Aku bukan menantu sampah - Bab 115 Kehilangan Semuanya

Mereka berdua berkeringat dari atas ke bawah, dan puluhan menit kemudian, mereka akhirnya selesai membersihkan ruangan itu.

Pintu ruangan lalu terbuka.

Sekretaris wanita itu masuk lagi dan berkata dengan malu-malu: "Manajer Alvin, tamu yang terhormat mengatakan dia akan menunggu, dan tidak ingin masuk. Dia memintamu untuk berbicara di perjalanan."

"Membahasnya di perjalanan?" Alvin terkejut, tapi dia tetap mengangguk: "Baiklah, aku akan keluar sekarang."

Kalau dia bisa memenangkan investasi ini, jangankan membahasnya di perjalanan, kalau mereka memintanya untuk berlutut dan berbicara, Alvin juga akan menurutinya.

Alvin dengan cepat memerintahkan Hera dan Nelson untuk mengambil dokumen, dan dia sendiri mempersiapkan teh Mountain Mist yang akan diseduh nanti, dia lalu berjalan keluar dari gedung kantor.

Dia juga membawa payung anti sinar matahari, dan meminta Nelson untuk memayungi tamu mereka dari sinar matahari.

Sambil memegang dokumen, cangkir teh, dan payung, mereka berjalan keluar dengan percaya diri, mereka tidak tahu kalau orang yang datang adalah seorang yang sangat berkuasa.

Saat mereka keluar dari gedung perkantoran, Alvin bisa melihat Rolls-Royce Phantom model terbaru diparkir di sisi jalan, seorang pria paruh baya dengan pakaian bermerek berdiri di dekat mobil dan terlihat sedang menelepon seseorang.

Nelson bersiul dua kali, dan dengan kagum berkata: "Lihat mobil orang itu, kalau tidak memiliki satu atau dua miliar di rumah, mana mungkin kamu bisa membelinya."

Hera menatap mobil itu dengan cemburu, dan berkata: "Mobil mewah seperti itu, aku rasa di kehidupan selanjutnya pun, Roky tidak akan bisa membelinya."

"Mana mungkin dia mampu?" Alvin mencibir, lalu dengan cepat mengangguk dan membungkuk saat melihat tamunya: "Direktur Herman, kamu…"

Direktur Herman melambaikan tangannya, memberi isyarat untuk diam, dan melanjutkan teleponnya.

"... Apa bahan obatnya masih belum ditemukan, apa bahannya sesulit itu untuk dicari? Baiklah, kita bahas lagi nanti."

Mendengar hal itu, Alvin merasa ini adalah kesempatannya, dia langsung bertanya dengan cepat: "Direktur Herman, apa kamu ingin membeli bahan untuk membuat obat?"

"Oh, aku memiliki penyakit eksim, dan seorang dokter jenius memberikan resep obatnya padaku, tapi beberapa bahan obat itu agak langka dan sulit ditemukan."

Nelson dengan cepat tersenyum senang: "Aku kebetulan memiliki seorang teman yang menjadi kepala perwakilan pengobatan tradisional, nanti akan aku coba tanyakan."

Direktur Herman berkata: "Ini… bukankah agak merepotkan?"

"Tidak masalah." Alvin dengan cepat tertawa: "Dia adalah temanku di universitas, tenang saja."

"Baiklah."

...

Sepuluh menit kemudian, melalui Nelson, Alvin dengan cepat menemukan bahan obat yang diinginkan Direktur Herman.

Direktur Herman dengan senang berkata: "Kamu benar-benar bisa diandalkan Alvin. Aku akan mentransfer uang obat ini padamu nanti."

Alvin tersenyum dan berkata: "Tidak perlu Direktur Herman, anggap saja ini sebagai niat dari kerja samaku denganmu.”

“Bagaimana bisa tidak.”

“Bahannya tidak bahal, ini adalah niat baikku, jadi tolong diterima. Asalkan kamu bisa sehat, kami semua akan tenang.”

Direktur Herman berkata sambil tersenyum: “Baiklah, lain kali kalau ada kesempatan, aku akan mengundangmu untuk makan malam, aku juga akan bekerja bersama denganmu kalau aku memiliki proyek yang bagus."

"Terima kasih, Direktur Herman." Alvin sangat senang, sepertinya sanjungan yang dia lakukan memang tepat, ini akan mempermudah investasi mereka, dan Direktur Herman juga akan memperlakukannya dengan lebih baik.

Dia lalu menyuruh Hera untuk menyerahkan dokumennya dan meminta Direktur Herman untuk memeriksanya.

Direktur Herman mengambil dokumen itu, dia memeriksanya sambil sesekali melihat ke sekeliling.

Alvin bertanya dengan hati-hati: “Direktur Herman, kamu sedang mencari siapa?”

“Oh, aku sedang menunggu seorang teman, tadi aku mengirimnya ke perusahaanmu untuk wawancara.” Kata Direktur Herman.

Alvin tercengang, sesuatu terlintas di pikirannya.

Istri Roky tadi datang untuk wawancara, tidak mungkin...

Dia menggelengkan kepalanya dan mencibir dengan kesal.

Orang dengan status rendahan seperti Roky, bagaimana dia mungkin dia bisa kenal dengan Direktur Herman?

Tapi Alvin masih terus bertanya: "Direktur Herman, ada banyak orang yang datang ke perusahaan hari ini, kalau aku boleh tahu siapa nama temanmu, aku akan memberi tahu orang Departemen Personalia dan mengurusnya."

"Bagus sekali, namanya...” Direktur Herman mengerutkan keningnya.

Gawat...

Dia lupa nama istri Roky…

Direktur Herman dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan menelepon Roky.

“Tuan Roky, apa kamu masih menunggu wawancara istrimu?”

“Aku sudah pergi.” Suara dingin Roky terdengar dari telepon: “Perusahaan Adirama terlalu besar, orang-orang yang bekerja di sana adalah orang-orang besar, status istriku tidak sebanding dengan mereka. Mereka takut aku akan mengotori pintu masuk mereka, dan tidak membiarkanku pergi, jadi aku keluar dari pintu belakang, maaf sudah merepotkanmu Direktur Herman."

Selesai berbicara, Roky langsung menutup telepon.

“Sudah… pergi?” Direktur Herman tertegun.

Mendengar nada bicara Roky tidak terlalu senang, ekspresi wajah Direktur Herman tiba-tiba berubah.

Awalnya dia tidak berniat untuk berinvestasi, tapi melihat istri Roky bekerja di sini, dia berniat untuk menyenangkan Roky.

Perusahaan Adirama mengusir Roky, dan dia juga tidak ingin berinvestasi lagi.

Direktur Herman melirik Alvin dan melemparkan kembali dokumen informasi dengan agak kesal: “Ternyata perusahaanmu tidak terlalu besar, dan kalian juga sangat sombong, aku tidak ingin bekerja sama dalam investasi ini, jadi aku tidak akan menandatanganinya.”

Saat mendengar Direktur Herman membatalkan investasinya, Alvin yang dari tadi sudah menunggu kesepakatan mereka langsung tercengang.

“Direktur Herman… Kamu… Apa kamu…”

“Apa kamu pikir Perusahaan Adirama layak menerima investasi dariku?” Direktur Herman mencibir, lalu dengan tenang berkata: “Aku ingin bertemu dengan temanku yang bekerja di perusahaan kalian dulu, lalu aku akan setuju untuk berinvestasi, aku berencana untuk menyerahkan proyek department store padanya dan memintanya untuk menggambar desainnya. Tapi karena kamu tidak menyukai temanku, kamu cari investor lain saja."

Alvin langsung berkeringat, jantungnya berdetak dengan sangat keras.

Sambil memaki-maki orang di Departemen Personalia di dalam hatinya, dia buru-buru berbicara untuk menenangkan Direktur Herman: "Direktur Herman, aku benar-benar minta maaf, ini pasti kesalahan dari perusahaan kami. Kalau boleh tahu, siapa nama temanmu, aku akan langsung melaporkannya, perusahaan kami pasti akan langsung memberikan posisi yang bagus untuknya, aku berani jamin dia akan mendapat kedudukan yang sama denganku."

Direktur Herman mendengus: "Dia sudah pergi, mana mungkin kamu bisa menemuinya lagi. Dia adalah istri dari Tuan Roky, kalian urus saja sendiri."

"Roky!!!"

Kepala Alvin seperti dipukul dengan keras, dia mengangkat kepalanya sambil menggumam: “Brengsek.”, dagunya hampir jatuh ke tanah karena terkejut.

"Kenapa, apa kamu kenal?" Direktur Herman mengerutkan alisnya dengan terkejut, tiba-tiba dia teringat sesuatu, dengan ekspresi marah dia berkata: "Apa kalian yang mengusir Tuan Roky, dan menyuruhnya keluar dari pintu belakang?"

"Aku… ini…" Alvin berkeringat dengan hebat, dia tergagap dan tidak bisa mengatakan satu kalimat pun.

Nelson dan Hera juga tercengang, mereka berdua terlihat sangat terkejut.

Mereka tidak bisa membayangkan, seorang pecundang seperti Roky ternyata adalah teman Direktur Herman!!

Dan melihat sikap hormat Direktur Herman, sepertinya dia berteman dekat dengan Roky!

Nelson tergagap: “Tadi… Roky… dia sendiri yang ingin pergi…”

“Huh!”

Direktur Herman tahu dia orang seperti apa hanya dengan sekali lihat, karena itu ekspresi wajahnya terlihat semakin kesal.

Awalnya dia ingin membantu Roky, dia secara khusus mengirimnya untuk berwawancara di perusahaan ini, tapi dia tidak menyangka sekelompok orang tidak berguna ini akan mengacaukan semuanya, mereka membuatnya menunggu lama tanpa bisa bertemu dengan Roky dan istrinya!

"Direktur Herman, aku akan meminta Roky untuk kembali." Kata Alvin dengan panik.

Saat ini dia ingin menampar dirinya sendiri dua kali dengan sangat keras!

Dia sangat malu dan kesal!

Dia membuang keuntungan besar dari tangannya sendiri!

Dia akan kehilangan promosi...

Kehilangan bonus...

Dia khawatir perusahaan akan memintanya untuk bertanggung jawab karena sudah menyinggung investor mereka, entah dia bisa mempertahankan posisinya sebagai manajer juga akan menjadi masalah!

“Dasar bodoh.” Direktur Herman mengumpat dengan keras, dia langsung naik ke mobilnya dan memerintahkan sopirnya untuk pergi.

Alvin yang tersadar, berusaha mengejar Direktur Herman dan tersandung.

"Direktur Herman… Direktur Herman tolong dengarkan aku... Tolong dengarkan penjelasanku…"

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu