Aku bukan menantu sampah - Bab 314 Ibu Sendiri Yang Jatuh

Sikap Roky acuh tak acuh, dia sama sekali tidak menghiraukan orang-orang yang ada di sekitar sana.

kemudian, dia segera mengikuti Direktur Zhao dan beberapa deretan petinggi dari Grup Babel ke lantai atas untuk berdiskusi secara rinci.

Kedatangan Direktur Zhao kali ini, selain untuk bertemu dengannya, dia juga secara hormat untuk melaporkan pembangunan pabrik obat yang ada di Kota Babel.

Semua ini telah diatur selangkah demi selangkah oleh Broto dan Yoga, dan konstruksi akan selesai bulan depan.

……

Sebelum jamuan itu selesai, Roky telah meninggalkan tempat ini terlebih dahulu.

Awalnya dia ingin mencari Dewi, tapi begitu mencari tahu, ternyata Dewi sudah pergi sedari tadi.

Roky menghelakan napas, istrinya tadi memang telah membantunya berbicara, tapi sepertinya, dia masih marah dengan perihal dirinya yang menendang Jenni.

Direktur Zhao memanggilkan seorang sopir khusus untuk mengantar Roky pulang ke rumah.

Ketika Roky telah sampai di rumah, dia melihat Dewi sedang membantu bibi mengolesi obat di ruang tamu.

Saat di perjamuan tadi, paman melayangkan beberapa tamparan ke wajah Alicia dalam satu tarikan napas, dan sekarang wajah Alicia bengkak seperti bakpao yang digoreng, dan kelopak matanya membengkak bagai disengat lebah, dia sedang meringis kesakitan.

Sambil mengolesi obat, Paman Rino menggerutu: “Kak, Roky memiliki begitu banyak batu mulia, tapi kenapa kamu menyembunyikan hal ini padaku? Lihatlah saat ini, masalah menjadi seperti ini dan kita semua tidak mudah untuk menyelesaikannya.”

Jenni duduk di atas sofa, dan dengan ekspresi kesalnya, berkata: “……Darimana aku tahu jika batu mulia begitu mahal harganya, siapa yang tahu barang itu dicuri atau dirampok dari sampah itu, dan ini bukan salahku!”

Wajah Alicia masih membengkak, dia mencondongkan kepalanya ke depan, lalu mengubah sifat sombongnya dan berkata dengan ramah kepada Jenni: “Kakak, karena batu mulia telah kembali ke tangan Roky, kamu minta saja beberapa biji dengannya, dengan begitu Rino juga mendapatkan keuntungan.”

Biasanya Alicia selalu menunjukkan kesombongan dirinya di depan Jenni, tapi sekarang setelah dipuji olehnya, Jenni dengan penuh bangga berkata: “Tentu saja, selama aku membuka mulut, bagaimana mungkin sampah itu tidak berani memberikannya? Semua batu mulianya adalah milikku!”

“Kakak, kamu sangat hebat!” Rino Xu dan Alicia memuji.

Lalu, Jenni berkata dengan penuh angkuh: “Ya sudah kalau begitu, sebongkah batu giok itu…… oh tidak, batu mulia itu suruh Rino jual saja, nanti uangnya kita bagi 70:30. Setelah itu, aku akan membangun sebuah vila besar dan mencari beberapa pelayan, sisa uangnya akan aku simpan di dalam bank, dan bunganya saja sudah cukup untuk biaya makan seumur hidup.”

Begitu mendengar “70:30”, Alicia sedikit tidak puas hati, dia hendak menyela, tapi Rino segera menarik tangannya, kemudian berbisik: “Tenang saja, barang milik kakakku juga akan menjadi milikku, nanti akan ku alihkan semua ke tanganku.”

“Suamiku, kamu memang hebat!” amarah Alicia mereda, seketika dia memeluk dan memberi sebuah kecupan untuk Rino Xu.

Bisikan antara paman dan bibi begitu pelan, dan Jenni tentu tidak mendengarnya, tapi Roky, semua terdengar jelas di telinganya.

Dia berdiri di depan pintu dan tidak bisa berkata apa-apa.

Ternyata dari tadi, mereka sekelompok berkumpul di ruang tamu hanya membicarakan untuk merenggut batu mulia miliknya.

Melihat tidak ada seorang pun yang menyadari kedatangannya, Roky pun berdeham.

“Ehm!”

Jenni menoleh, seketika dia tertegun, tiba-tiba dia seperti sedang menyambut kedatangan tamu terhormat, wajahnya dihiasi senyum yang merekah.

“Roky, kamu sudah pulang? Apa kamu sudah lapar? Ibu memasak sup ayam untukmu, cepat makan mumpung masih panas.”

Melihat Jenni begitu ramah dengannya, Roky merasa sedikit aneh, lalu berjalan melewati ruang tamu dan berkata: “Aku tidak lapar, ibu.”

“Kamu tidak perlu sungkan dengan ibumu!” Jenni tersenyum bagai bunga yang bermekaran, dia segera menoleh dan melambaikan tangannya: “Rino, cepat potongkan buah apel untuk Roky!”

“Aku sudah memotongnya sedari tadi.”

Rino segera berjalan maju, lalu membungkukkan badannya dan menyodori sepiring potongan buah kepada Roky, dengan senyum berkata: “Roky, kamu pasti lelah, makanlah buah ini, bibi memotongnya khusus untukmu.”

Roky ditekan oleh Rino duduk di atas sofa, lalu tangannya memegang sepiring buah dengan perasaan canggung.

Kemudian, Jenni mengambil sebuah kesempatan, dia mengambil sepotong buah dan memasukannya ke dalam mulutnya: “Sini, jangan terlalu lelah, biar ibu yang menyuapimu.”

Hanya terlihat Alicia tersenyum dan berjalan ke hadapannya, lalu berkata dengan ekspresi penuh salah: “Roky, maaf bibi tadi sangat bingung, bibi telah ditipu oleh orang yang bermarga ‘Lu’ itu! aku minta maaf padamu! Bibi pernah belajar cara memijat, sini bibi pijat biar otot-ototmu renggang!”

Selesai berbicara, Alicia tanpa basa-basi langsung membungkukkan badannya setengah berlutut, lalu mengulurkan tangannya dan memijat kaki Roky.

Mulut Roky dijejali dengan sepotong apel, seorang bibi yang sedari tadi masih melihatnya dengan jijik, kini bahkan seperti seorang pelayan yang sedang berlutut memijati kakinya, singkatnya dia merasa sangat tidak karuan.

Sekelompok orang seperti sedang memuja raja, mereka mengelilingi Roky dan saling menyanjung.

Roky sedikit terkejut, dia yang telah tinggal selama bertahun-tahun di kediaman Keluarga Liu tidak pernah mengalami hal seperti ini.

Tapi, dia juga tahu jelas apa niat di balik semua ini, sekelompok orang ini hanya ingin batu mulia miliknya.

Benar saja, sambil memegangi piring berisi potongan buah, Jenni berkata sambil tersenyum: “Roky, semua batu mulia itu sudah berada di tanganmu?”

Baru saja Roky hendak berbicara, terlihat Dewi yang sudah berpakaian baju tidur dengan wajah dingin keluar dari kamarnya.

Dewi yang baru saja keluar dari kamarnya, tertegun melihat pemandangan yang ada di depan matanya.

“Istriku.”

Roky memanggilnya dengan canggung, dalam hatinya merasa tidak tenang.

Dia masih berpikir, bagaimana caranya dia untuk menjelaskan kepada Dewi.

Bagaimanapun dia telah menendang ibu mertuannya, bahkan sampai membuatnya muntah darah.

Dewi berkata dengan dingin: “Roky, besok pagi ikut denganku ke Biro Sipil, kita urus surat perceraian kita.”

Begitu dia melontarkan perkataannya, Roky masih belum sempat menghelakan napas, tiba-tiba Jenni bagaikan disengat lebah, dia segera berteriak: “Cerai? Putriku, kamu tidak boleh melontarkan kata-kata seperti itu kepada Roky, aku tidak setuju kalian bercerai.”

“Ibu! Kamu jangan membantunya berbicara!” Dewi tidak bisa menahan teriakannya, lalu berkata dengan marah: “Kamu sudah muntah darah karena dia! Bagaimana dia bisa memperlakukan kamu dengan seperti itu!”

“Ini……” Jenni melirik Roky dengan canggung, lalu tersenyum kepada Dewi: “Ini karena Roky sedang bercanda dengan ibu, ibu tidak apa-apa.”

“Bercanda?” Dewi tertegun.

Dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri bahwa Jenni ditendang dan terjatuh, lalu menyemburkan seteguk darah.

Saat itu dia bahkan sangat ketakutan dan akan mengira Roky akan menendang ibunya hingga mati.

Dan ini dikatakan bercanda?

Roky juga tertegun, dia memandang Jenni dengan tatapan tidak percaya.

Biasanya, orang yang selalu meminta dirinya untuk segera bercerai dengan istrinya adalah ibu mertua ini, singkatnya, dia selalu memikirkan cara untuk membuat dia dan Dewi bercerai, lalu meminta putrinya untuk menikah dengan keluarga kaya.

Tapi sekarang, apakah matahari sudah terbit dari sebelah barat?

Jenni bahkan membantu dirinya untuk berbicara?

Jenni mengeluarkan ekspresi marahnya dan memarahi Dewi: “Apa mungkin ibu berbohong padamu? Roky hanya menyentuh ibu dengan pelan, dan ibu jatuh ke lantai, dan darah yang ibu semburkan itu adalah darah karena menabrak lantai! Jangan menyalahkan Roky!”

“Ibu!” Dewi tidak berdaya, pikirannya saat ini sangat kacau.

Biasanya dia yang selalu meminta dirinya untuk bercerai dengan Roky, tapi sekarang malah sebaliknya.

Jenni berkata dengan tidak puas: “Kamu dan Roky adalah sepasang suami istri, kalian harus melewati hari-hari dengan bahagia, buat apa bercerai? Jika sekali lagi kamu mengajak Roky bercerai, jangan pernah panggil aku ibu lagi!”

Dewi tertegun, lalu berkata dengan pelan: “Ibu, kenapa kamu mendadak membantu Roky berbicara?”

Biasanya ibunya sangat tidak menyukai Roky, dan apa yang terjadi hari ini?

Novel Terkait

Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu