Aku bukan menantu sampah - Bab 482 Meratakan Keluarga Sun

Di saat inilah, beberapa manager pabrik farmasi menyerbu masuk ke dalam kantor.

“kepala pabrik Esno, gawat….. penagih utang pabrik obat tiba-tiba mendesak menagih utang, katanya dalam hari ini ingin menerima bayaran utang dua ratus miliar beserta bunganya, kalau tidak akan menghabisi Keluarga Sun anda.

“minggir kamu, aku duluan yang bilang….. kepala pabrik Esno, tuan besar Lorren yang sedang ada di sanatorium tadi menelepon kemari, katanya anda sudah mencelakai keluarga Sun, ingin memutuskan hubungan keluarga denganmu, mulai sekarang sampai seterusnya tidak punya cucu seperti anda….. tuan besar masih belum selesai telepon, sudah pingsan karena marah, sekarang sedang ditolong.

“kepala pabrik Esno, istri anda bilang ingin cerai dengan anda, katanya anda sudah menyinggung orang besar yang tidak seharusnya disinggung, supaya keluarganya tidak terseret oleh anda.

Beberapa manager masih belum selesai bicara, ada beberapa orang yang berdesakan masuk lagi, berteriak dengan panik.

Esno mendengarnya sampai pusing, seketika langsung terjatuh ke lantai.

Di sekitar dipenuhi suara ‘ngung ngung’, tapi dia sudah tidak sanggup mendengarnya lagi, pokoknya setiap laporan semuanya seperti petir di hari yang cerah.

Esno benar-benar tidak menyangka, hanya satu kalimat dari Roky, langsung bisa membuatnya jatuh ke neraka.

Sekujur tubuhnya keringat dingin, pakaiannya basah semua.

Seketika, terdengar suara ledakan dari luar jendela, bahkan lantai pun bergetar.

Jendela kaca bunyi ‘prang’ bersama, seolah bumi bergetar.

Esno melihat ke arah luar jendela, langsung terkejut sampai tidak bisa berkata-kata.

Belasan mobil penggali, sedang disetir memasuki pabrik farmasi dengan rusuh, langsung meratakan tembok yang mengelilingi pabrik farmasi, daerah produksi perumahan yang tidak jauh juga diratakan, semuanya hancur lebur.

Esno melihatnya sampai kedua matanya membelalak, bergumam: “Roky, pabrik farmasiku harganya sekitar delapan puluh miliar lebih, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan?”

Roky bicara dengan datar: “benda yang menghalangi, tentu saja lebih baik diratakan.

“kamu!” Esno marah, memutar kepala dan berteriak: “Roky, aku akui kamu berkemampuan, tapi sekarang kamu meratakan pabrik farmasiku, apa kamu sanggup ganti rugi begitu banyak uang?”

“ganti rugi?” Roky tersenyum santai, bicara sambil mengangkat bahu: “aku meratakan pabrik farmasiku sendiri, bersiap untuk membangun rumah produksi yang baru, apa perlu ganti rugi?”

Esno langsung terdiam di tempat, seketika tidak bisa mencerna.

Disaat ini, Paman Ali yang berdiri di samping Roky, bicara dengan dingin: “Esno, pihak yang kamu utangi dua ratus miliar, sudah mengalihkan utangnya kebawah nama Tuan Roky.

Jadi, orang yang memberi pinjaman padamu, duduk tepat di depanmu.

“apa!”

Esno bahkan sampai lupa bernapas, melihat Roky, pikirannya kosong.

Padahal hanya seorang menantu yang tinggal di rumah keluarga istri, kenapa bisa punya kemampuan yang begitu besar?

Dan lagi, utang dua ratus miliar bukan sebuah angka yang kecil, bisa-bisanya dalam sekejap dialihkan ke bawah nama Roky.

Esno melihat Roky, seperti melihat sebuah iblis.

Di hadapan Roky, dirinya seperti semut, melawan seperti apapun, juga bisa ditekan mati olehnya dengan satu jari.

‘duk’

Esno sudah tidak bisa menahannya lagi, kedua kakinya melemas dan berlutut di lantai, memanggil dengan terbata-bata: “Tu….. Tuan Roky, kumohon anda jangan perhitungan padaku, aku salah, aku kembalikan dua pot bunga nya padamu, kumohon lepaskan aku.

Sambil bicara, dia merangkak ke bawah kaki Roky, menjedotkan kepalanya dengan keras.

Esno seketika langsung menjedotkan kepalanya puluhan kali, kulit di kepalanya sampai terluka.

Dia akhirnya merasakan, Roky dan dirinya sama sekali tidak ada di satu level, dan pihak lawan ingin membunuhnya, hanya perlu satu kalimat.

Saat kepala Esno sudah merah memar karena dijedot, Roky baru bicara dengan dingin: “mana bungaku?’

“aku pergi ambilkan untuk anda sekarang!”

Esno tidak berani sombong lagi, langsung berlari ke dalam ruangan kecil di ruang kantor, membuka sebuah brankas, lalu menggendong dua buah pot bunga dan berlari keluar.

Tatapan Roky membeku.

Memang dua pot bunga miliknya!

Tunas kedua bunga tumbuh di dalam pot dengan utuh, sudah tumbuh setinggi enam puluh senti, diatas batang yang halus tumbuh sebelas dua belas daun elips berbentuk aprikot, yang membuatnya paling terkejut adalah, tunas kedua bunganya bahkan membuahkan dua buah.

Dua buat ini seperti biji buah lengkeng, hitam berkulau, hanya sebesar biji kacang, kelihatannya masih belum matang.

Tapi walaupun dua buah ini masih belum matang, tapi Roky malah seudah merasakan sebuah energi yang kental, bersih alami, lebih kuat belasan kali lipat dari energi dracaena.

Kelihatannya, sihir pengumpul energi yang dia pasang di dalam villa, ternyata menghasilkan efek.

Esno berlutut di hadapan Roky, mengangkat kedua pot bunga dengan hormat, sama sekali tidak berani berdiri.

Roky memerintahkan Paman Ali untuk memegang bunganya, ‘hmph’ dengan dingin: “kalau kamu menyerahkan pot bunganya sejak awal, aku juga tidak akan repot.

“iya iya…..” Esno berlutut di lantai, ekspresinya sedih.

Dia ingin memukul diri sendiri sampai mati.

Hanya bisa menyalahkan dia rakus uang, hatinya ingin menjadikan Roky sebagai penghasil uang, setelah itu napsu, bisa-bisanya mempunyai pikiran buruk tentang istri Roky, sekarang bahkan nyawanya pun hampir tercabut.

Roky berdiri, bicara dengan dingin: “meminta nyawa anjingmu, juga mengotori tanganku.

Sekarang aku punya dua permintaan, yang pertama kamu pergi cari istriku dan Talita sendiri, berlutut minta maaf pada mereka, yang kedua adalah pergi dari Kota Gopo, jangan muncul di hadapanku lagi, kalau tidak, berikutnya nyawamu yang tinggal.

“baik baik, perintah Direktur Roky, saya pasti akan memenuhinya.

“Esno berlutut di lantai, terus menjedotkan kepalanya.

Roky selesai bicara, bahkan tidak melihat Esno yang berlutut di tanah, bangun dan berjalan keluar dari ruang kantor.

Sekarang pabrik obat ini, sudah menjadi propertinya.

Dia menelepon Lian, menyuruhnya untuk mengutus tim konstruksi kemari secepat mungkin, membangun ulang jalan produksi obat-obatan, dan memastikan keberlanjutan pasokan krim Kota Wasa.

Setelah keluar dari pabrik obar, Roky Kembali ke villa seolah tidak terjadi apa-apa.

Dia baru mau membuka pintu kamar, malah mendengar suara bicara istrinya dan Talita dari dalam.

Roky tidak bisa menahan untuk berhenti, inisiatif melihat ke lubang pintu masuk.

Hanya melihat Dewi sedang duduk menyamping di Kasur, merangkul bahu Talita, menenangkannya dengan suara pelan.

Talita sudah mengganti baju, tapi wajahnya yang kasihan, masih terdapat bekas air mata.

Dia merenung sejenak, bicara ke Dewi: “Kak Dewi, masalah tadi, lebih baik jangan beritahu Kak Roky.

“kenapa, kamu takut setelah dia tahu, akan cari masalah dengan Esno?”

Talita menganggukan kepala, bicara dengan pelan: “aku tidak ingin merepotkannya.

“benar-benar perempuan bodoh.

“Dewi tidak bisa menahan rasa tidak tega dan memeluknya, berkata: “tenang saja, aku tidak akan memberitahunya.

Masalah ini juga salah ibuku, aku akan cari kesempatan lagi, untuk mengambil dua pot bung aitu Kembali.

Karena, ini juga masalah yang dibuat oleh Jenni, Dewi kurang lebih juga agak merasa bersalah.

Melihat dua wanita berpelukan, saling menenangi, Roky berpikir sejenak, lalu memutar tubuhnya diam-diam, supaya tidak terlihat oleh dua wanita itu dan jadi canggung.

Istrinya sendiri benar-benar baik hati, benar-benar tidak paham wanita cantik baik seperti Dewi, bisa-bisanya punya ibu kandung yang aneh seperti Jenni.

Pagi hari kedua, Roky juga berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa, menyetir mobil untuk mengantar Dewi ke kantor, Talita sementara tidak ada pekerjaan, dia inisiatif untuk cuci baju, masak, dan membereskan kamar di rumah.

Di rumah bertambah seorang ‘pelayan’ yang bekerja, Jenni juga memanfaatkan kesempatan untuk santai senang-senang, langsung memerintahkan talita untuk melakukan setumpuk pekerjaan rumah, lalu pergi mencari teman baiknya untuk main mahjong.

Di perjalanan ke kantor, Dewi mengerutkan alisnya sepanjang jalan, dia masih cemas, bagaimana untuk mengambil dua pot bunga itu kembali untuk suaminya.

Mobilnya berhenti di depan pintu perusahaan, Dewi baru turun dari mobil, tiba-tiba ada bayangan seseorang yang menyergap kemari, membuatnya terkejut sampai berteriak.

Novel Terkait

Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu