Aku bukan menantu sampah - Bab 485 Permintaan Ini Tidak Tinggi

Seorang wanita tua marah sampai berteriak: “Jenni, putrimu begitu tidak sopan pada kami, kamu juga tidak mengurusnya.

Jenni menangis sambil berteriak: “Dewi, bahkan kamu juga tidak mau menurut padaku lagi? Kamu….. kamu cepat minta maaf pada beberapa tante ini.

Dewi memutar badan, bicara dengan dingin: “ma, mulai hari ini kamu juga jangan sering berhubungan dengan mereka.

Kalau kamu memang tidak bisa akur dengan Roky, kamu pindah tinggal di rumah lama saja, kita tinggal terpisah.

Selesai bicara, dia memerintahkan Paman Ali untuk mengantar tamu, memutar badan dan masuk ke dalam kamar.

“kamu lihatlah dirimu sendiri.

“Andrew juga bicara sebuah kalimat, lalu memutar badan dan jalan masuk ke kamar.

Dalam sekejap, di dalam ruang tamu hanya tersisa Jenni seorang.

Dia duduk menangis di lantai, dipenuhi kemarahan.

Tidak tahu juga Roky si orang tidak berguna ini, memberikan ramuan apa ke suami dan putrinya, sampai-sampai mereka berdua membantunya.

“habislah, rumah ini sudah mau dihancurkan oleh orang tidak berguna.

“Jenni sambil menangis, sambil berteriak mengomel.

Tapi dia menangis begitu lama, juga tidak ada orang yang mempedulikannya.

Jenni marah sampai bangun, dan mengeluarkan handphone untuk menelepon.

Tidak boleh!

Sekarang Roky tidak mendengar perintahnya, suami dan putrinya juga membantunya, dia di rumah ini sulit untuk menang tanpa bantuan, harus cari penolong.

Jenni berhasil tersambung teleponnya dengan Rino, langsung berkata: “Rino, kamu cepat datang tinggal sebentar di Kota Gopo, Roky sedang bersiap membuat pabrik obat, kamu datanglah untuk kerja, aku suruh dia untuk beri pekerjaan yang santai dan gajinya tinggi untukmu.

Dia harus memanggil Rino adiknya dan Alicia kemari, kalau tidak dia di rumah ini benar-benar tidak punya posisi untuk bicara.

“kak, apakah Roky yang menyuruh kami kesana?” Rino berbaring di dalam ruang tamu villa, langsung senang begitu mendengarnya.

Tadinya hari-harinya dan istrinya di perusahaan bebas dan santai, menerima gaji tinggi.

Tapi begitu Roky sebagai sandaran ini pergi, hari-harinya jadi sulit.

Walaupun Suri melihat dari martabat Roky, tetap mempertahankan posisinya dan istrinya, tapi para pekerja di dalam kantor semuanya tidak senang melihat mereka berdua bermalas-malasan tapi makan enak, tidak sedikit orang yang mencela di belakang, bahkan ada orang yang langsung menyindir di depannya.

Yang paling penting adalah, istrinya di bagian marketing, mengandalkan komisi dari kinerjanya, ternyata kinerjanya malah yang paling buruk di perusahaan, gaji yang dibagi pun tidak cukup untuk makan, dia melampiaskan amarahnya di rumah.

Rino masih ingin bersandar pada Roky si tiang sandaran ini, melewati hari yang membanggakan dan gembira, begitu mendengar Jenni menelepon kemari, langsung setuju, bilang untuk mengasosiasikannya dulu disini, lalu langsung datang ke Kota Gopo.

Alicia juga duduk diatas sofa, begitu mendengar mau ke Kota Gopo, seketika jadi ragu.

Tempat pedesaan seperti itu, dia sama sekali tidak memandangnya, mana sebaik Kota Wasa?

Di saat ini, wanita berusia menengah yang berpakaian elegan yang duduk di sampingnya, langsung menyipitkan tatapannya, menasehati dengan senyum terpaksa: “pergi ke Kota Gopo juga bukan apa-apa, tunggu dapat uang lagi baru kembali ke Kota Wasa pun boleh.

Alicia berpikir sejenak, lalu berkata: “Lani, yang kamu bilang benar juga.

Oh ya, kamu bilang putrimu Talita juga pergi ke Kota Gopo, kalau tidak kamu ikut kami pergi saja.

Wanita berusia menengah berpakaian elegan ini, kebetulan adalah Lani.

Di Kota Gopo dia melarat dan frustasi, dan lagi dikejar hutang dengan bunga tinggi, lebih baik memanfaatkan saat Roky kembali ke Kota Gopo untuk menjilat Alicia.

Mereka berdua akur dengan mudah, sekarang Alicia menganggapnya sebagai teman sejiwanya.

Lani bicara sambil tersenyum palsu: “bagus juga, aku pergi ke Kota Gopo untuk menengok putriku, baru pulang ke Kota Wasa.

Tapi masalah ini, kamu jangan beritahu Roky dulu, karena aku tidak kenal dekat dengannya.

Sewaktu bicara, tatapannya terlintas sedikit cahaya jahat.

Sekarang putranya, Reyner masih berbaring di kamar rumah sakit, butuh uang besar untuk pengobatan, uang ini harus dia peras dari Talita tidak peduli dia ngomong apapun.

Tidak peduli Talita kabur ke ujung langit atau ke dasar laut, juga tidak akan bisa lepas dari genggamannya.

Beberapa hari kemudian, Roky sudah menerima penuh hak kepemilikan pabrik obat Esno, resmi memulai bisnis sebagai ‘Pabrik Obat Cabang Babel’, menginvestasikan pembangunan bangunan pabrik sebesar dua ratus miliar.

Perusahaan Dewi juga memasuki standar, bisnisnya sibuk.

Hari ini, Roky Kembali ke villa dari pabrik obat, tiba-tiba samar-samar mendengar suara tawa melengking yang familiar.

Suara tawa yang melengking yang seperti induk ayam yang bertelur, membuat Roky yang mendengarnya jadi pusing.

Ini bukannya suara tantenya, Alicia?

Bagaimana bisa?

Dia membulatkan hatinya, langsung berjalan masuk ke dalam ruang tamu dengan cepat, ternyata benaran melihat Rino dan Alicia duduk diatas sofa.

Rino menepuk pahanya, tidak berhenti tertawa dengan Jenni.

Roky bicara dengan terkejut: “paman, tante, kalian kan kerja baik-baik di perusahaan Kota Wasa, kenapa kemari?”

“begini.

“Jenni langsung berdiri dan berkata: “sejak kamu pergi, pamanmu di perusahaan Kota Wasa dikesampingkan, tantemu tidak bisa menahan amarah ini, aku suruh mereka untuk datang kerja di Kota Gopo.

Roky mengerutkan alisnya, menilai beberapa orang itu sekilas.

Secara logika, walaupun Rino menganggur di perusahaan, Suri juga tidak mungkin berlaku tidak adil pada mereka.

Membuat dua orang ini kemari, paling idenya Jenni.

Rino langsung berdiri, menganggukan kepala dan membungkuk sambil tersenyum maaf: “Roky, aku sudah mengundurkan diri dari Kota Wasa, benar-benar tidak ada tempat untuk pergi, kamu di Kota Gopo bukannya sedang buat pabrik obat, asal memberiku sebuah pekerjaan saja cukup, permintaanku tidak tinggi.

Alicia langsung berkata: “benar, aturkan sebuah pekerjaan santai yang tidak kerja untuk tante juga.

Aku sih, gajinya juga tidak perlu banyak empat ratus sampai enam ratus juta, ditambah bonus saja cukup.

Talita memotong sepiring semangka dan membawanya kemari, melihat mereka berdua dengan kehabisan kata-kata.

Gaji puluhan juta, ditambah bonus, masih bilang permintaannya tidak tinggi?

Roky melihat mereka berdua, karena mereka berdua sudah datang, mungkin tidak akan kembali ke Kota Wasa dengan begitu mudah.

Dia setiap bulan memberikan gaji beberapa puluh juta untuk menghidupi dua orang ini, juga bukan masalah yang begitu besar, selama dua orang ini tidak membuat kekacauan di rumah saja cukup.

“baiklah, pabrik obatnya lewat beberapa waktu lagi baru selesai dibangun, paman dan tante istirahat dulu beberapa hari, sampai waktunya aku akan aturkan pekerjaan.

Jenni tidak menyangka Roky akan menyetujui dengan mudah, mengomel dengan wajah marah: “kamu harus pakai hati sedikit, berikan pekerjaan yang bagus untuk paman dan tantemu, paling baik pekerjaan yang tidak kerja tinggal ambil uang saja.

Roky sama sekali tidak ingin meladeninya, langsung naik ke atas.

Jenni marah sampai banting meja, kesombongan orang tidak berguna ini semakin lama semakin besar.

Dia memelototi Talita yang sedang meletakkan piring buah, melampiaskan api kemarahannya padanya, mengomel: “ngapain masih diam, cepat seduh teh untuk adikku mereka! Nanti sore cuci baju, pel lantai, lap semua perabotan rumah sampai bersih, kalau ada sedikit debut saja, aku tidak akan melepaskanmu.

Talita menahan, tidak ingin bertengkar dengan Jenni demi Dewi, dia menganggukan kepala.

Jenni benar-benar memerintahnya sebagai seorang pelayan, tapi Talita sifatnya memang baik, tidak ingin membuat Dewi kesulitan karena hal ini, jadi biasanya dia mengerjakan sesuai perintah Jenni.

Sore hari, Talita akhirnya menyelesaikan hal yang diperintahkan Jenni, lelah sampai pinggangnya pegal dan badannya sakit.

Roky turun ke lantai bawah, melihatnya sedang memijat pinggang, langsung berjalan kemari dan bertanya: “sakit pinggang? Apakah Jenni menyuruhmu kerja lagi?”

Wajah Talita memerah, langsung menggelengkan kepala dan berkata: “Kak Roky, tidak.

Aku sendiri yang senggang merasa bosan, jadi bantu sedikit pekerjaan rumah.

“kamu jangan kira aku tidak tahu, kamu juga tidak perlu membantu Jenni untuk menyembunyikannya.

“Roky bicara dengan muram: “kamu adalah karyawan pabrik obat, bukan pembantunya, dia menyuruhmu melakukan apa, kamu tidak perlu mendengarnya.

Hati Talita merasa senang, dari luar tampak menganggukan kepala dengan nurut.

Mengenai poin ini, dia juga tidak boleh membiarkan Keluarga Liu ada masalah keluarga, paling banyak dia hanya bekerja lebih banyak saja.

Roky pergi ke pabrik obat lagi, Talita disuruh oleh Jenni untuk keluar beli sayur.

Dia baru keluar rumah tidak lama, tiba-tiba ada seorang wanita yang menyerbu kemari, menghalangi di hadapannya.

“Talita, kamu lari ke Kota Gopo, juga tidak beritahu mama dulu, apa mau kabur dari masalah?”

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu