Aku bukan menantu sampah - Bab 488 Segelas Untuk Dua Ratus Juta

Talita, dengan cemas, mengikuti Lani ke dalam sebuah ruangan mewah.

Dia pun mendapatkan beberapa pria yang sedang duduk mengelilingi meja bundar.

Di antara orang-orang ini, tidak ada paman Kevin.

Salah satunya adalah seorang pemuda berjas putih, dimana seluruh tubuhnya merupakan barang-barang bermerek. Orang-orang pun mengelilingi pemuda itu, bersulang sembari menyanjungnya.

Suasana ini membuat Talita merasa ada yang tak beres. Ia pun langsung berkata, “Bu, kenapa paman Kevin masih belum hadir? Aku keluar dulu ya, nanti aku akan masuk setelah paman Kevin datang.”

"Semuanya sudah hadir, untuk apa kamu pergi.”

Lani berusaha menarik tangan Talita, berjalan ke hadapan pria berjas putih itu, dengan ramah berkata, "Tuan Muda Vandi, ini adalah putriku, Talita.”

Vandi menatap Talita, mengambil satu gelas champagne, menuangkan arak putih ke dalam gelas, tersenyum dan menyodorkan gelas tersebut padanya.

"Atas pertemuan hari ini, izinkan aku bersulang denganmu.”

Lani segera mengambil gelas tersebut sambil tersenyum padanya. "Tuan Muda Vandi tidak perlu repot-repot, seharusnya kami yang bersulang denganmu."

Setelah mengatakannya, Lani menyodorkan gelas champagne kepada Talita.

Talita dengan canggung berbisik, "Bu, aku tidak minum.”

Wajah Lani seketika menjadi suram. "Tuan Muda Vandi secara pribadi ingin bersulang denganmu, kamu minumlah, nanti orang-orang akan mengatakan kalau putri Keluarga Meng itu tidak sopan.”

Talita tidak punya pilihan, terpaksa meminum segelas arak putih.

"Bagus!" Vandi dengan puas mengangguk kepalanya, memberi isyarat agar Talita duduk di sampingnya.

Lani menekan bahu Talita, memaksanya duduk di samping Tuan Muda Vandi, mengancamnya sambil berbisik. "Tuan Muda Vandi adalah keponakan paman Kevin. Dia membuka perusahaan investasi di Kota Sahaja. Ibu selalu meminjam uang dari Tuan Muda Vandi, makanya Ibu dapat melunasi hutang rentenir Kota Sahaja, jadi tolong jaga sikapmu, ya. Jika kamu membuatnya bahagia, aku mungkin saja tidak perlu membayar bunganya."

Talita merasa jijik, tetapi di bawah ancaman ibunya, dia hanya bisa menahan diri, duduk terdiam, berharap bahwa paman Kevin akan segera datang.

……

Ketika Roky pulang ke vila, ia tidak melihat Talita, jadi dia bertanya pada Dewi.

Dewi pun terkejut dan berkata, "Talita tidak memberitahumu? Ibunya datang dari Kota Sahaja, bilang bahwa seorang kenalannya mengadakan pesta makan di Kota Gopo, makanya dia meminta Talita untuk pergi bersamanya."

“Lani ada di Kota Gopo?” Roky tiba-tiba mengerutkan keningnya.

Wanita itu memang racun!

Dia segera bertanya, "Talita pergi ke mana?"

"Tidak tahu.”

Dewi menggelengkan kepalanya. Dia pun merasa tidak enak mencampuri urusan dalam keluarga orang lain.

Roky berpikir sejenak, lalu segera menghubungi Lian, memintanya untuk menyelidiki ke mana Talita pergi.

……

Di rumah manor.

"Ayo, aku menawarkan segelas untukmu.”

Vandi memegang segelas yang diisi penuh arak putih, menyodorkannya kepada Talita sambill tersenyum.

Wajah Talita memerah dan dia sudah merasa agak mabuk. "Tuan Muda Vandi, aku sudah minum empat gelas, aku tidak bisa minum lagi,” balas Talita, menolaknya.

Talita sebenarnya tidak bisa menahan minuman beralkohol. Dia sekarang sudah merasa pusing, seolah-olah dunia disekitarnya sedang berputar. Jika dia meminum lagi, kemungkinan dirinya akan terjadi sesuatu.

Wajah Vandi seketika berubah, senyuman di wajahnya pun menghilang. "Kenapa? Kamu tidak ingin memberiku muka?"

"Aku..." Talita hendak berbicara.

Lani pun tersenyum meminta maaf sambil menyelanya. “Tuan Muda Vandi, gadis ini tentu tidak akan berani berbuat seperti itu, dia tentu harus meminum minuman yang Anda tawarkan.”

Setelah mengatakannya, wajahnya menjadi suram dan dia menegur Talita. "Cepatlah minum."

"Bu, aku tidak bisa meminumnya lagi,” kata Talita, menderita.

Dia sudah minum empat gelas arak putih, dan itu sudah mencapai batasnya.

"Jika kamu tidak meminumnya, aku tidak akan mengampunimu.”

Wajah Lani seketika berubah menjadi ganas.

Vandi, yang berada di sebelah, tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Bagaimana kalau begini saja, Nona Talita. Setiap kali kamu minum segelas, aku akan mengurangi dua ratus juta dari hutang ibumu, ini adalah kesepakatan yang bagus, bukan.”

"Betul, ini bagus sekali.”

Lani seketika menjadi sangat gembira.

Jika putrinya meminum segelas, hutangnya akan berkurang dua ratus juta , jadi jika dia meminum sepuluh gelas, bukankah itu akan berkurang dua miliar ?

Lani segera meraih Talita dan dengan galak berkata, "Kamu sekarang harus meminumnya, bahkan kalau kamu sudah tidak sanggup lagi, kamu harus memaksakan diri untuk minum.”

"Bu!" Talita dengan murka bangkit berdiri dan berkata, "Aku tidak akan meminumnya, aku mau pergi sekarang.”

Dia sudah dapat melihat bahwa tujuan Lani membawanya kemari bukan untuk makan-makan, melainkan untuk menemani Vandi agar dapat mengurangi uang pinjamannya.

Sia-sia dia mempercayai Lani lagi, hanya karena dia adalah ibu kandungnya ini.

Begitu melihat Talita akan pergi, Lani bangkit dengan murka, melayangkan tangannya, menampar wajahnya.

"Dasar anak tidak berbakti, sia-sia pengorbananku melahirkanmu!"

Wajah Talita terasa sakit dan panas. Ia, yang telah dipukul, seketika tidak dapat berdiri seimbang, terjatuh ke lantai.

Dia memegang wajahnya yang terasa sakit, merasa marah sekaligus cemas. Air mata langsung mengalir di pipinya.

Mengapa ibunya sendiri tega berulang kali menjualnya demi uang.

Karena takut Vandi akan menarik kembali ucapannya, Lani segera membalik badannya dan berkata, "Tuan Muda Vandi, aku sudah memberinya pelajaran, dia pasti akan meminumnya.”

Vandi tersenyum dan berkata, "Tampaknya putrimu tidak kuat minum, jadi sebaiknya jangan dipaksakan. Biarkan dia menemaniku tidur semalam, maka aku akan mengurangi dua miliar dari hutangmu, bagaimana?”

"Tidak!" Talita seketika tampak terkejut, segera berjuang untuk bangkit berdiri, lalu berlari keluar pintu.

“Kamu kembalilah!” Lani, dengan tatapan tajam dan tangan gesit, langsung meraih Talita, mati-matian menahannya, kemudian dia dengan penuh semangat berkata kepada Vandi. “Tuan Muda Vandi, Anda harus menepati perkataan Anda, jika putriku menemani Anda tidur semalaman, maka Anda harus mengurangi dua miliar dari hutangku.”

"Ibu gila ya!" Saking marahnya, Talita mati-matian memberontak.

Hatinya pun sudah membeku.

Di mata ibunya, hanya ada uang. Dia mengejarnya sampai ke Kota Gopo, dan itu juga demi uang.

"Kamu adalah putriku, jadi kamu harus mendengar perkataanku.”

Lani dengan ganas mengatakannya pada Talita. Dia pun mengambil satu gelas champagne dan memaksa Talita untuk meminumnya. “Segelas minuman ini bernilai dua ratus juta , kamu harus meminumnya! Malam ini, kamu harus melayani Tuan Muda Vandi dengan baik.”

"Brak"

Pintu ruangannya tiba-tiba ditendang dan terbuka.

Terdapat sebuah sosok yang masuk dengan santai.

Vandi menjadi murka, bangkit berdiri dan menatap sosok itu dengan tatapan ganas. Ketika melihat orang itu mengenakan pakaian biasa, dia segera berteriak, "Siapa kamu? Keluarlah dari sini.”

Ketika Lani mendongak, sekujur tubuhnya tiba-tiba membeku, merinding secara tak sadar.

"Ro—Roky... bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?"

"Kakak Roky.”

Talita tampak terkejut sekaligus bahagia, ia pun tak dapat mendeskripsikan perasaannya.

Roky memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya, dengan santai berjalan masuk, menarik sebuah bangku dengan kakinya, duduk di sana, dan tersenyum dingin. "Vandi, karena kamu suka memaksa orang untuk minum, maka aku akan menemanimu minum! Malam ini, aku akan menemanimu bermain hingga puas.”

“Sial!” Vandi dengan murka berkata, “Aku tidak tertarik dengan pria! Penjaga, cepat pukul orang bodoh itu dan usir dia keluar dari rumah manor ini.”

Siapa orang aneh ini!

Kenapa dia bisa berani datang kemari?

Tapi setelah Vandi berteriak, tidak ada sedikitpun gerakan yang terjadi di luar ruangan mewah tersebut.

Hanya ada seorang Pria tua yang masuk ke dalam dan menunduk kepada Roky.

"Direktur Roky, semua penjaga di luar sudah dibereskan, jumlahnya terdapat tiga puluh lima orang."

Roky mengangguk sejenak dan berkata, "Paman Ali, terima kasih atas kerja kerasnya. Kamu berdirilah di sebelah dan tunggulah sebentar.”

"Baiklah.”

Paman Ali membungkuk, mundur ke belakang dan berdiri di luar pintu.

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu