Aku bukan menantu sampah - Bab 902 Naik Setingkat Lagi

Sekarang Jenni juga ikut pergi ke rumah keluarga Lin, ingin mencari kesempatan berpura-pura kasihan dan menangis mengeluh sebentar ke Viska atau Ardian.

Pada saatnya mungkin saja Ardian hatinya luluh, melihat putrinya yang mengandung cucu keluarga Lin, membiarkan Roky kembali ke keluarga besar!

Dan dia sebagai ibu mertua, tentu saja merasa sudah sepatutnya meminta emas kawin beberapa milyar!

Mungkin saja, setelah ini Roky kembali ke keluarga Lin, masih bisa kebagian harta keluarga yang tidak sedikit!

Semua uang ini bukannya juga milik Jenni?

Mengenai “tuan muda ketiga**” Viloid, Jenni sekarang tidak ada cara lagi, putrinya sudah mau melahirkan, walau bagaimana pun tidak mungkin membiarkan putrinya membawa anak, masih menikah dengan Viloid.

Taman Jinbi, merupakan salah satu villa peristirahatan keluarga Lin.

Saat mobil berhenti di depan pintu villa, Dewi dan Jenni juga melihat dengan bingung.

Sungguh tidak terpikir, ini hanya merupakan sebuah rumah hak milik atas nama keluarga Lin yang paling biasa, tak disangka begitu mewah!

Kediaman yang mewah, bisa dibilang seperti kediaman Cina kuno saja.

Di depan pintu, berdiri tegap dua baris pasukan perang khusus keluarga Lin mengenakan baju perang berwarna hitam, sangat gagah sekali!

Dan Billy mengenakan satu setel jas, kemeja berwarna putih dengan kerah mengenakan dasi, sepasang tangan diangkat, dengan hormat menunggu di depan pintu.

Kepala satpam keluarga Lin Bagor, berdiri di sampingnya, gerakannya juga sama memberi hormat.

Pada saat mobil baru saja berhenti, Billy langsung berjalan maju selangkah, membuka pintu mobil, diikuti dengan membungkuk 90 derajat, menyambut di samping.

Roky berjalan turun dari mobil, Bagor langsung memimpin dua baris pasukan, dengan rapi memberi hormat dan menyapa.

“Tuan muda Lin!”

Suara rapi yang menjadi satu ini, membuat Jenni yang baru saja mau turun mobil terkejut dan badan gemetaran, hampir saja terjatuh ke lantai.

Kalau bukan Dewi menggandengnya, wanita itu sudah dengan satu kaki terpeleset terjatuh ke bawah mobil, langsung terlihat bodoh.

Roky seperti tidak terjadi apa-apa mengangguk, “Tidak perlu memberi hormat, semua berdiri saja.”

Setelah dia usai mengatakan, Bagor dan yang lainnya baru berani menegakkan badan, kembali berdiri di dua barisan.

Billy menemani Roky, berjalan masuk ke pintu utama.

Dan Jenni menggandeng Dewi, berjalan ke dalam pintu sambil melihat sekitar dengan iri.

Terlalu menakjubkan sekali!

Ini adalah keluarga nomor satu di Yuga, kegagahan keluarga Lin!

Hanya melihat orang yang menyambut di depan pintu tadi saja juga memuat dirinya tergetar dan jantung berdebar.

Jempolan!

Sangat gaya sekali!

Jenni melihat sampai mata merah tiada tanding, iri bukan main.

Meski dia sekarang tinggal di villa besar, tapi dibanding dengan kediaman mewah keluarga Lin ini, bisa dibilang tidak bisa dibandingkan!

Wanita itu dengan iri melihat sekeliling sambil menarik Dewi sebentar: “Putriku, kalau besok-besok Roky yang akan meneruskan harta keluarga Lin, kita pindah dan tinggal di kediaman besar ini.”

“Bu! Ini juga bukan harta Roky.” Dewi juga melihat sampai ketakutan tidak tenang, dengan suara rendah berpesan ke Jenni: “Nanti ketemu dengan Ardian, kita lebih baik berbicara dan bertindak dengan hati-hati, lihat dulu keadaan baru berkata.”

“Aku tahu.” Jenni tidak sependapat, dalam hati mengambil keputusan, nanti bertemu dengan Ardian, kalau ada kesempatan mau meminta sedikit emas kawin dan lainnya.

Melewati sebuah taman, di depan adalah bangunan bergaya Cina dengan genteng tanah liat dan dinding putih.

Viska sekujur tubuh masih berpakaian olah raga, baju profesional yang berwarna hitam, rambut yang tersanggul cantik, pandangan mata yang ganas, dia mendorong satu kursi roda, berdiri di ruang besar.

Di atas kursi roda, duduk seorang yang mengenakan kemeja panjang berbahan kain berwarna hijau, kurus orang tua berumur tujuh puluhan.

Orang tua sekali melihat Roky masuk, dalam mati seketika menyambar pandangan mata yang penuh semangat, air mata membanjiri muka sangat terharu.

“Kakek!” Roky juga tidak bisa menahan lagi, berjalan maju selangkah, langsung menggenggam tangan Ardian.

Ini adalah kakek yang paling menyayanginya waktu kecil!

Sudah 10 tahun, kakek terus di luar negera berobat, dia sama sekali tidak berkesempatan bertemu.

Sekarang kakek dan cucu mereka berdua akhirnya bertemu kembai, Roky sulit menekan rasa haru dalam hati, gemetar menggenggam erat tangan kakek.

“Baik… baik… Roky… kamu sudah besar…” Sekujur tubuh Ardian agak gemetar, dengan tangan kurusnya menggenggam erat tangan Roky, seakan seperti takut sekali dia melepaskan tangan pria itu bisa pergi saja.

Dia sangat terharu, sampai kata-kata pun tidak bisa diucapkan dengan jelas.

Roky terjun, berlutut di depan Ardian: “Kakek, cucu belum bisa berbakti denganmu, beberapa tahun ini kamu sudah susah di luar negeri sana.”

“Aku lah yang tua ini lah, yang merepotkanmu baru benar.” Ardian terharu dan sedih sekali, menghela nafas panjang sekali: “Kalau bukan penyakitku ini, keluarga Lin dari awal sudah diserahkan ke tanganmu, bagaimana bisa berubah jadi pecah belah seperti sekarang ini.”

Roky mengerutkan dahi, mendengar keluar seuntaian maksud di balik perkataan, mendongak melihat ke bibi kecil.

Saat ini, Viska berdiri di belakang kakek tua berkata: “Rokky, kakek tua juga tahu masalah perusahaan Griya, Marson sekarang sudah menyuap tidak sedikit pemegang saham, membeli balik tidak sedikit saham, dia dan orang yang membantunya juga masuk ke perusahaan Griya.”

Wanita itu berkata dan melihat Ardian sekilas: “Tapi tidak apa-apa, asal ada aku di perusahan Griya satu hari, Marson kalau ingin berbuat semena-mena sendiri, itu pasti tidak mungkin.”

Roky dan Viska saling memandang, pria itu bisa kelihatan seuntaian kegelisahan dari dalam pandangan mata bibi kecilnya.

Takutnya, hal ini tidak sesederhana yang bibi katakan.

Sekarang kondisi penyakit kakek hanya agak membaik, bibi kecil tidak ingin membuat kakek khawatir, supaya tidak mempengaruhi kondisi penyakitnya, jadi tidak membahas masalah utama namun membahas masalah yang tidak terlalu penting.

Setelah Roky dan kakek saling bertemu, sekarang baru berdiri, teringat untuk memperkenalkan Dewi.

Pria itu membalikkan badan, menarik tangan Dewi berjalan ke sana, tersenyum berkata: “Kakek, ini adalah istriku Dewi.”

“Kamu Dewi yah.” Sorotan mata Ardian, terjatuh ke perut Dewi, dengan pandangan mata yang penuh kasih sayang: “Aku sudah mendengar Viska mengatakan, kamu adalah anak perempuan yang baik, juga sudah tidak sedikit membantu Roky, sungguh membuat kamu susah.”

Dewi sedang gugup, tapi melihat kakek yang berwajah baik hati, jantung yang menggantung agak tenang, tersenyum berkata: “Tidak susah, sebagai istri Roky, yang kulakukan semua itu sudah seharusnya.”

Roky tersenyum berkata: “Kakek, Dewi sudah hamil 8 bulan, segera mau melahirkan.”

“Kalau seperti itu, keluarga Lin mau bertambah keturunan laki-laki lagi.” Wajah Ardian dipenuhi dengan sinar merah, seakan sudah membaik banyak, dia bersemangat dan menganggukkan kepala, tiba-tiba teringat sesuatu, buru-buru berpesan ke pembantu untuk membawa kemari sebuah kotak jati merah.

Saat kelihatan kotak jati merah ini, tiba-tiba pandangan mata Roky menjadi serius, memandangi erat kotak itu.

Viska juga terkejut dan berkata: “Kakek, ini bukannya barang petanda yang diteruskan oleh leluhur ke menantu tertua?”

Saat ini, Ardian sendiri membuka kotak, di dalamnya adalah sebuah gelang giok yang jelas dan bersinar, dan itu juga bukan hijau terang, tapi warna ungu, dan di dalam gelang giok samar-samar ada awan seperti sutera yang bergerak, dipancari dengan sinar seolahi hidup saja.

“Dewi, kakek juga tidak ada hadiah pertemuan apa, gelang ini buat kamu, semoga kamu dan Roky hidup yang baik, bersama-sama menghadapi semuanya.”

Ardian menyempalkan gelang giok ke dalam tangan Dewi.

Viska tersenyum berkata: “Dewi, kelihatannya kakek sungguh menyukaimu, gelang ini adalah warisan turun menurun keluarga Lin 500an tahun, ini menggunakan batu giok warna ungu yang berkekuatan, di dunia ini hanya ada satu ini.”

Mata Jenni seketika bersinar: “Gelang ini berharga berapa milyar, takutnya sepotong kecil batu giok warna ungu tidak bisa dibeli, harganya berkali lipat, merupakan barang berharga yang tidak ternilai.”

Dewi terkejut, buru-buru menolak: “Gelang ini terlalu berharga, aku tidak boleh menerimanya.”

Novel Terkait

Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu