Aku bukan menantu sampah - Bab 118 Memberi Tahukan Kabar Baik

Memikirkan ibunya yang akan pulang sebentar lagi, Dewi mengerutkan kening.

Ibunya tidak tahu tentang masalah dia keluar dari Keluarga Liu, Jenni memiliki pemikiran yang tertutup tentang masalah keluarga, dan dia adalah orang yang sangat patuh pada orang tua, Dewi khawatir, setelah Jenni pulang pasti akan terjadi pertengkaran rumah.

Saat Dewi sedang mandi, Roky mengeluarkan Relik Tulang Buddha dan menggunakan gelang Mutiara Roh Laut untuk menyerap banyak Energi Buddha darinya.

Relik itu adalah harta dari Keluarga Buddhis yang berguna untuk melawan energi jahat, semakin banyak Energi Buddha yang diserap oleh Mutiara Roh Laut, semakin besar kekuatan yang akan melindungi Dewi dari serangan roh jahat.

Keesokan paginya, Andrew membawa Papan Catur Jade dan Relik Tulang Buddha ke Pusat Konvensi dan Pameran untuk menemui Antonio, dia sudah bersiap untuk menyumbangkan kedua benda itu.

Sebelum keluar, dia sudah mengatakan pada Roky kalau dia akan pergi ke Antique Street untuk menemui Benji dan mengambil uang dari menjual barang-barang antik.

“Ayah, apa kamu menjual barang-barang antik?” Roky tertegun.

Andrew melambaikan tangannya dan berkata: "Bukan begitu, saat aku membersihkan barang-barang kemarin, aku menemukan tempat pena giok dari peninggalan Dinasti Qing, aku tidak terlalu menyukainya, jadi aku menyerahkannya pada Benji, pagi tadi dia meneleponku dan mengatakan kalau barang itu sudah terjual dan menyuruh aku pergi untuk mengambil uangnya."

Selesai berbicara, dia tersenyum dengan polos: "Sekarang kita memiliki hubungan yang jelas dengan Keluarga Liu, kita bisa memanfaatkan barang-barang antik yang kita kumpulkan untuk ditukar dengan sejumlah uang dan menabungnya."

Roky langsung berkata: "Ayah, kalau kamu suka tempat pena itu, simpan saja, kamu tidak perlu khawatir tentang uang."

Hal yang paling tidak perlu dikhawatirkannya adalah uang, tapi Andrew merasa cemas, dia selalu merasa kalau dia perlu menyimpang sejumlah uang untuk merasa tenang.

"Aku tidak tertarik dengan batu giok, aku hanya tidak sengaja membelinya dulu, sana, ambil uangnya." Setelah Andrew selesai berbicara, dia mengambil Papan Catur Jade dan Relik Tulang Buddha keluar.

Mobil Antonio sedang menunggu di luar.

Mereka berdua memiliki selera dan temperamen yang mirip, dan mereka sudah menjadi sepasang teman penggemar barang antik.

Dan setelah mendengar penjelasan ayah mertuanya, Roky pergi ke Antique Street untuk mencari Benji untuk mengambil uang.

Dewi yang merasa bosan di rumah selama beberapa hari, juga ikut pergi dengannya.

Benji sering datang ke Antique Street, jadi Roky bisa menemukannya dengan mudah saat dia sudah sampai, dan saat dia mengetahui tempat pena yang bernilai puluhan juta itu berhasil dijual dengan harga ratusan juta, Roky terdiam selama beberapa saat.

“Benji, bakatmu untuk menipu dan mengelabuhi orang, kalau kamu terjun ke dunia bisnis, kamu pasti bisa menghasilkan lebih banyak uang dibandingkan dengan apa yang kamu lakukan sekarang.”

Benji tersenyum dan berkata: “Tuan Roky…”

Saat dia akan melanjutkan ucapannya, dia dengan cepat melirik Dewi yang berdiri di samping Roky, jadi dia dengan cepat mengubah nada bicaranya: "Tuan Roky, aku tidak suka dikendalikan, aku juga tidak mungkin hanya bekerja paruh waktu, aku juga tidak mendedikasikan hidupku hanya untuk bekerja, dan aku juga tidak bisa berbisnis, satu-satunya cara untuk menghasilkan uang adalah dengan memanfaatkan barang-barang antik, dia Antique Street juga ada banyak orang yang menarik, mereka sangat baik dan menyenangkan, jadi aku juga tidak ingin pergi dari sini, hehehe.”

Roky menggelengkan kepalanya dan pergi setelah mengambil uang itu.

Benji melihat Roky akan pergi, dia dengan cepat berkata lagi: "Tuan Roky, apa kamu akan pulang sekarang? Aku rasa hari ini akan hujan, ramalan cuaca mengatakan akan ada hujan lebat hari ini..."

"Katakan saja intinya!" Roky menyela.

"Hehe… Aku ingin menghemat uang transportasi, Tuan Roky apa kamu boleh memberiku tumpangan?"

Setelah melihat adegan yang agak memalukan itu, Dewi akhirnya mengerti kenapa Benji dipanggil “Ahli bicara”, dia benar-benar pandai menyusun kata-katanya.

Bahkan hanya untuk meminta tumpangan, dia memanggil Roky dengan panggilan tuan.

Benji hampir berusia empat puluh tahun, dan dia terlihat sama sekali tidak malu saat mengatakan kata ‘Tuan Roky’, orang biasa tidak mungkin akan memiliki muka setebal itu.

Roky meliriknya dan berkata: “Cepat naik kalau ingin menumpang. Oh ya, aku juga ingin menanyakan sesuatu, pil obat dari ayah mertuaku kamu jual ke siapa?”

“Aku… aku juga punya etika bekerja, aku tidak bisa mengungkapkan informasi pelangganku begitu saja." Benji langsung terlihat serius dan berkata: "Tapi aku tidak menipunya, dia bilang dia membeli dua pil itu dengan harga satu miliar, dan mengatakan kalau aku bisa menjualnya lagi dengan harga sepuluh kali lipat! Ini baru namanya licik!"

Roky mengerutkan keningnya.

Dia sendiri tahu jelas kalau harga dua pil ini hanya dua ratus ribu, kalau pembeli membelinya dengan harga satu miliar, itu jelas-jelas adalah penipuan!

Entah pebisnis jahat yang membeli pil itu.

Ramalan cuaca tidak selalu akurat, tapi hari ini ramalan mereka tepat.

Begitu mobil mereka berjalan meninggalkan Antique Street, hujan mulai turun.

Hujan yang turun juga lumayan besar, pemandangan jalan di depan mereka tertutup oleh air, jadi Roky memutuskan untuk memutar dan pulang dari jalan pinggiran kota.

Meskipun mereka harus mengitari setengah kota, ini lebih baik daripada terjebak macet.

Di bawah guyuran hujan lebat, Roky melirik kaca spion dan samar-samar melihat sebuah mobil mengikuti mereka.

Sejak memasuki Antique Street, mobil off-road itu sudah terparkir di pintu masuk jalan, dan saat mereka pergi, mobil off-road itu juga mengikuti mereka, dan Roky sudah menyadarinya.

Dia melirik ke kursi di sampingnya, dan melihat Dewi yang memejamkan mata untuk beristirahat, jadi dia memutuskan untuk tetap tenang, supaya istirahat istrinya tidak terganggu.

Hujan semakin deras, dan mobil Roky melambat, saat ddia melewati jalan terpencil, tiba-tiba matanya menangkap sebuah mobil lain yang diparkir di pinggir jalan.

Itu adalah mobil Nissan berwarna putih.

Sepertinya mobil itu mogok, orang-orang di dalam mobil itu berdiri di pinggir jalan dan di bawah hujan mereka terlihat seperti tikus basah.

Roky melirik mereka, lalu menoleh dengan dingin dan melanjutkan mengemudi.

Tapi saat itu, Dewi membuka matanya, dan tidak sengaja melihat Nissan di luar jendela mereka, dia terkejut, lalu berkata: “Roky, berhenti dulu.”

Roky menghentikan mobil di tepi jalan.

Dewi melihat keluar jendela dengan heran dan berkata, "Bukankah itu Talita? Mobil mereka sepertinya rusak, sekarang hujannya sangat deras, dia pasti sangat kedinginan. Aku bertanya ke mana dia akan pergi. "

Sebenarnya dari tadi Roky melihat Talita dan orang-orangnya, tapi tidak memutuskan untuk tidak peduli, tapi karena Dewi yang baik, dia memutar mobilnya, menurunkan kaca jendela, dan bertanya dengan cuek: “Mobilnya rusak?”

“Roky?" Talita terkejut saat dia mendongak.

Dia terlihat kaget, dia tidak menyangka akan bertemu Roky di sini.

Dewi berkata: “Talita, apa kamu akan pergi kota, kami juga akan pulang, ayo sekalian.”

“Kami ada banyak, aku takut tidak muat.” Kata Talita dan menoleh ke belakang.

Mengikuti padangan Talita, Roky melihat kalau ada seorang wanita paruh baya berdiri di belakang Talita.

Talita berkata: "Ini adalah bibiku, Tasha, dia baru saja datang dari Kota Wasa hari ini, tadi kami pergi ke bandara untuk menjemputnya, tapi siapa sangka, ban kami bocor di tengah jalan."

Tasha melirik Roky, tapi dia tidak menyapanya.

Dia tahu siapa Roky, tapi dia tidak peduli.

Menantu dari Keluarga Liu, dan dia tidak ingin tahu lebih banyak.

Dewi berkata: “Kalian berdua naik saja, pasti muat, kok.”

“Tidak usah.” Tasha tersenyum sopan dan berkata: “Masih ada orang lain yang ikut.”

Saat dia baru mengatakan itu, seseorang keluar dari belakang mobil Nissan mereka.

Saat Dewi melihat orang itu, tatapan matanya berubah menjadi jijik.

Roky melihatnya juga, siapa lagi kalau bukan Mike?

Selain itu, dia juga melihat Ando berdiri di sisi lain mobil, dia sedang mengarahkan supir mereka untuk mengganti ban.

Roky merasa sangat tidak nyaman saat berada di depan anggota Keluarga Meng, dia lalu berkata dengan dingin: “Kalau begitu kami pergi dulu.”

Setelah selesai berbicara, dia menginjak pedal gas dan bersiap untuk menjalankan mobil.

Saat itu, Benji tiba-tiba berteriak dari belakangnya: "Orang itu... orang itu membeli obat..."

Sebelum dia selesai berbicara, Mike melangkah ke jendela mobil Roky dan berkata dengan keras dengan sengaja: "Roky, biarku beri tahu satu kabar baik.”

Roky menatapnya dengan cuek, dia terlalu malas untuk menjawab.

Tapi Mike tetap berbicara dengan nada sombongnya: "Kabar baiknya adalah bibi Talita datang dari Kota Wasa ke Kota Gopo untuk membahas pertunanganku dengan Talita! Bagaimana, bukankah beritanya sangat bagus?"

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu