Aku bukan menantu sampah - Bab 377 Taruhan Dengan Ibu Mertua

“Baiklah!”

Roky menelan salivanya, mengusap kedua telapak tangannya, lalu meraih betis istrinya dan memijatnya.

Paha yang lembut, betis yang ramping, kaki istriku ini bahkan bisa dijadikan model kaki!

Tapi, ketika dia benar-benar menyentuhnya, Roky bisa merasakan kalau betis Dewi benar-benar bengkak, jadi dia memijat dengan serius.

“Hiss!” Dewi menarik napas, lalu mengerutkan keningnya dan berkata: “Agak pelan, itu benar-benar sakit.”

Sambil terus memijat, Roky tersenyum dan berkata: “Tahanlah, kalau aku memijatnya dengan ringan, kakimu akan bengkak besok.”

Dia menggunakan teknik pijat akupuntur tradisional, yang bisa menghilangkan bengkak dengan, tapi itu agak sakit.

Dewi mengerutkan keningnya, dia tidak ingin kakinya bengkak besok, jadi dia terpaksa menahannya.

Tapi, dia terlahir dengan kulit halus dan peka pada rasa sakit, setelah dipijat beberapa kali, dia menekan tubuhnya ke matras dan mengerang pelan.

Dewi hanya mengerang kesakitan, tapi suara yang sampai telinga Roky membuatnya merasa agak tersiksa.

Awalnya, suara istrinya terdengar agak centil, tapi sekarang suaranya benar-benar menyiksa!

Entah pria manapun yang mendengar suara seperti itu, dia pasti kehilangan setengah kesadarannya.

Semakin dia mendengar suara itu, semakin panas pula tubuh Roky, Roky tersenyum pahit dan berkata: “Istriku, pelankan suaramu sedikit.”

Dewi yang dipijat sampai menangis dan kesakitan, lalu berkata dengan kesal: “Siapa suruh kamu menyakitiku, aku datang sejauh ini untuk menemuimu, kedua kakiku sampai bengkak, dan sekarang kamu malah menyuruhku diam?”

Roky merasa pasrah, jadi dia hanya mengangguk dan tersenyum pahit.

Untung saja vila itu luas, kalau tidak, saat paman dan yang lainnya mendengar suara itu, mereka pasti mengira Roky dan Dewi sedang melakukan sesuatu.

Di kamar yang terpisahkan oleh dinding, Talita menutup telinganya dengan tangan dan membalikkan badannya di tempat tidur.

Bahkan saat dia menutup telinganya, dia samar-samar bisa mendengar suara yang datang dari kamar sebelah.

Talita merasa semakin sedih saat mendengar suara itu, hidungnya terasa agak perih.

Dia sudah dewasa, bagaimana mungkin dia tidak tahu apa yang terjadi di sebelah?

Istri Roky datang menemui Roky, mereka sedang bermesra-mesraan, mereka pasti sedang melepas rindu di antara satu sama lain.

Mereka adalah pasangan yang lebih mesra dari pengantin baru, hati Talita terasa seperti diremas, dia sangat sedih.

Kenapa Dewi bisa sangat beruntung dan menikah dengan pria seperti Roky?

Sedangkan Talita di samping hanya bisa terus merindukan Roky.

Mata Talita memerah, dia tidak bisa mendengar lebih lama lagi, jadi dia berdiri dan berjalan ke halaman.

Angin malam bertiup, dan kekhawatiran di hati Talita juga seperti ikut tertiup.

Dia melihat kembali ke kamar Roky dan mengambil keputusan.

Setelah mengetahui identitas asli Roky, tidak ada pria lain yang bisa mengisi hatinya lagi.

Asalkan ada kesempatan, dia pasti akan tetap menunggu, meskipun dia harus menjadi kekasih gelap Roky nanti, dia akan bersedia.

Keesokan paginya, saat Roky baru bangun, dia melihat Jenni berpakaian warna-warni, mengambil beberapa syal besar, berdiri di vila dan berfoto di mana-mana, riasan tebal di wajahnya terlihat hampir sama dengan penyanyi opera.

Dewi juga terlihat terkejut, dengan cepat dia berkata: "Bu, kamu sedang apa?"

"Apa kamu tidak bisa lihat kalau aku sedang berfoto?" Sambil berfoto, Jenni dengan percaya diri berkata: "Vila ini sangat mewah, tentu saja aku harus mengambil lebih banyak foto dan mempostingnya ke media sosial supaya semua orang tahu kalau aku, Jenni, sudah sukses dan berhasil menghasilkan banyak uang, biar mereka merasa kesal, hahaha…"

Andrew keluar dari kamar dan berkata dengan kesal: "Kemarin malam, ibumu sudah mengambil puluhan foto dan mengirimnya ke grup Keluarga Xu untuk pamer, dia juga mengunggahnya ke media sosial."

Selesai berfoto, Jenni berjalan ke depan Roky sambil memegang tongkat selfie, dia tersenyum lebar dan berkata: "Nak, apa kamu tidur nyenyak semalam? Kamu mau apa makan hari ini, ibu akan membuatnya untukmu."

Apa!

Roky tiba-tiba merasa kulit kepalanya mati rasa dan dengan buru-buru berkata: "Bu, kalau kamu memerlukan sesuatu, katakan saja padaku."

Biasanya Jenni akan membentaknya, tapi setiap kali dia ingin meminta Roky mengurus sesuatu, dia pasti akan merubah sikapnya dan berusaha membujuknya.

Jenni tersenyum lalu mengulurkan tangannya dan menunjuk ke luar dinding: "Menantuku, aku lihat vila di seberang lebih besar dan mewah, coba kamu bicara dengan pemilik vila itu dan biarkan aku mengambil beberapa foto di sana."

Dewi tidak tahan lagi, dan berkata: "Bu, kamu bisa berfoto di vila ini, kenapa kamu masih mau pergi ke vila orang lain untuk berfoto? Itu bahkan bukan vila kita."

Jenni merasa tidak puas lalu berkata: "Foto-foto saja kan tidak apa-apa, vila semewah itu, apa tidak boleh aku memotretnya sebentar? Aku dengan susah payah datang ke Kota Wasa, kalau hanya memotret vila ini rasanya agak kurang, orang lain nanti akan mengira kalau aku hanya punya vila ini."

"Keluarga kita memang punya satu vila." Andrew berkata dengan kesal: "Dan juga, vila ini adalah milik Roky."

Jenni menatap tajam Andrew, dan menusuknya keras: "Bukankah miliknya juga berarti milikku? Aku datang ke Kota Wasa untuk melihatnya, kalau aku bahkan tidak bisa melakukan hal ini, bukankah rasanya kedatanganku ini sia-sia?"

Melihat keributan yang sebentar lagi akan terjadi, Roky dengan cepat berkata: "Ayah, kalau ibu mau berfoto, biarkan saja dia berfoto."

Lagi pula, vila yang ditunjuk ibunya tadi juga adalah miliknya.

Andrew terlihat sangat kesal, dia menghela napas dan berkata: "Pergi ke vila orang lain untuk berfoto, bahkan mengaku vila orang lain adalah miliknya, aku tidak tahan dengan orang seperti ini, aku tidak ikut."

Jenni dengan marah berkata: "Pokoknya kamu harus ikut, kalau tidak siapa yang akan memotretku?"

Pasangan tua itu sudah membuat keributan di pagi hari, Roky yang merasa khawatir langsung berseru: "Ayah, pergi saja, tidak ada yang akan menertawakanmu, vila itu juga milikku…"

Setelah mengatakan hal itu, dia langsung menutup mulutnya.

Tapi sudah terlambat, tiga pasang mata langsung tertuju padanya dan menatapnya dengan terkejut.

Dewi tertegun dan bertanya tak percaya: "Roky, barusan kamu bilang... kalau vila itu juga milikmu?"

Dia hampir mengira kalau dia salah dengar.

Vila itu adalah vila terbesar dan termewah di sepanjang jalan ini, pemiliknya pasti adalah orang yang sangat kaya!

Roky langsung menyesali ucapannya, kalau bukan karena Jenni yang ribut, dia pasti tidak akan mengatakan hal itu.

Tapi, sebuah vila bernilai ratusan juta juga bukan masalah yang besar, cepat atau lambat, dia juga harus menjelaskannya pada istrinya.

Jadi Roky memutuskan untuk mengaku, dia mengangguk dan berkata: "Iya, itu milikku."

Begitu dia selesai berbicara, Jenni tertawa melengking.

"Roky, setelah tinggal di Kota Wasa selama beberapa hari, kemampuan membualmu menjadi sangat bagus! Untuk apa kamu berpura-pura di depanku, aku juga bukannya tidak tahu sikap aslimu!"

Andrew juga berkata dengan nada agak malu: "Roky, sebenarnya kamu tidak harus menghibur aku dan ibumu, paling-paling kita hanya harus menebalkan wajah kita, jadi minta saja pemiliknya untuk mengizinkan ibumu masuk dan mengambil foto di sana."

Roky tersenyum pahit: "Ayah, itu benar-benar vilaku, kalau kamu tidak percaya, aku akan mengantarmu ke sana."

Jenni dengan cepat menyela: "Sudahlah! Jangan membual lagi, cepat pergi dan beri salam pada pemilik vila itu! Bagaimana mungkin aku tidak tahu kalau kamu punya uang atau tidak? KAmu bahkan terlalu miskin untuk menghidupi istrimu, kalau kamu mampu membeli vila mewah seperti itu, aku akan mengambilkanmu air untuk mencuci kaki!"

Roky merasa agak kecewa mendengar makian Jenni, dia dengan cepat pergi dari sana, dia membalikkan tubuhnya dan bertanya: "Bu, apa kamu serius?"

"Huhh, berani-beraninya kamu menantangku!" Jenni marah dan melambaikan tangannya dan berkata: "Pria tidak berguna, kamu bisa memegang kata-kataku! Kalau vila itu benar-benar milikmu, aku tidak hanya akan mengambilkanmu air untuk mencuci kaki, tapi aku juga akan berlutut di tanah dan membersihkan kakimu!!"

"Oh, baiklah kalau begitu." Roky langsung menyetujui ucapan Jenni.

Dia sangat kesal, apa pun yang dia lakukan, entah itu punya vila mewah ataupun mengundang Keluarga Xu untuk makan di hotel besar, Jenni tetap menganggapnya orang yang tidak berguna!

Jenni melengkungkan bibirnya: "Bagaimana denganmu? Kalau tidak dengan melakukan penipuan, di kehidupan selanjutnya pun kamu tidak akan bisa membeli vila! Saat tertangkap dan masuk penjara, jangan bilang kamu adalah keluargaku. "

“Kapan aku menipu?” Roky terdengar semakin marah.

“Roky, cepatlah pergi." Melihat Jenni akan memaki suaminya lagi, Dewi buru-buru mendorong Roky untuk pergi.

Pokoknya dia tidak percaya, mana mungkin Roky punya uang untuk membeli vila semahal itu, mungkin dia hanya ingin menghibur orang tuanya supaya mereka merasa nyaman untuk berfoto di sana.

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu