Aku bukan menantu sampah - Bab 326 Pergi Ke Kota Sahaja

Namun, dia sudah terlambat untuk menyesalinya, dia ditekan oleh Roky dan digigir beberapa kali, dia bahkan menyentuh tubuhnya.

Dewi takut untuk mendorongnya pergi, dia menempelkan wajah merahnya ke dada Roky dan menggelengkan kepalanya dengan putus asa: “Tidak boleh!”

Sekujur tiba-tiba menjadi demam, dan kakinya melemah, perasaan seperti ini sangat aneh.

Roky masih belum menujukan ekspresi apa-apa, tapi saat melihat wajah istrinya menunjukan ekspresi waspada, dia berhenti.

Jika Roky meneruskannya, kemungkinan dia tidak akan bisa mengendalikan nafsu dirinya, dan akan langsung melakukan sesuatu.

Meskipun Roky belum puas menyentuhnya, tapi dia sudah bisa mencicipi hal indah malam ini, dibandingkan dengan sebelumnya jauh lebih banyak.

Ketika waktu yang tepat tiba, dia pasti bisa menjatuhkan istrinya!

Keesokan paginya, Rino kembali ke kota Wasa bersama istrinya.

Roky juga memberi tahu Dewi bahwa dirinya ingin pergi ke Kota Wasa, untuk pulang ke rumah dan melihat-lihat kondisi rumah, lalu membantu teman-temannya menangani beberapa masalah bisnis.

Saat mendengarkan ini, Jenni menundukan kepalanya dan berkata dengan nada bicara yang tidak enak: “Jika kamu pergi, siapa yang akan melakukan pekerjaan di rumah? Siapa yang tahu apakah kamu pergi ke Kota Wasa hanya untuk bermain, jangan pergi!”

Dewi segera menjawab: “Bu, saat Roky tinggal di rumah, kamu mengatakan bahwa dia tidak melakukan pekerjaan apa-apa. Sekarang dia ingin pergi untuk melakukan bisnis, dan kamu masih berpikir dia tidak melakukan pekerjaan di rumah.”

“Putriku, aku takut dia pergi ke Kota Wasa, melihat dunia luar dan terpesona oleh wanita yang tidak benar.”

Saat Roky mendengar ada keheningan di sini, dia berkata dengan tidak berdaya: “Bu, kamu berpikir terlalu berlebihan, aku tidak akan melakukan hal seperti itu.”

“Tidak bisa, jika kamu pergi ke kota Wasa, aku akan menyuruh pamanmu yang berada di kota Wasa untuk mengawasimu!” Jenni berkata dengan tidak masuk akal.

Dewi berkata: “Ini juga boleh, Roky belum terbiasa di kota Wasa, suruh paman mengatur akomodasinya dan membawa dia ke kota Wasa untuk melihat-lihat keadaan di sana.”

Tetapi ketika Jenni mendengar ini, dia tertegun sejenak dan tersadar kembali.

Jika Roky tinggal di rumah adiknya, bukankah itu akan membuat adiknya menghabiskan uang dengan sia-sia hanya untuknya?

Ini tidak bisa!

Jenni segera menunjukan ekspresi berpura-pura dan berkata: “Lupakan saja, kelihatannya rumah pamanmu juga tidak bisa ditinggali, kalau begitu biarkan saja Roky menemukan tempat sendiri.”

“Bu, apakah kamu tidak ingin menyuruh paman untuk menerima Roky.” Saat mendengar ini, Dewi tahu apa yang ada di pikiran ibunya dan berkata dengan marah: “Jika kamu tidak menelepon paman, aku saja yang meneleponnya.”

“Aku, aku tidak bermaksud begitu.” Jenni kebingungan dan dengan cepat berkata: “Bukankah bibi dari keluarga Liu mu ada di kota Wasa, menikah dengan keluarga Meng. Keluarga Meng memiliki rumah besar dan mengenal banyak pengusaha, mereka dapat membantu Roky dengan lebih baik.”

Setelah Jenni berkata demikian, Dewi juga ingat, dengan ragu-ragu dia berkata: “Sekarang keluarga Liu sudah tidak ada, apakah bibi bisa membantunya? Selain itu, aku dengar-dengar bahwa bibi sudah lama sakit, kemungkinan...”

“Tidak masalah!” Jenni takut Dewi akan bersikeran menelpon pamannya, dia segera mengeluarkan ponselnya: “Aku akan menelepon bibi dan menyuruh dia untuk mengurus Roky!”

Bagaimanapun, selama bukan uang keluarganya yang dihabiskan, itu tidak akan jadi masalah.

Roky tidak ingin mengganggu orang lain, tetapi dengan tidak berdaya Jenni sudah menelepon dan tinggal menunggu diangkat.

Beberapa menit kemudian, Jenni meletakkan ponselnya dan berkata dengan gembira: “Berhasil, bibimu tahu kamu akan pergi ke sana, dia sangat bahagia saat mendengar bahwa kamu akan ke sana! Saat kamu kembali ke kota Gopo, jangan lupa meminta bibi untuk membawa pulang beberapa makanan spesial untuk aku cicipi...”

Dewi sangat malu dan segera berkata: “Bu, aku akan membelikan apa yang kamu inginkan, jangan menyuruh Roky untuk meminta sesuatu.”

Roky tahu bahwa bibi ini yang merupakan saudara jauh dari keluarga Liu menikah dengan putra tertua dari keluarga Meng di kota Wasa, orang-orang keluarga Liu sangat bahagia, mereka mengharapkan dia untuk mengurus keluarga, namun, tidak lama setelah menikah, suaminya meninggal karena sakit dan tidak punya anak, dia ditinggalkan sebagai janda di keluarga Meng.

Bibi ini sudah menjadi janda selama bertahun-tahun di keluarga Meng, dan dia sudah lama terbaring di tempat tidur, dia sama sekali tidak bisa membantu keluarga Liu, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa di keluarga Meng.

Seiring berjalannya waktu, keluarga Liu menganggap dia sudah meninggal, dan tidak pernah menghubunginya lagi.

Talita yang sebelumnya datang ke kota Gopo, dibesarkan oleh bibi ini karena orang tuanya pergi berbisnis sejak dia masih kecil, hubungan mereka berdua lebih dekat daripada hubungan antara ibu dan anak.

Mengetahui bahwa Roky akan tinggal di keluarga Meng, Andrew dengan cepat mengambil beberapa barang dan menginstruksikannya untuk memberikannya kepada bibi.

Keluarga Liu sudah hancur, meskipun keluarga Ando bukanlah keluarga yang baik, tapi sepupunya baik hati, selain itu, dia adalah salah satu dari sedikit orang yang mempunyai hubungan darah yang tersisa di keluarga Liu.

Dewi membantu Roky mengemasi barang bawaannya, dia sedang berada di dalam suasana hati yang kacau.

Mereka berdua sudah menikah selama empat tahun, sebelumnya dia pergi ke Balmeru, dan belum lama pisah.

Dewi mengendarai mobil untuk mengantar Roky ke bandara dan berkata: “Kamu harus jaga keselamatan saat berada di sana dan cepatlah pulang.”

“Istriku, aku tahu, aku akan segera kembali setelah semuanya selesai.”

Roky menundukkan kepalanya dan mencium wajah Dewi.

Dia harus menenangkan urusan keluarga secepat mungkin, sehingga dia bisa membawa istrinya kembali ke keluarga Lin untuk mengenali saudara-saudaranya.

……

Bandara Kota Wasa.

Tujuh, delapan mobil mewah menumpuk di pintu keluar, belasan pria dan wanita muda berpakaian rapi berdiri di samping mereka.

Salah satu wanita dengan mengenakan gaun berwarna biru muda, berparas cantik dan menawan, tapi alisnya agak melankolis, dia dengan cemas melihat ke pintu keluar bandara, seolah-olah sedang menunggu seseorang.

Di sampingnya berdiri seorang pria muda mengenakan jas berwarna putih, sepasang mata yang menawan, dengan warna gelap di bawah matanya seperti sering begadang, meskipun masih muda, jiwanya sedikit tertekan, kehidupan malamnya terlalu berlebihan.

Sambil merokok, pemuda itu berkata dengan tidak sabar: “Talita, sebenarnya kapan pria kampung itu tiba?”

Talita ragu-ragu sejenak, dengan hati-hati berkata: “Rifki, bagaimana kalau kalian pulang dulu.”

“Aku sebenarnya ingin, tapi hari ini aku keluar secara khusus untuk keluar bersamu, jika kamu tidak datang, bukankah itu akan mengecewakan?” Rifki menghembuskan asap rokok dan berkata dengan sombong: “Selain itu, kita dengan orang segini banyak hanya untuk menjemput orang kampung itu, bukankah ini akan merusak reputasi kita di Kota Wasa.”

Sekelompok orang di dekatnya tertawa.

“Talita, kamu lihat bagaimana Tuan Rifki memperlakukanmu, menurunkan kehormatannya hanya untuk menjemput temanmu, Kamu harus berjanji padanya.”

“Kita semua adalah orang-orang kelas atas di kota Wasa, Tuan Rifki menurunkan statusnya untuk menjemput orang kelas bawah, ini semua dilakukan demi kamu, jika tidak, mana layak orang kampung ini dijemput oleh kita.”

“Begitu banyak dari kita yang datang untuk menjemputnya, kemungkinan orang kampung itu akan ketakutan setengah mati saat turun dari pesawat, haha...”

Mendengarkan komentar orang-orang di sekitar, Rifki juga senang.

Sekelompok orang-orang ini adalah anak-anak orang kaya di kota Wasa, keluarga mereka sangat kaya dan berkuasa, dia secara khusus membawa orang-orang ini dan menemani Talita untuk menjemput “Orang kampung”, di satu sisi, dia menunjukkan dirinya; di sisi lain, dia memberi pengaruh buruk kepada “Orang kampung”.

Karena dia sudah lama mengejar Talita, tetapi dia tidak kunjung mendapatkannya, alhasil, Talita sangat senang saat mendengar kedatangan “Orang kampung”, yang membuat Rifki cemburu dan marah.

“Orang kampung” begitu dihargai oleh Talita.

Dia harus memberi ancaman kepada orang kampung ini!

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
5 tahun yang lalu