak benar-benar menganggapku sebagai teman.”

Roky mengangguk, Talita memang memliki sedikit kekuasaan dan setiap kali melihatnya selalu ada perasaan aneh yang tidak dapat dijelaskan.

Tepat pada saat ini, sebuah suara tawa panjang memecahkan keheningan ruang tamu.

“Hahaha..... sini, sini! Cepat lihat barang pusaka yang aku dapatkan!”

Dewi berdiri sambil berkata dan melihat Andrew, “Ayah, kamu hampir membuatku mati karena kaget.”

“Cepat lihat.” Andrew sama sekali tidak memperhatikan ekspresi Dewi karena dia sangat senang sambil memegang sebuah gelas keramik, “Ini adalah gelas ayam yang aku dapatkan di pasar yang ada di Antique Street dan katanya ini didapatkan dari peti mati Kaisar yang berharga satu miliar lebih!”

“Satu miliar lebih?” Dewi langsung berdiri dan berkata, “Ayah, dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu?”

Keluarga masih punya hutang yang masih belum dibayar seharga 12 miliar, meskipun pendapatannya meningkat akhir-akhir ini tapi tidak mungkin bisa langsung mengeluarkan uang sebanyak satu miliar.

Roky juga merasa agak terkejut.

Mertuanya ini terakhir kali rugi besar karena barang antik dan hampir saja dipenjara tapi dia tetap masih berani melakukannya.

Benar-benar sudah lupa sama sekali.

Andrew tertawa sambil berkata dengan misterius, “Aku mengatakan jika gelas ini senilai satu miliar. Coba kalian tebak, aku membelinya dengan harga berapa?”

Dewi ragu sejenak sambil berkata, “600 juta?”

“Salah! Tebak lagi!” Andrew melambaikan tangannya.

“400 juta?”

“Masih salah!”

Roky yang ada di samping melirik sekilas ke arah gelas keramik itu dan dia bisa jika itu adalah barang palsu yang bahkan 200 ribu saja sudah mahal.

Pada saat ini, Andrew langsung berkata sambil tertawa, “Hahaha, aku membelinya dengan harga 600 ribu! Hebat tidak?”

Andrew tertawa kencang, kegembiraannya tidak dapat disembunyikan.

Dewi membelalakkan matanya karena tidak berani mempercayainya, “Tidak mungkin, gelas ini didapat dengan harga 600 ribu?”

Ibu mertuanya, Jenni keluar dari dapur karena mendengar ada suara, wajahnya terlihat senang, “Apakah gelas ini benaran sangat berharga? Bukan barang palsu kan?”

Andrew menepuk dadanya, “Tenang saja, orang yang menjual gelas tidak tahu harga pasarannya, aku juga bertemu dengan seorang ahli harta karun yang membantuku melihatnya dan mengatakan jika barang ini adalah barang asli!”

“Benarkah?” Jenni memegang gelas itu dan melihatnya dengan hati-hati sambil tersenyum bahagia.

Roky yang berdiri di samping terpaksa ikut tersenyum dan ekspresinya terlihat tenang.

Dia dari pertama sudah bisa melihat jika kedua gelas itu adalah barang palsu tapi karena mertuanya begitu gembira maka dia tidak membongkarnya.

Andrew sangat senang dan berkata, “Gelas ini sekarang masih belum komplit, bos itu mengatakan akan membawakan kekurangannya besok dan aku akan pergi melihatnya lagi! Supaya Bisa membeli seluruh set! Jika seperti itu maka harganya akan menjadi lebih tinggi! Jika beruntung maka bisa membayar seluruh hutang yang berjumlah 12 miliar ini!”

Roky mengerutkan keningnya dan segera menghalanginya, “Ayah, jangan terlalu serakah membeli barang antik, cukup beli dua saja.”

Dewi juga berkata, “Benar, buat apa membeli banyak, kedua gelas ini tidak bisa dimakan, selain itu gelas ini masih belum tahu palsu atau asli karena perbedaannya begitu banyak.”

Dia tidak percaya dengan barang seperti itu, jika barang yang dibeli dengan harga 600 ribu bisa dijual kembali dengan harga satu miliar maka bukankah semua orang bisa menjadi kaya.

Andrew sedang bahagia, ketika dia melihat Roky mengatakan seperti itu dia mengejeknya, “Kamu tahu apa! Ini adalah barang antik yang memerlukan sepasang mata yang jeli untuk melihatnya!”

Setelah itu dia berkata kepada Dewi sambil melihat gelas keramiknya, “Kamu tidak perlu mengurus masalah ini karena ini ada beberapa orang yang berebut denganku sehingga belum tentu aku bisa mendapatkannya besok.”

Jenni berkata, “Jika benaran berharga maka kamu harus berusaha supaya bisa mendapatkannya!”

Dewi diam-diam menarik Roky ke samping setelah melihat kedua orang tuanya begitu senang melihat gelas ayam itu.

“Aku lihat masalah ini tidak terlalu menyakinkan dan terasa seperti penipuan dan Ayah pasti akan pergi membelinya lagi besok, kamu temani ayah pergi ke Antique street supaya dia tidak tertipu.”

Roky mengangguk karena dia memang berencana pergi meskipun Dewi tidak menyuruhnya.

Sepertinya Andrew dijebak orang hanya saja dia tidak curiga sama sekali.

.....

Keesokan paginya, Dewi berkata kepada Andrew supaya Roky ikut pergi ke pasar antik untuk menambah pengalamannya.

Andrew langsung menyetujuinya karena dia berencana memamerkan kehebatannya dalam melihat barang antik.

Dewi mengantar mereka sampai di depan Antique street dan dia baru pergi ke kantor setelah memberikan isyarat mata kepada Roky.

“Ayo, aku bawa kamu melihatnya.”

Andrew melambaikan tangannya dengan cepat dan berjalan cepat ke arah Antique street.

Roky mau tidak mau segera mengikutinya sambil melihat sekeliling.

Kota Gopo adalah kota sejarah terkenal, Antique street sangat terkenal sehingga menjadi tempat berkumpulnya para pedagang barang antik dari seluruh negeri.

Departemen pariwisata setempat mempergunakan kesempatan itu dengan merapikan kembali jalan itu dengan biaya yang banyak menjadi sebuah objek wisata yang menarik.

Apalagi akhir pekan sehingga Antique Street sangat ramai, penuh toko-toko giok antik di kedua sisi jalan.

Juga masih banyak pedagang kecil yang menggelar barang antik giok untuk menarik pengunjung.

Roky sembarang melihat sebentar dan dia sepertinya tidak melihat banyak barang asli, semuanya adalah pedagang licik yang sedang membohongi pengunjung.

Banyak pembeli yang mendapatkan barang palsu berpikir jika diri mereka mendapatkan barang bagus sehingga terlihat senang sekali.

“Di sini!”

Andrew menghentikan langkahnya di depan sebuah pedagang kali lima dengan wajah penuh kegembiraan.

Ada beberapa orang yang sedang melihat barang antik dan Andrew segera masuk ke dalam kerumunan karena takut ketinggalan.

Roky melihatnya lalu mengerutkan keningnya.

Di atas tanah dilapisi sebuah kertas minyak yang diatasnya ada belasan barang antik yang masih berlumpur seperti keramik kuno, koin kuno, gelas anggur tembaga, lukisan kaligarfi yang telah menguning.....

Barangnya sangat menarik tapi Roky hanya perlu melihatnya sekilas dan menemukan bahwa itu adalah barang palsu.

Pedagangnya adalah seorang pria kurus berkulit gelap yang memakai baju biru yang kasar, rambutnya berantakan dan berminyak yang membuatnya terlihat seperti orang jujur, secara keseluruhan penampilannya sangat kusam.

“Lihat ini!” Andrew mengatakannya dengan pelan penuh semangat kepada Roky sambil menunjuk ke arah sebuah botol dengan perut besar, “Ini adalah satu set dengan kedua gelasku! Aku akan membelinya sehingga membuat gelasku menjadi satu set maka harganya bisa menjadi dua kali lipat!”

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu