Aku bukan menantu sampah - Bab 878 Investasi dari Negara Asing Lagi

Usai berkata, Roky meninggalkan Viloid di ruang tamu, kemudian berjalan ke luar pintu sambil memberi instruksi kepada Aung Miko.

"Tutup pintu, usir orang yang tidak berkepentingan."

“Kamu mau pergi sendiri atau butuh bantuan aku?” Hardik Aung Miko dengan mata menyipit.

Wajah Viloid tampak memuram, dia berdengus dengan keras, lalu melangkah ke luar pintu.

Setelah masuk ke dalam mobil, raut mukanya menjadi semakin buruk.

“Tuan Viloid, perlukah aku menghajar Si Roky itu?” Sopir berbalik dan bertanya.

"Tentu saja." Di balik kacamata Viloid terlintas secercah kedinginan, "Dikasih muka malah tidak mau, kalau begitu, jangan salahkan aku memberinya hadiah besar."

Setelah berbicara, dia berkata dengan dingin: "Apakah kamu sudah menghubungi orang yang aku minta kamu hubungi?"

Sopir segera menjawab, "Aku sudah menelepon dan memberi tahu mereka, begitu mereka berdua mendengar Keluarga Lin, mereka langsung mengangguk dan setuju."

“Biarkan mereka menunggu terlebih dahulu.” Viloid bersandar di kursi: “Ayo jalan.”

...

Di dalam vila, Jenni masih menyimpan dendam dengan apa yang terjadi barusan.

Akhirnya ada tuan muda dari Keluarga Lin mendatangi mereka dan mengajak mereka makan, tapi si sampah itu malah mengusirnya, entah penyakit jiwa apa yang diderita si sampah itu.

Sore harinya, begitu Dewi pulang kerja, Jenni langsung bergegas mengadu kepadanya.

"Putriku, tahukah kamu apa yang dilakukan Roky?"

“Bu, ada apa dengan Roky?” Dewi tercengang.

“Apakah kamu masih ingat tuan muda dari Keluarga Lin yang memberi kita hadiah besar?” Jenni berkata dengan emosi, “Dia datang mengunjungi rumah kita dan mengundang seluruh keluarga kita untuk makan malam, tapi Roky malah mengusir dia!”

“Apa? Keluarga Roky datang?” Dewi kaget, “Apa itu adalah tuan muda ketiga dari Keluarga Lin?”

Saat itu ada hadiah besar yang dikirim dari negara asing ke rumah, Jenni sangat senang, dia terus mengatakan bahwa hadiah itu diberikan oleh tuan muda ketiga Keluarga Lin.

“Saat itu ibu salah paham, Hadiah itu bukan diberikan oleh tuan muda ketiga, tapi Tuan Viloid.” Jenni berkata dengan gembira: “Viloid bilang tidak ada tuan muda ketiga di Keluarga Lin, Keluarga Lin cuman memiliki dia seorang keponakan, jadi, dia pasti merupakan calon pewaris Keluarga Lin."

“Kenapa pewaris Keluarga Lin datang ke rumah kita untuk mencari Roky?” Dewi semakin heran, “Apakah dia mau meminta Roky untuk pulang ke rumah?”

“Siapa yang tahu!” Jenni masih sangat marah: “Tuan Viloid sangat sopan, dia memberi hadiah dan mengundang kami makan, Tapi si sampah itu sungguh tidak tahu diri, dia malah mengusir Tuan Viloid dari rumah, kamu cepat telepon Tuan Viloid dan meminta maaf padanya."

Jenni mendesak putrinya untuk menelepon, pada saat yang sama, hatinya sedang merancang rencana.

Kalau Keluarga Lin tidak punya tuan muda ketiga, maka orang yang memberikan hadiah kepada putrinya pasti adalah Tuan Viloid.

Semakin Jenni memikirkan hal ini, dia semakin marah, jika bukan karena putrinya tidak bercerai dengan si sampah itu, agaknya tujuan Tuan Viloid datang ke rumah adalah untuk melamar putirnya.

Pada saat ini, Roky masuk melalui pintu.

"Ini semua karena kamu!" Jenni langsung mengutuk Roky.

Dewi buru-buru menghampiri Roky: "Roky, benarkah orang dari Keluarga Lin datang? Apakah mereka meminta kamu untuk pulang?"

"Bukan." Roky menggelengkan kepala, setelah berpikir sejenak, dia mengingatkan: "Sayang, kedepannya jangan bergaul dengan Viloid lagi, orangnya tidak benar, hatinya tidak sebaik yang terlihat dari luar."

Dewi terkejut, dia tidak pernah mendengar Roky mengungkit tentang Keluarga Lin, juga tidak pernah mendengar Roky mengatakan keburukan siapapun.

Melihat suaminya begitu waspada terhadap Viloid, Dewi pun segera mengangguk: "Oke, aku sudah tahu."

Jenni nyaris melompat-lompat karena terlalu marah.

Seandainya tidak ada si sampah ini yang mengganggu situasi, putrinya mungkin sudah berceria dengan si sampah ini dan mungkin sudah menjadi menantu Keluarga Lin.

"Roky, kamu sengaja memprovokasi dan mencegah putriku untuk bergaul dengan Tuan Viloid?"

Dewi merespons dengan tidak senang, "Ibu, aku tidak kenal Viloid, aku tentu harus mendengarkan suamiku, kenapa ibu berusaha menyatukan aku dan Viloid, apa yang ibu pikirkan?"

Jenni terbengong, dia segera menyembunyikan niat aslinya: "Putriku, kalau kamu bisa bergaul dengan Viloid, itu pasti akan memberi dampak baik terhadap bisnismu kedepannya."

"Tidak perlu." Ujar Dewi sambil mengerucutkan bibir, "Sekarang aku mau mengumumkan kabar baik kepada kalian semua."

Melihat istrinya begitu bahagia, Roky ikut tersenyum: "Apa kabar baiknya?"

“Hari ini perusahaan menerima investasi dari luar negeri sejumlah 1 triliun rupiah, investornya adalah perusahaan investasi bernama Westin Corporation, mereka bilang mereka tertarik dengan Perusahaan Konstruksi Qingyun!” Ketika Dewi berbicara, senyum di wajahnya tidak bisa disembunyikan.

Awalnya Jenni sangat marah, tapi dia tiba-tiba melompat ketika mendengar "1 triliun rupiah".

"Putriku, berapa rupiah yang kamu sebutkan barusan?"

“Satu triliun rupiah.” Ulang Dewi sambil tersenyum gembira.

“Banyak sekali.” Roky agak terkejut.

Perusahaan asal mana itu? Kenapa perusahaan itu sekaligus mengivestasikan 1 triliun rupiah ke perusahaan konstruksi milik Dewi.

Namun, 1 triliun rupiah tidak seberapa jika dibandingkan dengan 3 triliun yang diinvestasikannya.

Jenni kegirangan, satu triliun bukan jumlah yang kecil walau investornya adalah perusahaan internasional dari negara asing.

Dewi juga sangat senang, akhir-akhir ini dia mendapat beberapa investasi secara berturut-turut, ini merupakan pengakuan atas kekuatannya dari para investor yang menunjukkan bahwa perusahaan Artha yang dijalankannya memang memiliki potensi untuk berkembang.

Persoalan investasi seketika mengalihkan perhatian Jenni, dia langsung menelepon ke paman dan tante untuk pamer.

Roky merenung sejenak, dia belum pernah mendengar perusahaan Westin Corporation.

Untuk berantisipasi, dia mengirim pesan teks ke Lian dan memintanya untuk memeriksa detail perusahaan Westin Corporation.

Viloid yang mendadak pulang negeri juga menumbuhkan kewaspadaan pada Roky.

Mengingat sudah lama tidak menelepon tante, Roky berjalan ke halaman dan menghubungi nomor ponsel Viska.

"Tante, bagaimana situasi perusahaan belakangan ini?"

"Perusahaan aman-aman saja, semuanya masih terkendali." Suara Viska terdengar cakap dan lugas seperti biasanya: "Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku, selama aku ada di perusahaan, niat Marson yang ingin mengambil kendali Perusahaan Griya tidak akan terkabul."

"Tante, kalau kamu membutuhkan bantuanku, jangan segan untuk mengatakannya." Kata Roky dengan suara yang dalam.

Sekarang Marson telah kembali ke Perusahaan Griya, dia pasti telah melakukan berbagai tindakan, baru-baru ini tante tidak menghubunginya, ini menunjukkan bahwa tante sangat sibuk.

Agaknya Perusahaan Griya yang tampak tenang di permukaan sebenarnya sudah mengalami kekacauan di dalam.

“Jangan khawatir, dia bukan apa-apanya bagiku.” Viska tersenyum dengan arogan. “Bagaimanapun aku telah mengalami berbagai macam badai dan ombak, Marson tidak dapat mengapakan aku.”

Roky merasa lega setelah mendengar Viska begitu percaya diri.

"Tante, kalau kamu punya waktu luang, ayo makan bereng."

Roky sudah lama sekali tidak bertemu Viska.

Kini, selain Tuan Tua Lin yang sedang memulihkan diri, satu-satunya kerabat Roky yang berhubungan darah secara langsung dengannya hanyalah Viska.

Panggilan berakhir, Roky tahu bahwa kondisi Viska baik-baik saja, dia pun berbalik dan masuk ke rumah.

Dia tidak ingin memberi tahu Viska tentang apa yang terjadi di sini supaya perhatian Viska tidak terganggu selama pertempuran perebutan kekuasaan dengan Marson berlangsung.

Gedung pencakar langit di Kota Sahaja.

Kantor di lantai puncak.

Setelah Viska menyelesaikan panggilan, dia duduk dengan lelah di kursi berlengan di balik meja kerja sambil memijat pelipis.

Billy berdiri di sampingnya, bertanya dengan hormat, "Tuan Lin, bagaimana kalau kamu mengambil cuti? kamu telah bekerja terlalu keras akhir-akhir ini."

"Tidak perlu." Viska melambaikan tangan, "Sekarang suasana di perusahaan amat tegang, internal perusahaan telah terbagi menjadi dua fraksi besar, Kalau aku bersantai di saat seperti ini, bukankah itu akan memberi Marson kesempatan?"

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu