Aku bukan menantu sampah - Bab 715 Ibu Mertua hilang

Roky kembali ke Vila dan segera menelepon Winata, kemudian memberitahukan rencana hari kedua yaitu kunjungan ke Kota Linxian kepada istrinya.

Dewi kemudian bertanya: “Roky, kunjunganmu kali ini berapa hari?”

“Tidak lama. Paling lama tidak lebih dari satu minggu.”

“Syukurlah.”

Dewi menghela nafas lega dan bisa tenang untuk sementara.

Sebelumnya, suaminya selalu diam di rumah, dia tidak begitu merasa, namun sekarang Roky sudah kerja di luar, sering sekali perjalanan bisnis ataupun keluar kota dan itu membuatnya khawatir terutama kunjungan sebelumnya ke Burma, sekali pergi bisa hitungan bulan, dia sendirian selama beberapa bulan dengan kamar kosong, perasaan itu sangat menyiksa bahkan dalam mimpi saja menantikan suaminya pulang.

Jenni mengangkat kepalanya dan berkata: “Roky, kamu ingin keluar lagi? Untuk apa?”

“Ke Kota Linxian untuk membahas bisnis.”

Roky mengelak dengan berkata: “Setidaknya tiga hari, paling lama satu minggu.”

“Kota Linxian adalah tempat yang bagus.”

Jenni segera bangkit dari sofa dan berdiri, kemudian bertanya dengan penuh harap: “Kunjunganmu untuk membahas bisnis, pastinya biayanya akan diganti? Apakah pihak sana akan melayanimu, makan dan minum yang enak? Juga membawamu jalan?”

Melihat rupa Ibu Mertua, Roky menyiapkan diri dan berkata: “Ibu, Apa yang ingin kamu lakukan? Aku pergi untuk urusan kerja, bukan untuk jalan-jalan.”

“Pekerjaan kan juga jalan-jalan.”

Jenni dengan gembiranya berkata: “Pemandangan di Kota Linxian sangatlah indah. Ibu pernah lihat di televisi! Lagipula, biayamu juga ditanggung, ibu ikut denganmu untuk jalan-jalan kesana.”

Roky terdiam beberapa waktu dan berkata: “Ibu, jika kamu ingin ke Kota Linxian, pergilah bersama ayah.

Aku pergi untuk membahas bisnis, tidak pergi ke Kota Linxian untuk jalan-jalan.”

“Tidak apa-apa. Aku hanya ikut pergi bersamamu, sampai disana aku akan jalan-jalan sendiri.”

Jenni sudah memutuskan dan berkata: “Aku pergi bersamamu, sesampainya disana, pihak itu pasti akan mengaturkan kamu untuk makan dan minum dengan senang, hal yang begitu baik, sangat disayangkan untuk tidak pergi!”

“Ibu!” Dewi tidak tahan melihat ibunya dan menariknya kemudian berkata: “Kunjungan Roky bukanlah untuk jalan-jalan, kakimu yang sakit masih belum sembuh, apakah kamu masih berpikir untuk jalan-jalan?”

“Bagaimana bisa tidak sembuh?” Jenny terlihat takut Dewi akan menghentikannya, dengan segera ia melempar tongkatnya: “Dokter saja sudah mengatakan kalau kakiku sudah sembuh, beberapa langkah kaki tidaklah masalah, lagipula aku juga ke sana dengan mobil bukannya jalan.”

Sambil berbicara, dia menarik Andrew yang ada di Sofa dan berkata: “Andrew, bukankah kamu sangat ingin pergi ke Kota Linxian? Disana adalah kota budaya yang terkenal juga terdapat pasar barang antik, apakah kamu tidak ingin ke sana untuk melihat.”

“Ahem..” Andrew malu.

Dia tergoda untuk pergi ke pasar barang antik di Kota Linxian namun takut menantunya tidak setuju.

Jenni marah dan berkata: “Bicaralah, untuk apa disana.”

Lalu Andrew berkata dengan tidak lancar: ”Menantuku, bagaimana kalau kita pergi ke sana dengan mobilmu, aku dan ibumu akan tinggal sendiri setiba di Kota Linxian, kamu tidak perlu mengurusi kami.”

“Ayah, kenapa kamu ikut membuat masalah bersama ibu?” Dewi tetap tidak setuju dan berkata: “Kalaupun ingin pergi, juga harus menunggu hingga kaki ibu sembuh, saat itu akan memesan paket wisata untuk kalian berdua.”

Roky dengan sibuknya berkata: “Ibu, pergilah ketika kakimu sudah sembuh.”

Melihat Roky yang tetap tidak setuju, Jenni duduk di atas sofa dengan muka tidak senang kemudian menghela nafas panjang.

Dia ingin liburan gratis, lagipula kunjungan Roky ke Kota Linxian, pihak bos itu pasti akan menyambutnya. Mungkin saja nantinya semua makanan dan minumannya ditanggung semua, kesempatan liburan gratis ini tidak ingin dilewatkan Jenni.

Keesokan paginya, Roky keluar dari Vila.

Dua mobil sudah menunggu diluar, Winata berdiri di samping salah satu mobil, mengangguk dan menyapanya, dibalik tubuhnya juga diikuti oleh dua anggota Kelompok Sky Dragon yang berpakaian preman.

Disa dengan pakaian hitam professional, bersandar di pintu mobil lain, melihat dia keluar, dia membuka pintu mobil.

“Tuan Roky, masuklah ke dalam mobil.”

Roky menganggukkan kepalanya, masuk kedalam mobil dan memerintahkan supir untuk bergerak ke Kota Linxian.

Kunjungan kali ini ke Paviliun Apoteker di Kota Linxian, dia juga mengajak Winata untuk pergi bersama.

Sudah berjanji pada Rei bahwa dirinya akan memberikan anggur rumput merah pada anggota Kelompok Sky Dragon, setibanya disana akan pergi ke Paviliun Apoteker untuk melihat kondisi, dan sesudah itu urusan pemberian anggur rumput merah diserahkan ke Winata.

Sebelumnya, dia hanya mengizinkan orang untuk membawakan pesan kepada apoteker di Paviliun Apoteker, namun pihak yang dituju belum memberikan balasan.

Juga tidak mengetahui bagaimana kondisi di Paviliun Apoteker, bagaimana energi sage, namun Paviliun Apoteker yang berada di lembah tersebut sudah dibangun ratusan tahun dan selalu menanam jamu. Setelah diendapkan ratusan tahun, energi sage ini telah berubah menjadi “Tempat Berkumpul Aura” dan bagaimanapun tetap bisa menanam rumput ungu.

Mobil bergerak ke arah Kota Gopo dan menuju jalan raya.

Disa duduk didalam mobil, dengan muka dingin selama perjalanan, menatap jendela dan tidak melihat Roky sama sekali.

Roky duduk di kursi penumpang, juga malas untuk menganggunya, dia memajamkan mata dan istirahat.

Di saat inilah, telepon selulernya berdering dengan cepat.

Roky membuka matanya dalam sekejap dan menerima panggilan telepon.

“Istriku, ada apa?”

Suara cemas Dewi terdengar dari telepon.

“Roky, apakah kamu melihat ibuku?”

Roky tercengang dan berkata: ”Bukankah ibu ada di rumah?”

“Ibu.. Ibu hilang” suara Dewi terlihat gemetar dan dengan cemasnya berkata: “Pagi ini, ibu bertengkar dengan ayah, ngotot ingin pergi ke Kota Linxian bersamamu, ayah tidak setuju, ibu emosi dan memilih untuk pergi dari rumah, hasilnya ibu menghilang dalam sekejap.”

“Apa, Ibu kabur dari rumah?” Roky mengerutkan keningnya.

Ibu mertuanya sendiri memang tidak bisa membuat dirinya tenang.

Dia berpikir dengan cepat dan berkata: ”Istriku, kamu jangan panik dulu, segera lapor polisi, aku akan mengirim orang untuk mencari dimana keberadaan ibu.

Kamu jangan panik, bisa jadi ibu pergi untuk membeli sayur.”

“Aku sudah mencari beberapa kali, polisi juga sudah memeriksa CCTV, tidak menemukan jejak ibu sama sekali, seolah-olah menghilang begitu saja.”

Dewi panik dan suaranya bergetar: “Roky, apakah orang yang kemarin menculikku membawa pergi ibu?”

Mendengar perkataan istrinya, Roky tiba-tiba waspada.

Memang ada kemungkinan itu!

Di rumah ada pengawal, juga sudah diatur lima formasi, sulit untuk bisa masuk.

Dewi bolak balik dari kerja, kalau bukan dia sendiri yang membawa mobil juga akan dikelilingi pria botak, hampir mustahil untuk menculiknya.

Namun Jenni berbeda, dengan kaki panjangnya dia bebas ke mana saja, lagipula dia juga tidak memerlukan pengawal untuk mengikutinya dan justru memarahi mereka.

Jika pihak lawan tidak bisa menculik Dewi, bertindak terhadap Jenni adalah sesuatu yang sangat mungkin.

Berpikir sampai ke sini, Roky segera berkata: “Istriku, kamu diam saja di rumah, aku segera mengatur orang untuk mencari keberadaan Ibu.”

Roky menutup panggilan telepon, dan segera menghubungi Lian, memintanya mencari keberadaan mertunya dalam waktu satu menit.

Setelah memberikan perintah, ekspresi Roky dingin dengan tatapan yang mendalam.

Jenni adalah ibu kandung istrinya, jika ada yang berani menyentuh anggota keluarganya, dia tidak akan melepaskannya.

Disa yang duduk di belakang merasakan dengan jelas aura tubuh Roky yang tidak seperti biasanya.

Bahkan dia tidak bisa menahan gemetaran hatinya.

Dia bertanya: “Tuan Roky, apakah ibu mertunya menghilang?”

Roky menganggukkan kepala.

Disa mengerutkan keningnya dan berpikir, kemudian berkata: “Apakah Ibu Mertuamu seorang berumur enam puluhan tahun dengan riasan tebal di muka yang membuatnya mirip dengan penyanyi, kemudian baju yang dikenakan berwarna merah dan hijau dengan perhiasan emas di sekujur tubuhnya?”

“Kamu melihatnya?” Roky memutar kepalanya.

Jenni memang begitu, kemanapun dia pergi akan selalu penuh dengan perhiasan karena takut orang tidak mengetahui kalau dia adalah orang kaya.

“Tadi pagi, aku sepertinya melihat dia keluar dari pintu belakang Villa, dan membawa sebuah tas….”

Belum selesai Disa berbicara, tiba-tiba terdengar suara benturan dari belakang mobil.

Suara aneh ini tiba-tiba terdengar, membuat supir terkejut hingga hampir membanting setir.

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu