Aku bukan menantu sampah - Bab 55 Aku Bisa Melindunginya

Wajah cantik Dewi memanas, bersandar di punggung Roky sama sekali tidak berani bergerak, membiarkan dia memeluk kedua kakinya, berjalan ke depan dengan langkah besar.

Saat Roky menggendong Dewi, kebetulan sedang jam pulang kerja, saat berjalan keluar dari Gedung kantor, orang di sekitar melihat kearahnya satu persatu, tatapannya semua berbeda-beda.

Karena Dewi terkenal sebagai wanita cantik yang dingin, walaupun dia sudah menikah, tapi masih punya tidak sedikit orang yang mendambakannya.

Melihat Roky menggendong kaki Dewi yang indah dengan terang-terangan, tidak sedikit orang yang iri sampai menelan ludah, dan merasa kasihan di hati.

Perempuan cantik seperti ini, kenapa mendapat suami cacat yang tidak bisa apa-apa?

Benar-benar sia-sia saja!

Roky menggendong Dewi, sama sekali tidak merasa begitu berat, dia berjalan dengan langkah besar.

Hanya saja aroma lembut yang samar-samar itu, sesekali masuk ke hidungnya, membuat sekujur tubuhnya panas, napasnya juga jadi cepat.

Jelas-jelas istrinya sendiri, tapi menikah begitu lama, tapi hari ini adalah pertama kalinya ‘berinteraksi mesra’ seperti ini, Roky tidak bisa tidak tersenyum pahit.

Setelah sampai di rumah, Roky tadinya ingin memijat pergelangan kaki Dewi, tapi Dewi malah menolak.

Roky melihat wajahnya yang merah, tatapannya menghindar, bertanya heran: “ada apa? Apa kamu tidak enak badan?”

“tidak.” Dewi menahan hatinya yang terus berdegup kencang, menjawab dengan kaku.

Dia bersandar di punggung Roky yang kokoh, dia dibuat deg-degan oleh aroma di tubuhnya, sekujur tubuhnya seketika aneh, hanya bisa sengaja menyembunyikan ekspresinya, menunjukkan rupa yang dingin.

Roky melihatnya dengan teliti, berkata: “kalau begitu wajahmu kenapa merah begitu?”

“aku tidak apa, pergi mandi dulu.” Dewi buru-buru bangun, berjalan ke arah kamar mandi.

“tunggu!” Roky mengejar, jongkok tanpa menerima protes orang, meminjat kaki Dewi empat, lima kali dengan cepat, dan memanfaatkan kesempatan untuk memasukkan sedikit mana di dalam tubuhnya, “sudah.”

Dewi baru ingin menghindar, tapi malah merasakan sakit di kakinya menjadi ringan, tiba-tiba bertanya dengan terkejut: “kamu bagaimana pijatnya, kenapa kakiku tidak sakit lagi?”

Roky bicara sambil tersenyum: “belajar teknik pijat dari televisi, luka terkilir sepertimu ini tidak parah juga, cukup menemukan titik akupuntur sudah bisa meningkatkan sirkulasi darah.”

Dewi melihat kakinya sendiri, terkejut sampi tidak bisa berkata-kata.

Pergelangan kaki yang tadinya masih bengkak dan sakit, setelah dipijat oleh Roky beberapa kali, ternyata bengkaknya perlahan mereda.

Pijatan yang dipelajari dari televisi ternyata begitu ajaib?

“oh ya, aku membelikan hadiah untukmu, coba kamu lihat suka tidak.” Roky mengambil gelang giok di meja dandan, dan mengopernya ke Dewi.

Dewi memegang gelang gioknya, melihat kilauan yang lembut, hatinya menjadi hangan, ini pertama kalinya Roky inisiatif memberi hadiah padanya.

Dewi memakai gelangnya, baru bertanya dengan wajah merah dan suara rendah: “aku sangat suka, terima kasih….. gelang ini pasti tidak murah ya, kamu biasanya juga tidak banyak uang, apakah kamu beli dari menghemat uang makan.”

“baguslah kalau kamu suka, aku membantu seseorang di Antique Street, dia yang memberinya padaku, aku tidak mengeluarkan uang.” Roky bicara sambil tersenyum.

Dewi terdiam sejenak, baru menggerutu dengan agak tidak senang: “pekerjaan sukarela mu ini lumayan juga?”

Malam hari ini, Dewi terus bolak-balik diatas kasur, sangat jarang tidak bisa tidur.

Di dalam kegelapan, mengintip Roky yang tidur di lantai, perasaannya sangat kacau.

Mendengar suara napas Roky yang di lantai yang panjang teratur, Dewi juga tidak bisa menjelaskan perasaan apa, menghela napas dengan pelan, memaksa diri sendiri untuk memejamkan mata.

Sebenarnya Roky juga belum tidur, siang hari menggendong tubuh istrinya yang lembut, malam harinya dia memakai sebuah baju tidur bertali bahu, mungkin yang bisa mengontrol pikiran buruk untuk menjadi pria ‘jahat’, hanya dia.

……..

Pagi hari kedua, Roky pergi ke perusahaan untuk kerja, Dewi masuk lift terlebih dahulu, saat dia baru mau ikut masuk, malah melihat Mike dan Talita yang berjalan beriringan, berjalan keluar dari lift sebelah, juga membawa dua orang bodyguard.

Talita melihat mereka berdua, melihat Roky dengan datar, setelah melihat Talita baru menunjukkan senyuman: “Dewi, kamu sudah datang kerja ya. Lama sekali tidak jumpa, hari ini aku ada urusan, tunggu aku Kembali setelah menyelesaikannya, baru cari kamu untuk mengobrol.”

Dewi tahu dia hanya bicara untuk sopan santun, tidak benaran ingin mencari dirinya, juga mengangukan kepala padanya dengan segan: “iya, kamu sibuk dulu, ada waktu baru makan bersama.”

Mike melihat Roky, langsung terlihat tidak senang dan ‘hmph’ dengan dingin, membuang muka dan berjalan melewatinya.

Roky juga tidak meladeninya, tapi melihat Talita, malah bertanya sambil mengerutkan alis: “kamu juga mau pergi?”

“tambah aku seorang, juga bisa menambah kekuatan.” Talita bicara dengan dingin, dia tidak suka pria yang lemah, hatinya merendahkan Roky.

Roky berpikir beberapa detik, tetap tidak tahan untuk membuka mulut: “katanya bos Perusahaan Honest adalah tirani , bawahannya tidak sedikit, aku sarankan lebih baik kamu tidak usah pergi.”

Dia baru selesai bicara, Mike langsung tidak tahan untuk menghina: “Roky, kamu bernyali kecil seperti tikus yasudah, sekarang Talita ingin membantu, kamu masih mau menghalanginya?”

Roky bicara dengan dingin: “Mike, kalau kamu pria bereskan masalahmu sendiri, jangan seret masalahnya sampai ke Talita juga.”

Mike bicara dengan marah: “apa yang kau maksud mencari masalah? Kalau aku berani membawa Talita pergi Bersama, pasti bisa jamin keamanannya! Kalau benaran muncul masalah, aku akan melindungi Talinta dengan nyawaku!”

“aku sendiri yang mau ikuit Mike.” Raut wajah Talita dingin, bicara dengan datar: “kalau kamu tidak mau pergi yasudah, sana Kembali ke kantor.”

Selesai bicara, dia bicara pada Mike: “ayo pergi, mobilnya sudah datang.”

Dua buah mobil berhenti di depan pintu perusahaan, empat orang bodyguard berdiri di samping mobil, semuanya bersenjata lengkap.

Mike menghina Roky, lalu mengatakan ‘ayo pergi’ pada Talita, sambil berjalan keluar.

Talita memberi sapaan pada Dewi yang di dalam lift dengan segan, lalu ikut jalan keluar.

Dewi melihat mereka berdua berjalan keluar perusahaan sambil mengerutkan alis, bicara pada Roky dengan khawatir: “Mike pergi ke Perusahaan Honest untuk tagih utang, aku tidak mau peduli hidup matinya. Tapi perusahaan ini murni penipu, Talita juga ikut pergi. Dia sama sekali tidak tahu luar dalam perusahaan ini, bagaimana kalau dia kena bahaya?”

Walaupun hubungannya dengan Talita sudah hambar, tapi karena pernah jadi teman, masih memikirkan keamanan pihak lawan, lagipula kalau Talita kena masalah, mungkin investasi Keluarga Meng terhadap Keluarga Liu juga akan mogok.

Dan lagi, dia memahami sifat Mike, kalau benaran kena masalah, dia tidak akan bisa melakukan apapun.

Roky berpikir sejenak lalu berkata: “kalau begitu aku pergi cari dia dan memberitahu situasinya padanya, mengenai dia mau dengar atau tidak, itu urusan dia.”

Dewi menganggukan kepala, bicara memperingatkan: “kalau gitu kamu juga hati-hati, jangan sampai rugi.”

“paham.” Roky bicara sambil tersenyum, lalu memutar badan dan berjalan ke depan.

Istrinya masih tahu untuk memperhatikannya, tampaknya hatinya tidak seutuhnya tidak ada dirinya kan.

Roky berjalan keluar pintu perusahaan, melihat sejak awal sudah tidak ada bayangan mobilnya diluar, hanya bisa buru-buru memanggil taksi dan memberitahu arah pada supir, menyuruhnya untuk menyetir kesana dengan cepat.

Semoga sebelum muncul masalah, bisa menasehati Talita untuk Kembali.

Latar Perusahaan Honest di Kota Gopo sangat besar, selama dua tahun membuka perusahaan pinjaman dengan bunga tinggi, sudah memelihara empat lima puluh orang petarung, tentang Mike mengundang masalah adalah hal kecil, tapi kalau Talita kenapa-napa, Keluarga Meng mungkin tidak akan membiarkannya begitu saja.

Taksinya menempuh waktu perjalanan empat puluh menit lebih, akhirnya sampai ke depan sebuah halaman, posisi halaman ini ada di samping jalan pinggir kota, di dalam pekarangannya berdiri sebuah bangunan tujuh tingkat berwarna abu, di sebelah kanan pintu pekarangan tergantung sebuah papan : Perusahaan Honest Architecture.

Di sebelah kanannya juga ada sebuah papan yang bertuliskan ‘Perusahaan Honest Finance’.

Di pintu gerbang terikat seekor anjing german shepherd yang galak, masih ada dua orang petarung yang gagah, sedang melihatnya seperti harimau yang memantau mangsanya.

Seorang petarung bicara dengan tegas padanya: “ngapain?”

“aku cari orang.” Roky menunjuk dua buah mobil hitam yang diparkir di pekarangan: “aku bareng dengan mereka.”

Petarung membuka pintu besi dengan senyum dingin, membiarkan Roky masuk, berkata: “naiklah, mereka baru naik.”

Walaupun kelihatannya adalah sebuah pekarangan yang tenang, tapi malah membuat orang merasakan semacam aura yang menekan, di dalam pekarangan masih ada beberapa orang yang sedang mengobrol santai, semuanya berotot dan kokoh, tatapan matanya seram, terlihat bukan tipe yang damai.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu