Aku bukan menantu sampah - Bab 573 Benteng Vila

Mendadak orang-orang berkerumun.

Seiringan hembusan angin kencang, kerumunan pun bubar, helikopter perlahan mendarat di lapangan terbuka.

Seorang pemuda berkulit gelap berseragam Myanmar dan bertopi militer melompat keluar dari helikopter putih yang berada di paling depan, diikuti oleh Willy dan keempat pengawal bersenjata.

Di helikopter lainnya melompat keluar 20-an pria berseragam membawa pistol, dan langsung berbaris rapi di kedua sisi.

Pertempuran seperti itu membuat para bangsawan di sekitar ketakutan dan tidak berani berbicara sembarangan.

Ketika melihat pemuda di depan, ekspresi Bram mendadak berubah, seluruh tubuhnya gemetar, lalu bergumam: “Kenapa dia juga ada di sini?”

Ekspresi Direktur Rico juga berubah dan kaget: “Bukankah ini Aung Chris, putra pertama, sekaligus penerus Aung Johny. Apakah dia datang ke sini untuk menyambut …… master?”

……

Dua puluh menit sebelum helikopter Aung Chris mendarat.

Roky sudah mengikuti Agus masuk ke mobil sedan hitam.

Mobil sedan itu melaju kencang di jalan yang berkelok-kelok.

Di kedua sisi jalan ada pegunungan tinggi.

Roky duduk di kursi belakang, menutup matanya seolah sedang beristrirahat.

Agus yang duduk di kursi depan, melirik Roky yang duduk di belakang dari kaca spion, sambil tersenyum sinis.

Orang ini benar-benar menganggap dirinya master?

Sesampai di tempat, si Roky ini pasti tamat!

Beraninya dia mencari masalah dengan kak Bram, tidak ada seorang pun di Kab. Kayong yang berani melawannya!

Setelah beberapa saat, mobil berhenti di depan sebuah vila.

Agus keluar dari mobil, menutup pintu dengan keras dan berteriak.

“Bukankah ingin mengambil uang, kenapa masih tidak turun? Apakah perlu aku mempersilahkanmu?”

Roky membuka matanya dan melihat ke luar.

Dia melihat mobil di parkir di depan sebuah vila yang besar.

Ini bukan vila, melainkan sebuah kastil yang tersembunyi di pegunungan, tidak hanya megah, tapi juga dijaga ketat.

Di gerbang vila, berdiri delapan pengawal berjas hitam, menatapnya dengan kejam.

Di dinding halaman vila, ada menara kecil di empat penjuru dan di atasnya berdiri seorang pria kuat berbaju hitam bersenjatakan pistol dan memiliki mata yang tajam.

Melihat Roky tidak bergerak,Agus terkikik.

“Kenapa, tidak berani masuk?”

Roky menoleh dengan acuh tidak acuh, melewatinya dari samping, lalu berjalan masuk ke vila.

Agus tersenyum menghina: “Ciehh! Masih pura-pura! Dasar, benar-benar menganggap dirinya master.”

Setelah itu, dia mengedipkan mata ke beberapa pengawal dan masuk ke vila.

Para pengawal itu segera menutup pintu.

Pintu vila terbuat dari baja, ketika ditutup mengeluarkan suara “Woong” keras.

Ketika kedua gerbang ditutup, seekor lalat pun akan sulit terbang keluar.

Roky melihat ke sekeliling dengan mata dewanya, dan menyadari di dalam vila ini, selain memiliki 20-an pelayan, 47 pengawal bersenjata, dan lima di antaranya telah mencapai tingkat awal pelatihan energi.

Selain itu, di lobby vila terdapat lebih dari 20 gadis muda berpenampilan menarik, di antaranya ada dua gadis yang terlihat seperti pelajar.

Tidak disangka, vila ini dibangun seperti benteng oleh Bram, dengan bahaya dimana-mana.

Kalau orang biasa datang ke sini, meskipun mereka memiliki ilmu yang tinggi, akan sulit untuk melarikan diri.

Tapi bagi Roky, vila yang kokoh ini sama sekali tidak berguna.

Dengan kata lain, hanya dengan satu serangannya dia bisa dengan mudah meruntuhkan seluruh vila ini.

Agus berjalan ke depan, melangkah masuk ke aula.

Roky mengikutinya, dan ketika masuk ke aula, ujung jarinya bergerak menulis beberapa jimat dengan energi sage, lalu terbang tidak mengeluarkan suara menempel di dinding.

Tadi dia melihat sekumpulan wanita itu dengan mata dewa, mereka mengelilingi sesuatu di tanah, menangis tersedu-sedu dan sangat ketakutan.

Begitu melihatAgus masuk, para wanita ini tidak berani menangis keras.

Agus berteriak dengan kejam: “Untuk apa kalian semua berkumpul di sini, pergi sana.”

Kalau masih tidak diri, nasib Susi dan adiknya akan menjadi hari esok kalian! Cepat naik ke atas!”

Setelah dia marah, sekumpulan wanita itu berdiri ketakutan, segera berlari ke atas.

Setelah wanita-wanita ini bubar, Roky mengalihkan tatapannya dan mengerutkan kening.

Tidak disangka yang mereka kelilingi di tengah tadi ternyata adalah dua wanita yang terbaring dengan lumuran darah, tampaknya sudah meninggal lama dan masih ada genangan darah di lantai marmer yang mengilap.

Roky melihat dengan mata dewa, kedua wanita itu tertembak dari jarak dekat dan tewas dalam satu tembakan. Pistol yang digunakan adalah pistol otomatis Steechkin yang sangat kuat.

Agus memperhatikan ekspresi Roky, mengira dia ketakutan, lalu mendengus menghina.

“Tuan Roky, apakah kamu ketakutan? Sebenarnya ini bukan apa-apa, hanya dua orang yang mati saja.”

Roky bertanya dengan dingin: “Siapa mereka, kesalahan apa yang mereka lakukan?”

Agus merentangkan tangannya dengan acuh tidak acuh, sambil tersenyum sinis: “Tuan Roky, semua wanita tadi melayani kak Bram. Kedua wanita ini tidak melakukan kesalahan apa pun, hanya saja ketika kak Bram membahas Tuan Roky denganku, mereka berdua menunggu di samping dan mendengar percakapan ini. Ada beberapa kata yang tidak boleh disebarkan, jadi Kak Bram hanya bisa membungkam mulut mereka selamanya.”

“Singkat cerita, kedua wanita ini kakak beradik, mereka berdua masuk masuk ke Kasma belum setahun sudah meninggal, aku juga merasa kasihan, awalnya ingin menunggu kak Bram puas bermain dengan mereka berdua sampai bosan, lalu diberikan ke kami, tidak disangka malah meninggal begitu saja.”

“Bagaimanapun mereka sudah mati, menggunakan kematian mereka berdua untuk memberitahu sekumpulan wanita kak Bram, bagi mereka yang memiliki niat jahat atau ingin melarikan diri, hanya ada satu jalan kematian.”

Roky mengedipkan matanya dan ada hawa dingin melintas matanya.

Tidak disangka, semua wanita ini diculik Bram ke vila.

Bukit Kemun berbatasan dengan negara Yuga dan Myanmar. Ada banyak penduduk hidup di sana dan Bram malah bertindak seperti raja di sana, melakukan tindakan penculikan.

Selain itu, vila ini dijaga ketat, seperti ember besi, sangat sedikit hal yang terjadi di vila ini tersebar keluar.

Agus sengaja menghampiri, lalu tersenyum sinis: “Tuan Roky, kedua gadis ini adalah putri penduduk orang Myanmar dan baru berusia 19 tahun. Singkat cerita, mereka mendapat hukuman karena mendengar kabar tentang Tuan Roky. Aku turun prihatin dengan kematian mereka, bagaimana menurutmu?”

Roky berkata dengan santai: “Kamu bertanya padaku? Kalau begitu aku akan memberitahumu, kalau sekarang kamu berlutut dan mengaku bersalah di depan mereka, aku masih bisa membiarkan mayatmu utuh, kalau tidak tunggu mereka yang datang membalas dendam dan takutnya kematianmu akan sangat tragis.”

Agus tertegun, wajahnya tiba-tiba berubah dan berteriak marah:“Bocah, mau mengancamku? Aku, Agus sudah mengikuti Kak Bram selama 15 tahun. Aku bahkan tidak ingat berapa banyak nyawa yang mati ditanganku. Jangan kira pura-pura menjadi dewa sudah bisa mengancamku!”

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu