Aku bukan menantu sampah - Bab 58 Pengobatan Tradisional Tiongkok

Roky menggendong Talita, berlari keluar dari gang tanpa henti, lalu tiba di sebelah ladang sorgum di pinggiran kota.

Sorgum di sekitar sudah setinggi satu manusia, bahkan jika mereka mengejar kemari, juga dapat menyembunyikan jejak.

Dia meletakkan Talita ditanah, melihat celananya telah berlumuran darah, dengan langsung mengerutkan kening.

Meskipun Talita kehilangan begitu banyak darah, tetapi masih tetap sadar, dengan wajah pucat berterima kasih: “Terima kasih telah menyelamatkanku, bolehkah aku bertanya…..siapa kamu?”

Roky melihatnya sekilas, tetapi tidak mengatakan apapun.

Dia selalu merendahkan dirinya, bahkan jika dirinya menunjukkan wajah aslinya, juga apa gunanya?

Selain itu, dia bukan menjaga Talita secara khusus, hanya saja ada pesan dari istrinya alias Dewi, oleh karena itu, dia menolongnya.

Pertama karena menepati janji istrinya, kedua jika terjadi sesuatu dengan Talita, Keluarga Meng pasti akan meminta pertanggungjawaban, takutnya akan terjadi hal besar di kota Gopo, dibawah kekacauan, Keluarga Liu mungkin akan rugi besar.

Tentu saja, kerugian sebesar apa yang di alami Keluarga Liu, tidak ada hubungan dengannya, dia hanya tidak ingin melihat Dewi sedih.

Melihat Roky tidak berbicara, Talita juga mengerti maksudnya, dia tidak ingin mengungkapkan identitasnya.

Tetapi sifatnya tangguh, bukanlah tipe wanita yang bergantung kepada pria, karena pihak lain telah menyelamatkan dirinya, tetapi tidak menerima terima kasih dari Keluarga Meng, didalam hatinya merasa berhutang sesuatu padanya.

Tepat ketika Talita ingin lanjut bertanya, dia malah mendengar suara dingin dari samping telinganya.

“Lepaskan celanamu.”

Talita mengangkat kepala dengan terkejut, melihat Pria bertopeng mengamati tubuhnya, dengan langsung dia malu dan marah.

Masih mengira dirinya lolos dari mulut harimau, tetapi tidak disangka malah jatuh ke sarang serigala lagi.

Disini adalah hutan belantara, dan pihak lain memiliki kemampuan hebat, walaupun dirinya berteriak sekeras mungkin, juga tidak dapat melarikan diri dari cengkramannya.

Dalam hati Talita putus asa, mengertakkan gigi dan berkata dengan tegas: “Aku seumur hidup ini suci tak bernoda, dan tidak akan pernah ditindas oleh siapapun! Jika kamu berani melakukan apapun kepadaku, aku lebih baik mati!”

Roky tertegun, lalu menunjuk kakinya dengan tak berdaya: “Urat kakimu sudah terluka, lukanya disebelah pembuluh darah utama, jika tidak ditangani tepat waktu, kemungkinan besar akan menjadi cacat. Tidak ada rumah sakit di hutan belantara ini, menurutmu bagaimana?”

Dia sudah mengubah suaranya secara sengaja, jadi Talita juga tidak mengenalinya.

Talita memandangnya dengan tertegun, pipinya tiba-tiba menjadi panas.

Dia masih mengira pihak lain ingin melakukan hal jahat pada dirinya, tidak disangka……

Melihat Talita memandang dirinya dengan tertegun, Roky menghela nafas didalam hati, lalu berkata: “Aku pernah belajar pengobatan tiongkok, dapat menggunakan teknik akupuntur untuk menghentikan pendarahan dan meringankan lukamu, nantinya kamu juga sempat untuk pergi ke rumah sakit dan melakukan pengobatan selanjutnya.”

“Terima…..kasih.” Wajah Talita memerah, suaranya seperti seekor nyamuk.

Dia melirik lukanya sekilas, didalam hatinya sangatlah bertentangan.

Luka ini tidak memihaknya, tepat terletak dibagian paha atas, jadi dia harus melepas celananya.

Tetapi jika dia melepaskannya, bukankah pihak lain akan melihat semuanya?

Pengajaran Keluarga Meng sangatlah ketat, Talita biasanya juga tidak pernah berinteraksi dengan pria lain, apalagi membiarkan pria menyentuh tubuhnya.

Selain itu, Keluarga Meng memiliki dokter keluarga, yang merupakan dokter pengobatan barat yang terkenal di luar negeri, dia juga tidak percaya akupuntur dapat menghentikan pendarahan dan menyembuhkan luka.

Talita berpikir sejenak, lalu berkata dengan menolak: “Terima kasih atas niat baikmu, tetapi, sebaiknya merepotkanmu mengantarku ke rumah sakit terlebih dahulu, aku pikir aku masih bisa menahannya.”

Roky mengerutkan kening, bagaimana mungkin tidak tahu apa yang dipikirkan pihak lain.

Dia juga tidak terlalu tertarik pada tubuh Talita, jika dia tidak memasukkan sedikit kekuatan spiritual secara diam-diam saat menggendongnya tadi, bagaimana mungkin dia bisa bertahan sampai sekarang, pasti sudah pingsan karena kehilangan terlalu banyak darah.

Talita melihat Roky tidak berbicara, merasa lukanya tidak berdarah lagi, dia bersikeras ingin bangkit.

Tetapi begitu dia bergerak, luka dengan langsung terbuka, dan darah segar menyembur keluar.

Tubuh Talita melemas, kepala pusing, pandangan kabur dan langsung terduduk di tanah, wajahnya sangatlah pucat.

Roky mengerutkan kening, berkata: “Aku sudah mengatakannya tadi, jika kamu sembarangan bergerak lagi, kaki ini pasti akan cacat, walaupun kamu pergi ke rumah sakit, juga tidak bisa menyembuhkannya. Selain itu, kamu kehilangan begitu banyak darah, kemungkinan besar akan mati duluan sebelum ambulans datang. Mengobati atau tidak, kamu pilihlah sendiri.”

Talita menutup kakinya, melihat darah segar terus mengalir keluar dari selah jari-jarinya, dia tahu bahwa Roky tidak membohonginya.

Namun, menyuruhnya melepas celana dihadapan pria asing, di dalam hatinya sangatlah memberontak.

Dalam menghadapi hidup dan mati, Talita ragu-ragu sejenak, kemudian pada akhirnya bekerja sama.

Dia tidak ingin mati, apalagi menjadi cacat.

Wajah Talita memerah, mengangkat kepala dan melihat sekilas Roky, jantungnya berdebar dengan kencang, seluruh tubuhnya tidak normal.

Akhirnya, dia berkata dengan suara kecil, “Aku mengerti, terima kasih.”

Roky mengangguk, jongkok lalu merobek celananya dengan kedua tangan.

Hanya mendengar suara “jret”, celananya langsung tersobek, memperlihatkan sepasang kaki yang putih tanpa cacat.

Talita menahan nafas, wajahnya sangatlah panas, jantungnya berdebar lebih kencang lagi, menundukkan kepalanya karena tidak berani melihat Roky.

Pandangan Roky tenang, melihat luka pisau di kaki kirinya, menyatukan kedua jari, lalu mengarah ke titik akupuntur dengan akurat.

Sedikit kekuatan spiritual, masuk kedalam luka dari jarinya.

Meskipun didepannya adalah pemandangan indah musim semi, tetapi mata Roky dari awal sampai akhir tetap tertuju pada lukanya, sama sekali tidak melihat ke tempat lain.

Gaya tangannya sangat cepat, setelah jarinya turun, darah dilukanya juga berangsur-angsur berhenti.

Menurut keterampilan medis dalam “Nine Grand Heavenly Scriptures”, dia mampu menyembuhkan luka Talita sepenuhnya, meregenerasi uratnya, bahkan lukanya bisa sembuh ditempat, tetapi Roky tidak ingin membangkitkan keterkejutan pihak lain.

Dia hanya menggunakan jarinya sebagai jarum untuk menghentikan pendarahan Talita, setelah uratnya sembuh dia langsung berhenti, hanya tersisa luka di kulit, dia hanya perlu pergi ke rumah sakit untuk membalutnya, lalu sudah dapat keluar dari rumah sakit dan menunggu sembuh sendiri.

Talita kebingungan, merasa setelah Roky menjetikkan jarinya, rasa sakitnya menjadi berkurang, darah juga telah berhenti mengalir, dalam hatinya sangatlah terkejut.

Tidak disangka, pengobatan Tiongkok yang dianggap keluarganya tidak berguna, ternyata lebih berguna daripada pengobatan barat!

“Sudah selesai.” Roky berkata dengan datar, pandangan tidak mengarah ke tempat lain dan langsung bangkit, “Kamu cobalah berdiri.”

Talita mencoba berdiri, merasa kakinya sudah sembuh, dengan langsung terkejut dan juga gembira.

Dia mengangkat kepala dengan wajah tersipu, lalu berkata dengan malu-malu, “Karena kamu tidak ingin mengungkapkan namamu, setidaknya berikan aku kesempatan untuk berterima kasih, bukan?”

“Tidak perlu,” Roky berkata dengan dingin, dia tidak ingin memiliki hubungan dengan Talita.

“Kamu yang menyelamatkanku, jika aku bahkan tidak bisa berterima kasih, aku akan berhutang padamu selamanya.” Talita berkata dengan keras kepala, kemudian melepaskan kalung dari lehernya: “Ini adalah hadiahku memasuki umur dewasa, Kakek yang memberikannya kepadaku. Kamu telah menyelamatkan hidupku, maka aku ingin berikan ini kepadamu.”

Barang yang dipegang ditangannya adalah sebuah rantai platinum, dan liontin dengan berlian merah muda sebening Kristal.

Roky awalnya ingin menolak, tetapi malah merasakan ada kekuatan spiritual berat di berlian merah muda itu, belakangan ini dia sering bertarung, menghabiskan kekuatan spiritual yang lumayan banyak, jadi dia berubah pikiran dan mengambilnya.

Dia mengangguk, lalu berkata: “Aku menggunakan ponselmu tadi untuk menelefon unit gawat darurat rumah sakit terdekat, ambulans akan tiba dalam beberapa menit, kamu tetaplah disini, aku masih ada urusan jadi akan pergi dulu.”

Setelah selesai bicara, Roky langsung berbalik, dalam sekejap, dirinya menghilang dari ladang sorgum yang padat.

“Tunggu…….” Talita baru saja berkata, didepannya sudah kehilangan jejak Roky.

Sebelah ladang sorgum adalah jalan, dan sudah terdengar suara ambulans.

Dia memandang ke arah Roky menghilang, hatinya merasa sedih.

Juga tidak menanyakan nama pihak lain, apalagi melihat wajahnya, juga tidak tahu, apakah masih dapat bertemu dengannya seumur hidup ini?

Tepat pada saat ini, Talita tiba-tiba menyadari, tempat Roky berjongkok tadi, terjatuh sebuah batu kerikil abu-abu, diatas batu masih tertulis “Keamanan dan Kekayaan”.

Tadi masih tidak ada ditanah, mungkin batu ini terjatuh secara tidak sengaja.

Talita langsung seperti mendapatkan harta karun, menggengamnya dengan erat ditangan.

Jika tidak bisa berjumpa dengannya lagi, maka batu ini adalah satu-satunya kenang-kenangan yang di tinggalkannya untuk dirinya.

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu