Aku bukan menantu sampah - Bab 182 Rencana Gagal

“Tidak bisa diselamatkan lagi!"

Roky berkata dengan dingin sambil melayangkan dua buah tinjunya.

"Buk buk!"

Tinjuannya mengenai dada dua pengawal, membuat badan mereka gemetar di tempat, memuncratkan darah dari mulut, mundur lima enam langkah agar dapat berdiri dengan seimbang. Saking terkejutnya, wajah mereka pun memucat.

Hendra pun tercengang, tampak terkejut.

Kedua pengawalnya sangat terampil dalam seni bela diri, merupakan pensiunan yang dibayar ayahnya dengan banyak uang, dan biasanya mereka seorang pun tidak akan mengalami kesulitan menghadapi sepuluh musuh.

Tapi mereka langsung dipukul mundur oleh sentuhan dua buah tinju Roky?

Karena takut Hendra akan ketakutan, Ando pun segera mengedipkan mata pada Mia.

Mia segera bergegas ke depan, memeluk paha Hendra, menangis terisak-isak, dan dadanya yang montok dari waktu ke waktu pun mengusap kakinya.

Mobil yang berkumpul di sekitarnya semakin banyak, bahkan sampai membuat jalan macet. Bunyi klakson pun terdengar terus menerus.

Roky pun mengerutkan keningnya begitu melihat orang-orang yang berkumpul semakin banyak.

Dia awalnya ingin mengakhirinya secepat mungkin, tetapi tidak disangka dia akan melawan Hendra untuk sementara waktu, di mana membuat rencananya hancur.

Dia tidak bisa tinggal lebih lama lagi. Jika masalah ini menjadi heboh, nantinya akan menjadi semakin menyusahkan dan sulit untuk ditangani.

Roky melirik Hendra dengan tatapan dingin, mengingatnya, berbalik dan pergi.

“Jangan biarkan dia pergi!” Ando berteriak ketakutan, takut Roky akan mencarikan masalah dengan dirinya lagi.

Tapi Hendra sedikitpun tidak bergerak, masih belum pulih dari keterkejutannya.

Lawannya terlalu kuat, bahkan jika dia ingin menghentikannya, dia pun sama sekali tidak bisa melakukannya.

Di sekeliling terdengar bunyi tepuk tangan dan kerumunan yang bersorak-sorai, mengira bahwa Roky melarikan diri karena takut pada keadilan Hendra.

Hendra memaksa dirinya untuk tersadar kembali. Dia pun merasa lebih nyaman, dan dengan puas melambai tangan ke arah kerumunan.

Dia pun hanya ingin menikmati pandangan semua orang yang memujanya!

Dia sama sekali tidak peduli dengan apapun yang terjadi pada Ando.

Melihat Roky pergi, Ando dengan dengki mengertakkan gigi!

Dia harus segera pulang mencari Nyonya Tua Cristy dan memperkuat pengawalnya supaya bajingan ini tidak akan memiliki kesempatan untuk kedua kalinya.

……

Ayah dan putri dari Keluarga Liu tidak berani bertindak sendirian, jadi mereka menaiki mobil Hendra dan kembali ke kediaman Keluarga Liu.

Begitu sampai di kediaman, Ando segera mencari Nyonya Tua Cristy, menceritakan semuanya yang barusan terjadi sambil menangis terisak-isak, tetapi dia tidak menyebutkan mengenai dirinya yang memerintahkan putrinya untuk menabraknya mati.

Mia juga menangis sambil berkata, “Nenek, Roky ingin membunuh kita!"

“Si bajingan itu sudah gila, Keluarga Liu tidak bisa mengampuninya lagi!” Nyonya Tua Cristy dengan amarah menepuk mejanya, dengan murka berkata, “Aku akan menghubungi Jenni, memintanya untuk membawa si bajingan itu kemari untuk dihukum!”

"Bu, sang kepala keluarga kapan akan pulang?" tanya Ando.

"Aku sudah menyuruh orang untuk mengirim surat, sang kepala keluarga kini sedang berada Kota Wasa, kemungkinan masih harus ditunda beberapa hari lagi.”

Mia mengertakkan giginya dan berseru, "Ayah, Roky ingin membunuhku, ayo kita segera lapor polisi!"

Wajah Ando menjadi murung dan mengkritiknya. “Untuk apa lapor ke polisi, kamu ingin menghancurkan kami, hah?”

Mia pun tersadar kembali dan segera menutup mulutnya.

Merekalah yang duluan sengaja menabrak mati Roky, dan dirinya bahkan sudah bersiap untuk menusuknya sampai mati dengan pisau. Jika mereka memintanya untuk bertanggung jawab, Keluarga Liu juga tidak akan bisa lepas dari tanggung jawab ini.

Nyonya Tua Cristy pun berkata, “Kita tidak boleh membiarkan si bajingan itu bertingkah sombong lagi! Dengarkan perkataanku, pertama kumpulkan semua Keluarga Liu di Kota Gopo, lalu carilah pengawal yang lebih hebat lagi, nanti malam pergilah ke rumah si bajingan itu untuk membalas dendam!"

……

Begitu Roky tiba di rumahnya, dia pun mengernyit sambil merenungkan pikirannya.

Kali ini dirinya telah salah perhitungan.

Dialah yang ceroboh. Dia pun tidak menyangka dirinya akan melawan Hendra dalam pertengahan jalan!

Keluarga Liu, yang telah berhati-hati dalam tindakan mereka, pastinya telah berjaga-jaga. Kemungkinan dirinya akan mengalami kesulitan untuk menyerang secara diam-diam lagi.

Jika dia benaran ingin mengakhiri hidup Ando, bahkan jika dirinya akan menghabiskan banyak uang untuk mempekerjakan orang, takutnya itu juga akan meninggalkan jejak, jadi sepertinya dia harus memikirkan cara lain.

Dia membuka pintunya, masuk ke ruang tamu, dan mendengar suara panggilan telepon.

Dia pun melihat wajah ibu mertua yang tampak ketakutan, memegang teleponnya, tidak berhenti mengangguk dan membungkuk dengan sikap rendah diri

Begitu melihat raut Jenni yang seperti ini, Roky langsung tahu bahwa Keluarga Liu pasti yang menelepon kemari.

Hanya telepon dari wanita tua itu yang dapat membuat Jenni merendahkan dirinya.

Setelah Jenni menutup teleponnya, dia melihat Roky masuk, lalu dengan murka berkata, "Ini semua salahmu. Barusan sang Nyonya Tua menelepon dan memarahiku, memerintahkanku untuk membawamu ke kediaman Keluarga Liu untuk meminta maaf! Katanya jika kamu tidak pergi, nanti malam dia akan membawa seluruh anggota Keluarga Liu datang keroyokan ke rumah untuk menghabisimu!”

Jantung Roky pun berdebar-debar. "Apakah mereka tidak mengatakan hal lain?" tanyanya.

“Memangnya mau mengatakan apa lagi?” Jenni mengerutkan kening, tiba-tiba menatapnya dengan curiga. “Kamu tidak mungkin telah melakukan sesuatu hal lagi, bukan?”

Roky menghela napas lega. Tampaknya Keluarga Liu tidak berani terang-terangan mengatakan hal yang terjadi pada hari ini kepada Jenni. Dia pun menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak.”

Dewi pun keluar dari dapur dengan membawa semangkuk sup. "Bu, jika kamu memaksa Roky untuk meminta maaf, kamu kembalikanlah uangnya dulu,” ucapnya.

Begitu menyebutkan tentang uang, Jenni tampak semakin emosi dan segera menatapnya. "Kapan aku meminta Roky untuk meminta maaf? Uang itu milikku, mengapa kamu masih mempermasalahkannya?"

"Itu adalah uang yang dihasilkan Roky.”

Dewi menegaskannya.

Jenni dengan tidak puas berkata, "Uangnya adalah uangku, apa bedanya!"

Karena takut kedua ibu dan putri ini akan bertengkar lagi, Roky segera mengalihkan pembicaraannya. "Bu, apakah orang-orang Keluarga Liu akan datang hari ini?"

"Iya.”

Jenni seketika tampak seakan telah kehilangan kepercayaannya, duduk merosot di kursi, memelototi Roky sambil mengutuknya. "Bukankah semua masalah ini disebabkan oleh dia, si sampah ini! Jangan berpikir mentang-mentang kamu telah memberiku empat miliar rupiah, aku tidak akan memberimu pelajaran! Paling banyak aku tidak akan memaksamu untuk meminta maaf. Nanti, ketika Keluarga Liu membawa orang-orangnya kemari, aku tidak akan menghentikan apapun yang akan mereka lakukan.”

Begitu mendengar bahwa Nyonya Tua Cristy hendak datang kemari untuk membalas dendam, Andrew juga menjadi panik dan berkata, "Bagaimana kalau kita kabur selama beberapa hari?"

Meskipun dia telah meninggalkan keluarga Liu, dia masih takut pada Nyonya Tua Cristy.

Dewi dengan kesal berkata, "Untuk apa takut sama mereka, awalnya memang mereka yang salah, jadi untuk apa kita bersembunyi."

Jenni dengan cemas berkata, "Kalau mau bersembunyi juga mau bersembunyi ke mana!"

Setelah selesai mengatakannya, dia menatap Roky dengan tatapan galak sambil memarahinya. “Nanti kamu sendiri saja yang berdiri di luar pintu. Biarkan saja mereka memukul atau memarahimu, yang penting kamu jangan masuk, jangan sampai melibatkan kami!"

Datang keroyokan untuk menghabisiku?

Roky menyeringai dingin dalam hatinya.

Setiap situasi yang berbeda membutuhkan tindakan penanganan yang berbeda.

Apakah dia perlu takut dengan kumpulan kecil keluarga Liu?

Setelah selesai makan, Andrew saking takutnya menyembunyikan diri ke dalam kamarnya, sedangkan Jenni saking cemasnya bernapas terengah-engah di ruang tamu.

Roky berjalan keluar dengan membawa ponselnya, menghubungi Billy untuk membiarkannya mengatur sejenak.

Setelah mengakhiri panggilannya, dia kembali ke kamar, berbaring di ranjang sambil membaca buku, menunggu dengan sabar.

Sang istri, Dewi, sedang berbaring di depan meja, mempergunakan waktunya untuk mendesain. Akhir-akhir ini, bisnis studio kecil tiba-tiba meningkat pesat. Selain itu, perusahaan yang datang untuk membicarakan kontrak dengannya malah telah memberikannya laba yang besar, seakan-akan mereka telah menandatangani kontrak dengannya.

Bahkan Dewi sendiri tidak dapat mempercayai hal bagus semacam ini, tetapi dia tetap menerimanya.

Saat dia bekerja lembur sendirian, dia juga memanfaatkan waktunya untuk merekrut lebih banyak orang.

Karena bisnisnya terlalu besar, studio kecilnya juga tidak mampu menampung lebih banyak lagi, dan dia pun berencana untuk mendirikan perusahaan setelah pekerjaannya telah selesai.

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu