Aku bukan menantu sampah - Bab 651 karena uangku banyak

Setiap kali dia melangkah, lantai beton di bawah kakinya retak dan kakinya tenggelam dalam!

Paviliun Feri melihat Noya yang meledak penuh, buru-buru berteriak: "Dia telah menghabiskan banyak energi sage karena mengendalikan guntur dan air. Jika kita menyerang bersama, kita pasti bisa membunuhnya."

Sekalipun Roky adalah kultivasi basic Jindan, menggabungkan dua ilmu guntur dan air menjadi satu, tetap saja akan menghabiskan setidaknya setengah dari energi sagenya!

Dan serangan baliknya tadi terlihat bukan sedang serius, bisa jadi karena ia masih ingin mempertahankan sebagian energi sagenya, oleh sebab itu sekarang adalah kesempatan bagus untuk membunuhnya!

Paviliun Feri meraung dan mengerahkan semua kekuatannya!

Bayangan telapak tangan besar yang tak terhitung jumlahnya tiba-tiba muncul di udara, dan setiap cetakan telapak tangan perlahan tercetak ke depan, menjadi semakin besar, dan akhirnya menjadi sebesar truk.

Aung Sanming melihat kondisi itu, kulit kepalanya seakan mati rasa, karena ia yang sekarang tengah berdiri di pinggir pun, ia tetap merasakan tekanan udara hingga sulit bernafas.

Pada saat ini, suara yang samar terdengar dari tirai hujan.

"Jurus Thunderfire!"

"DUUMMM!!

Tiba-tiba terdengar suara ledakan di udara!

Lima kelompok petir berbentuk bola besar, seperti meteor yang menggerakkan bulan, menghantam dari langit!

Seiring jatuhnya bola petir dari langit dan semakin besar, seperti matahari yang teriknya menusuk mata semua orang.

Cahaya putih yang menyilaukan menyelimuti api yang berkobar!

Paviliun Feri terkejut, dan segera membalik puluhan bayangan telapak tangan ke udara.

"Tapak ombak awan!"

"HOOMM!!"

Seketika ledakan besar terjadi, muncul cahaya putih yang menyilaukan.

Semua orang tiba-tiba merasakan silau yang membuat pandangan mereka tiba-tiba menggelap!

Ini adalah fenomena "kebutaan" jangka pendek yang terjadi saat retina terkena cahaya yang kuat.

Barry ingin melihat dengan jelas, tetapi cahaya silau membuat ia tidak mampu membuka matanya.

Dia merasakan semburan udara panas menerjang ke arahnya, aroma hangus yang menyengat mulai tercium, herannya yang telinganya terdengar tidak ada jeritan menyakitkan, melainkan hanya keheningan, ditambah dengan sedikit suara dari ranting-ranting yang terbakar.

"Paviliun Feri, Noya!"

Dia berteriak memanggil mereka, namun tidak ada yang menjawab.

Barry mulai panik, ia mulai mencoba mengulurkan tangan dan meraba-raba.

Pada saat ini, suara dingin LRoky terdengar di telinganya.

"Tenang, dia belum mati."

Barry merinding sebentar, diikuti perasaan lega.

Syukurlah, Noya dan PAviliun Feri masih hidup, artinya mereka masih memiliki kekuatan untuk melawan Roky.

Tapi kalimat Roky berikutnya benar-benar menghancurkan imajinasi Barry.

"Jurus baruku, aku masih butuh mereka untuk pengetesan.jurus baruku, mana mungkin izinkan mereka mati begitu cepat?"

Mendegar kalimat Roky, muncul dengungan di otak Barry, dia kehilangan tenaga untuk berdiri, kakinya melemah dan berlutut di tanah, seluruh tubuhnya gemetar tak henti.

Matanya mulai pulih secara bertahap.

Namun alun-alun yang berada di depannya telah berubah total!

Seluruh alun-alun diledakkan menjadi lubang besar sedalam tiga atau empat meter, dan warnanya sangat hitam!

Pohon-pohon di alun-alun semuanya terbakar menjadi arang hitam.

Roky berdiri di tengah dengan ekspresi tenang, memegang bendera Sihir Guntur di tangan kirinya dan batu jiwa api yang sedang membara di tangan kanannya, tanpa luka sedikitpun tubuhnya.

Paviliun Feri sedang dalam posisi berlutut di depannya, pakaian dan rambutnya terbakar habis, dan seluruh tubuhnya hitam, seolah-olah dia baru keluar dari tumpukan batu bara.

Noya terbaring di dasar lubang, menghadap ke langit, dan juga dibakar seperti manusia arang, hanya menyisakan nafas yang lemah.

Barry ketakutan, nafasnya mulai terengah-engah.

Siapa dia sebenarnya?

Mungkinkah kultivasinya berada di atas Paviliun Feri dan Noya?

Roky menundukkan kepalanya, melirik Paviliun Feri dan memerintahnya :"berdiri, aku masih ada beberapa teknik mau di coba dengan kalian!"

Jarang-jarang bertemu dengan master pada tahap Jindan basic, kesempatan bagus untuk menguji kekuatan jurusnya, jika basis kultivasi lebih rendah, seperti Jorsi dan sejenisnya, tidak akan sanggup menahan1 juruspun lalu mati di tempat.

Paviliun Feri menggigil, lalu mengangkat kepalanya dengan lesu, matanya menunjukkan kepanikan yang kuat.

"Tu ... Tuan Roky ... Paviliun Apotekerku tidak ada dosa dan dendam dengan anda, mengapa anda mesti membunuh mereka semua?"

"Terburu-buru untuk membunuh?" Roky tersenyum sedikit dan berkata:" Kalian berkonspirasi dengan keluarga Bale, berusaha merebut resepku, dan berencana untuk membunuhku dan orang-orangku di sini setelah aku membayar uang lelang."

Setelah berbicara, dia mengangkat kepalanya dan dengan tajam mengamati sosok yang menyergap di sekitarnya.

"dan, pengawal militer Vasri dan keluarga Bale ​​telah menyergap bangunan di sekitarnya, memasang senjata berat, dan menungguku masuk untuk ditangkap."

Roky mendengus dingin, lalu tiba-tiba mengangkat tangannya dan menebas ke area terbuka yang tidak jauh tempatnya.

Area terbuka tersapu oleh angin dan tiba-tiba mulai meledak-ledak.

"Kalian kira aku tidak tahu kalian telah menanam bahan peledak di bawah tanah?"

Wajah Paviliun Feri tiba-tiba berubah, ternyata Roky telah mendengar semua tentang rencana mereka di gudang emas.

Dia bergumam: "Jika sudah tahu, mengapa masih datang juga ..."

Roky mendengus geli: "Aku berani datang ke Kota White River, itu artinya aku tidak lagi berpikir untuk pergi. Siapapun yang berani mencuri barang-barangku, akan kubalas dia seratus kali lipat!"

Paviliun Feri gemetar, pandangan matanya sangat putus asa.

Dia tahu Roky tidak akan membiarkan dia pergi, dan memohon belas kasihan hanya akan sia-sia, jadi dia berpikir untuk mempertahankan martabat terakhirnya.

"Tuan Roky, aku ada pertanyaan terakhir."

"Sebut."

Wajah Roky tanpa ekspresi, baginya orang ini sudah bukan apa-apa lagi, tidak ada ruang untuk melawan sedikitpun.

"Maafkan ketidak sopanan saya, Tuan Roky ... Anda hanyalah kultivasi Jindan basic kombinasi dari dua jurus lima elemen tadi setidaknya harus kultivasi Jindan lanjutan baru dapat menggunakannya. Mengapa Anda ..."

“Oh, maksudmu ini?” Kata Roky dengan santai, “Karena… Uangku! Banyak!”

Energi sage yang disimpan di Batu Pengumpul Roh sudah cukup untuk menambal kekurangan di tubuhnya.

Meskipun butuh 50 juta untuk menyimpan energi sage sekaligus, tapi bagi Roky, uang segitu tidak ada apa-apanya.

Paviliun Feri tersenyum pahit: "Saya yang salah susun strategi, telah merendahkan Tuan Roky, Kali ini saya inisiatif mengajak keluarga Bale untuk melawan dan menginginkan resep Tuan, mohon maaf sebesar-besarnya."

"Saya telah melakukan kesalahan besar dan membuat marah Tuan Lin. Saya bersedia bunuh diri dan mohon lepaskan Paviliun Apoteker. Apoteker di paviliun semuanya adalah tabib tersembunyi. level kultivasi sangat rendah. Hanya Paviliun Jorsi dan saya yang terpancing oleh nafsu akan keuntungan, Saya mohon Tuan Roky tidak mengganggu dan membunuh apoteker di Paviliun Apoteker setelah saya meninggal. Saya dapat menulis surat tangan kepada pengurus Paviliun dan memintanya untuk menunduk kepada Tuan Roky, kedepannya anda yang akan memimpin seluruh administrasi Paviliun Apoteker."

"Bisa." Roky menganggukkan kepala.

Negara Yuga sangat kekurangan apoteker chinese medicine, terutama apoteker yang khusus membuat alkimia jauh lebih langka, karena pembuatan alkimia sangat sulit dan mahal prosesnya, jika ada sedikit kesalahan dalam pembuatan alkimia, maka sia-sialah semua uang dan perjuangan selama pembuatan itu.

Jika paviliun apoteker hanya berkonsentrasi pada alkimia dan tidak berpartisipasi dalam pembanditan, dia dapat melepaskannya, dan setelah itu dia juga dapat membiarkan apoteker membuat salep dan pil untuk dirinya sendiri, tanpa harus bekerja keras.

Tidak perlu repot-repot membuat lingkaran segel di vila, menanam rumput ungu, menghaluskan anggur rumput ungu, cukup menyerahkan semua itu kepada apoteker.

Paviliun Feri menghela napas: "Saya telah hidup lebih dari dua ratus tahun. akibat terdorong oleh nafsu sesaat hingga akhirnya membuat kesalahan besar, aku malu dengan leluhur Paviliun."

Setelah berbicara, dia mengangkat telapak tangan dan memukul tulang kepalanya dengan keras.

Terdengar suara teredam.

Paviliun Feri terjatuh, tujuh lobang wajahnya berdarah.

Roky berbalik dan tiba-tiba mengerutkan kening: "Di mana Barry?"

Dia terlalu fokus pada Paviliun Feri.

Aung Miko terkagetkan, dia tercengang dengan pembiaraan Roky dan Paviliun Feri barusan, tidak sadar bahwa Barry telah menyelinap pergi.

"Kak Roky, maaf, ini salahku."

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu