Aku bukan menantu sampah - Bab 918 Bantuan Ibu Mertua

Sesuai dengan dugaan Roky, setelah dia pulang ke villa, Dewi tetap tidak mau bicara dengannya.

Pintu kamar ditutup erat, tidak peduli bagaimana Roky mengetuk, mengucapkan semua kata-kata baik, Dewi tetap tidak membuka pintu.

Roky merasa sedih, berdiri di depan pintu mengatakan: “Istriku, aku tahu sebelumnya aku yang telah membohongimu, mengenai identitasku tuan muda ketiga Keluarga Lin, serta Direktur Perusahaan Nogo, aku selalu ingin mencari kesempatan untuk memberitahumu, hanya saja, saat itu situasi sangat kacau, seketika tidak menemukan kesempatan……”

Ucapannya masih belum selesai, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari belakang.

“Menantuku, barusan apa yang kamu katakan?”

Roky tertegun, berbalik langsung melihat Jenni berdiri di belakangnya, menatap diriku dengan wajah memerah.

“Ma, kapan kamu ke sini? Kenapa berjalan juga tidak ada suara?”

Jenni belum sempat menjawab, meraihnya dengan penuh kegembiraan: “Menantuku, apakah yang kamu katakan tadi benaran? Kamu, kamu adalah tuan muda ketiga Keluarga Lin? Apakah Perusahaan Nogo juga milikmu?”

Roky tidak menyangka Jenni akan datang ke sini untuk menguping, hanya bisa memaksakan diri mengangguk, berkata dengan suasana hati gelisah.

“Ma, masalah ini memang aku yang salah, aku telah menipumu, kamu ingin marah bagaimanapun boleh……”

Dia masih belum selesai bicara, Jenni mendadak langsung tertawa terbahak-bahak.

“Aduh, menantu baikku, bagaimana mungkin mama akan marah padamu! Ternyata kamu adalah tuan muda ketiga Keluarga Lin, juga bos dari Perusahaan Nogo, hahaha……kayalah, akhirnya aku bisa menjadi wanita kaya sehari!”

Jenni mengeluarkan serangkaian tawa menggila, tawanya membuat Roky merinding, curiga apakah dia mengalami gangguan jiwa.

Tepat pada saat ini, mendadak Jenni menariknya sambil bertanya: “Apakah Dewi ingin bercerai denganmu?”

“Iya.” Roky tidak berdaya, hanya bisa mengangguk, berkata dengan suasana hati sedih: “Istriku merasa aku telah menipu dia selama bertahun-tahun, jadi, ingin bercerai denganku.”

“Bercerai? Siapa yang bilang mau bercerai?” Jenni segera seperti disengat lebah, seketika langsung melompat, dengan wajah tegas: “Apanya cerai, aku pasti tidak akan setuju!”

“Ma, kamu……”

Roky tercengang oleh reaksi Jenni.

Bukankah sebelumnya Jenni selalu memikirkan segala cara agar dia dan Dewi bisa bercerai?

Sekarang bahkan keluar untuk menentangnya.

“Tidak boleh bercerai!” Dalam sekejap Jenni panik, wajah penuh sanjungan berkata pada Roky: “Menantuku, kamu jangan dengar Dewi omong kosong, otaknya sedang tidak jelas, kamu jangan menghiraukannya!”

Selesai bicara, Jenni langsung mendorong Roky menjauh, lalu mengetuk pintu dengan satu tangan di pinggang.

“Dewi, aku beri tahu kamu, Roky adalah menantu baik mama, kamu tidak boleh bercerai dengannya!”

“Jika kamu bercerai dengan Roky, mama yang pertama menentangnya! Kesehatan mama tidak baik, jika kamu bercerai dengan Roky, membuat mama kesal hingga kehabisan nafas, langsung masuk rumah sakit karena kamu.”

Jenni selesai bicara, masih pura-pura memegang dadanya, batuk kering beberapa kali.

Roky benar-benar terpana dengan kemampuan akting ini.

Biasanya Jenni selalu datang untuk memperkeruh suasana, sekarang dia malah merasa sangat berterima kasih atas kedatangan Jenni.

Jika bukan karena Jenni tamak akan harta, takutnya juga tidak akan datang membantunya.

Jenni berdiri di depan pintu, berpura-pura sakit dengan suara tinggi dan rendah, masih mengusap mata.

“Dewi, mama sudah berumur, tidak bisa hidup lama lagi! Tidak mudah menantu bisa kaya, mama bisa ikut menikmati beberapa tahun lagi, apakah begini kamu juga tidak mengizinkannya? Kamu benar-benar membuat mama mati dengan tidak rela, hu hu hu……”

Melihat Jenni sudah akan menangis, Roky diam-diam mengacungkan jempol untuk ibu mertuanya.

Di saat Jenni mulai menangis kencang, akhirnya pintu kamar terbuka sedikit.

Dewi mengenakan pakaian tidur, berdiri di depan pintu dengan ekspresi dingin, mengerutkan kening berkata: “Ma, kamu jangan ikut campur masalah ini.”

Begitu melihat pintu kamar terbuka, Roky segera maju ke depan: “Istriku, kamu biarkan aku masuk dulu, aku bisa menjelaskannya.”

“Tidak perlu.” Dewi sama sekali tidak ingin melihatnya, dengan acuh tak acuh mengatakan: “Aku buka pintu, hanya takut mamaku kesal hingga sakit.”

Dia baru saja selesai bicara, Jenni langsung menerobos ke sana, secara paksa membuka pintu, tangan satu lagi menyeret Roky sambil didorong ke dalam kamar tidur.

“Menantuku, kamu cepat masuk.”

Melihat Jenni saat ini bahkan membantu Roky, Dewi juga tercengang.

“Ma……”

Jenni tidak bisa menahan diri untuk mengatakannya, mendorong Roky masuk ke dalam kamar tidur, wajah penuh peringatan mengatakan: “Putriku, kamu harus lebih baik pada Roky! Apanya yang cerai, jika kamu berani bercerai, besok mama akan pergi melompat dari atas gedung!!”

Roky menghela nafas , berkata pada Jenni: “Ma, kamu keluar dulu saja, aku bicara dengan Dewi.”

Jenni baru tersenyum ceria keluar, masih tidak lupa berpesan: “Dewi, kamu tidak boleh bercerai.”

Tunggu setelah Jenni pergi, Roky menutup pintu kamar tidur.

Dewi sama sekali tidak melihatnya, langsung jalan ke tepi tempat tidur dan duduk, berkata dengan suara dingin: “Apa lagi yang ingin kamu katakan? Atau masih ingin membuat kebohongan untuk membohongiku?”

Roky sedang berada dalam suasana hati yang pahit, berusaha memaksakan diri mengatakan: “Istriku, kamu dengarkan aku bicara sampai selesai.”

Dewi terdiam sejenak, kemudian tidak keberatan juga tidak berkata apa-apa.

Melihat sikapnya yang tidak terlalu peduli, Roky juga hanya bisa menghela nafas di dalam hatinya, duduk di atas kursi, menceritakan semua seluk beluk masa lalu padanya.

Setelah lima belas menit kemudian, Roky menceritakan masalah secara singkat.

“Istriku, aku demi menyelidiki penyebab kematian orang tuaku, selain itu, takut kamu akan marah, jadi, baru terus menyembunyikan kebenaran ini.”

Dewi mengangkat kepala, sulit menyembunyikan ekspresi kekecewaannya: “Roky, kamu tidak percaya padaku ya.”

“Istriku, aku tidak bermaksud begitu.”

“Lalu kenapa kamu menyembunyikan hal sebesar ini dariku?” Dewi semakin bicara semakin kesal: “Sudah lebih dari sekali aku mengatakannya padamu, jika ada masalah denganmu, aku pasti akan sekuat tenaga membantumu, apakah kamu tidak bisa percaya padaku dalam hal menyelidiki penyebab kematian orang tuamu?”

Serangkaian kata, membuat Roky tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.

Setelah agak lama, dia berkata dengan suara pelan: “Istriku, maaf.”

“Aku ingin menenangkan diri, kamu keluar saja.” Dewi langsung membalikkan badan dan membelakanginya.

Melihat sikap Dewi seperti ini, Roky juga tidak bisa apa-apa.

Sekarang istrinya hamil, dia tidak ingin membuat istrinya terlalu emosional.

Dia hanya bisa berdiri dan berjalan keluar.

Roky baru saja keluar, hampir menabrak Andrew dan Jenni.

Dia menutup pintu, sambil mengerutkan kening bertanya: “Pa, ma, kalian ini sedang menguping?”

“Uhuk, menantuku, aku……aku kebetulan lewat, jadi……” Andrew merasa canggung hingga wajah tuanya juga memerah.

Dia ditarik ke sini oleh Jenni, menguping pasangan suami istri itu bertengkar, tidak menyangka malah ketahuan Roky.

Jenni tidak terlalu peduli, langsung menarik Roky: “Menantuku, kamu tenang saja, aku pasti tidak akan membiarkan kamu dan Dewi bercerai.”

Roky mengangguk dengan suasana hati berat, berjalan ke lantai bawah.

Dia tahu betul sifat istrinya, dari luar terlihat sangat lemah, tapi sebenarnya dia orang yang sangat tegas, jadi, selama ini dia baru tidak memberitahu kenyataan ini pada istrinya.

Sekarang walaupun Jenni demi uang, menghalangi Dewi bercerai dengannya, takutnya badai ini tidak akan mudah bisa dihilangkan.

……

Roky sepanjang malam tidur di ruang tamu, bolak balik tidak bisa tidur.

Dan malam itu, di sebuah vila mewah di Kota Sahaja.

Marson berdiri di tepi ranjang, menatap Viloid yang terbaring di atas tempat tidur dengan raut wajah suram, di dalam mata penuh amarah.

Ada beberapa dokter berambut pirang dan bermata biru yang berdiri di samping ranjang, sudah selesai membalut Viloid.

Marson berteriak: “Bagaimana dengan luka putraku?”

“Direktur Roky, putramu hanya menderita cedera kulit, sudah ditangani untuknya, batang hidungnya patah, gigi depan patah satu, masih perlu istirahat di rumah.”

Pada saat ini, Viloid yang seluruh tubuhnya diperban sedang berjuang untuk bicara.

“Pa……kamu pasti harus membunuh Roky bocah itu! Dia bahkan menghasut para pemegang saham untuk memukuliku.”

Ada jejak membunuh yang melintas di mata Marson, dengan suram mengatakan: “Tenang saja, cepat atau lambat Roky akan mati di tanganku! Orang yang sudah diusir dari klan Keluarga Lin, masih berani begitu sombong!”

Selesai bicara, dia sedikit memiringkan kepala, memberi perintah pada orang tua yang ada di belakangnya.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu