My Goddes - Bab 116 Masalah Perusahaan Atmajaya

Malam hari, jam delapan, kantor pusat perusahaan Atmajaya.

Perusahaan Atmajaya ini didirikan oleh Susanto, Perusahaan Atmajaya ini bergerak dalam industri farmasi, ini adalah perusahaan farmasi pertama di daerah ini dan termasuk ke dalam sepuluh Perusahaan Farmasi teratas di Cina, Perusahaan ini sudah didirikan di Cina selama 20 tahun, demi mengembangkan dunia farmasi, dia pernah mendirikan sekolah dan menciptakan mitos penjualan selama beberapa tahun. Saat ini, banyak Perusahaan farmasi telah meluncurkan obat baru, yang tidak hanya murah tetapi juga serbaguna, dengan kemasan yang sangat bagus, mereka juga mencari banyak bintang terkenal untuk memasarkan produknya, Perusahaan Atmajaya sudah kuno, ditekan oleh beberapa perusahaan farmasi besar, dan secara bertahap di ambang eliminasi. Setelah Susanto tahu, dia sudah terlambat untuk mengubah kemasan obat lama dan mencari beberapa bintang untuk memasarkannya. Bintang-bintang yang terkenal sudah dimonopoli oleh beberapa perusahaan farmasi besar. Mereka mencari dua bintang yang sangat terkenal dan menghabiskan banyak uang, namun, dua bintang terkenal ini punya gosip buruk, yang menyebabkan penjualan obat jatuh ke tingkat yang lebih rendah dan kehilangan banyak uang.

Sekarang Perusahaan Atmajaya sudah mengalami kerugiaan selama bertahun-tahun, dan sudah berutang banyak ke beberapa bank besar, dan banyak gaji manager dan karyawan yang belum dibayar, jika ada yang ingin mengambil alih Perusahaan Susantu, dia harus membayar hutang Perusahaan Atmajaya, dan kemudian menemukan cara untuk mengembalikan Perusahaan Atmajaya seperti semula, ini sangat sulit.

Karena ada orang yang akan mengambil alih Perusahaan besar ini, semua manager dalam perusahaan itu sudah datang kurang dari jam delapan, dan beberapa bahkan datang setelah pulang kerja baru makan malam dan datang kemari.

Detik demi detik, akhirnya sampai jam delapan, seorang pria paruh baya menyalakan sebatang rokok dan menampar korek api di atas meja.

Plakkk.

Pria paruh baya itu marah: “Jilson, siapa dia!?”

Setelah mendengarkan perkataan pria paruh baya itu, banyak manager yang terkejut dan melihatnya, banyak manager yang tersenyum sinis.

“Jilson, siapa dia? Perusahaan Atmajaya ini, bagaimanapun juga merupakan perusahaan peringkat lima teratas dalam kategori Perusahaan keuangan, dan Perusahaan farmasi pertama di provinsi ini, ada hak apa dia, untuk membiarkan kami bekerja lembur dan menunggu jam delapan untuk menunggunya rapat? Dan sekarang sudah jam delapan malam, dan dia terlambat?” Pria paruh baya itu dengan marah berkata.

“Lalu, tidak ada ketulusan sama sekali. Dia yang ingin bekerja sama dengan kita, kenapa kita harus menunggunya sampai jam delapan malam? Apakah ini lelucon, aku belum pernah mengadakan pertemuan jam delapan malam. Apakah Jilson ini terlalu arogan? Kapan dia bilang untuk bekerja sama dengan kita? Meskipun kota Gambir kaya, tapi tidak sebagus kota Central kita, bukan? Aku dengar, orang paling kaya di Kota Gambir hanya mempunyai 6T, dan itu setara dengan orang terkaya ketujuh di Kota Central kita. Jika kita pergi ke kota Gambir, kita adalah orang terkaya di kota Gambir. Beraninya dia membuat kita menunggunya?” Pria paruh baya yang lainnya berkata.

“Sampah, kekacauan yang kita miliki ini, bahkan orang terkaya di Kota Central tidak berani mengambil alih, apakah dia berani mengambil alih Perusahaan Atmajaya kita? Menurutku, dia hanya ingin membuat ketenaran, dia tidak memiliki kemampuan apa pun. Aku sangat sibuk, aku sudah membuat janji untuk minum bersama dengan Tuan Zhang, jam delapan lewat sepuluh, aku akan menunggunya paling lama sampai jam delapan lewat sepuluh, jika dia tidak datang, aku akan pergi.” Pria paruh baya lainnya berkata.

“Orang terkaya di kota Gambir adalah orang sosial, namanya Angga. Dia sudah menggantikan posisi Angga, bos besar di kota Gambir.” Seorang pria paruh baya tersenyum dan berkata.

“Orang sosial?” Semua orang terkejut.

“Benar, aku sangat mengenal Jilson. Dia tampaknya sangat hebat dalam seni bela diri, sebelumnya, dia ada konflik dengan Perusahaan Angga, sepertinya dia sudah banyak mengalahkan bawahan Angga. Karena Angga bermain dalam masyarakat, dia tidak ingin ditangkap olehnya dan membuat masalah dengan polisi, jadi dia lari ke kota Central kita. Dia cukup mengerikan, dan langsung mengambil aset dan segel resmi perusahaan Angga dan menjual semua aset Angga. Angga sudah menyerah di Kota Central. Tidak peduli lagi berapa banyak uang yang dia habiskan untuk mencari seorang pembunuh untuk membunuhnya.” Seorang pemuda yang lebih tua mencibir.

“Ternyata sama dengan Angga, mereka semua bergantung kepada keluarga. Susanto, dia sama sekali tidak tahu bagaimana menjalankan bisnis, kami jalan dulu, kami tidak ingin berhubungan dengan orang-orang sosial ini.”

“Lalu, apa dia tahu cara menjalankan bisnis? Diperkirakan dia membeli secara paksa dan menjual secara paksa dengan uang suap, bukan? Hati-hati untuk terlibat dengan orang seperti ini, dia tidak akan mengembalikan Perusahaan kita seperti sebelumnya, kita tidak perlu berbicara dengan mereka.”

“Tidak mungkin sama dengan Angga, membuat kita langsung jatuh.”

Seluruh ruang rapat menjadi berantakan, ada lebih dari tiga puluh manajer senior, semuanya mulai ricuh.

“Tolong semuanya tenang!” Susanto yang sudah berusia lebih dari lima puluh tahun. Saat ini melihat kekacauan di ruang rapat, dia segera melambaikan tangannya dan meminta semua orang untuk tetap tenang.

Seiring bertambahnya usia, dia mulai merasa semakin kewalahan dalam bisnis perusahaan. Hanya ada satu anak perempuan, dan sekarang ketika dia menjadi seorang Professor di luar negeri, dia tidak ingin kembali. Dia menyukai kehidupnya di luar negeri dan tidak ingin kembali untuk mengambil alih perusahaannya. Orang-orang ini sudah muak dengannya selama bertahun-tahun. Masing-masing dari mereka memiliki setidaknya memiliki miliaran kekayaan, paling banyak bahkan ada yang mempunyai kekayaan sebanyak triliunan, dan memiliki relasi yang luas. Dia masih berhutang banyak semua orang, dia sama sekali tidak berani terlalu ketat dengan mereka, apa pun yang dia lakukan semuanya perlu permohonan.

“Tolong semuanya tenang, mohon semuanya percaya kepadaku, jangan khawatir, tunggu sebentar lagi.” Susanto merasa lelah dan mencoba membujuk semua orang untuk tenang.

Kemudian, dia berkata dengan sudah payah kepada semua orang: “Meskipun, aku seperti kalian semua, tidak terlalu mempercayai Jilson, tetapi karena seseorang bersedia mengambil alih bisnis kita, kita harus mencobanya. Jika dia hanya orang biasa, aku pasti tidak akan mencoba, apalagi memberinya kesempatan, membuat semua orang menunggu lama. Tetapi dia adalah orang terkaya di kota Gambir, dan dia masih memiliki dasar ekonomi tertentu. Aku dengar bahwa dia menghabiskan uang sebanyak 6T hanya untuk membeli sepotong besi tua, dia memiliki banyak uang dan kekuatan. Jika dia bersedia membantu kita, mungkin Perusahaan kita ini memiliki secercah harapan.”

“Kalian juga tahu, Perusahaan ini didirikan oleh kita semua, perusahaan ini seperti anak-anak kita, tidak mudah bagi kita untuk melihatnya berkembang sampai hari ini. Sekarang perusahaan ini sudah tua dan kita bergerak dalam industry farmasi, tidak bisakah kita mencoba membuatnya agar tetap berjalan?” Susanto berkata.

Dalam beberapa tahun terakhir, Perusahaan Atmajaya ini telah mengalami kerugian banyak, sementara para manajer sudah mulai muak. Bagi mereka, tidak peduli apakah Perusahaan Atmajaya berhasil atau tidak, asalkan mereka punya uang. Dan mereka semua memiliki pengalaman bertahun-tahun sebagai manager perusahaan. Bahkan jika Perusahaan Atmajaya ini bangkrut, mereka akan dapat segera menemukan posisi yang sesuai di Perusahaan lain.

Mereka juga berharap bahwa Perusahaan Atmajaya ini bangkrut, sehingga mereka dapat segera terbebaskan, dan mereka bisa meninggkal Perusahaan tua ini.

Namun, Susanto adalah orang baik, dia baik hati dan murah hati kepada orang, tidak ada yang bisa kejam terhadap orang baik seperti ini.

Melihat ketulusan Susanto, pria paruh baya yang pertama kali berbicara memandang arloji emas Rolex di pergelangan tangannya dan berkata: “Baik, dengarkan saja kata ketua, dan beri Jilson sepuluh menit lagi. Tapi saat jam delapan lewat dua puluh menit, Jilson tidak kunjung datang, aku akan benar-benar pergi.”

“Baiklah, ketua berbicara demikian, hargai ketua.” Pada saat ini ada yang menyalakan rokok, ada yang memainkan ponsel untuk menghabiskan waktu.

“Maaf, aku terlambat. Karena aku ingin membeli perusahaan kalian, jadinya aku sedikit buang waktu sore tadi, membuat hal-hal kecil dan mengunjungi perusahaan kalian sebentar.

Tiba-tiba sebuah suara datang dari luar pintu, Jilson datang dengan membawa Tommy, Leo, Beatrice, Christina, kak Bion dan sekelompok pria kekar.

Jilson mengenakan jas dan wajahnya tersenyum, dia langsung duduk di kursi yang ada di seberang Susanto di ruang rapat.

“Jilson sudah datang.”

Melihat Jilson tiba-tiba membawa sekelompok pria kekar, semua orang terdiam, dan dengan terkejut melihat pria muda tampan ini.

“Kita mulai rapatnya?” Jilson tersenyum.

… Semua orang masih terkejut.

Beberapa detik kemudian, tiba-tiba, pria paruh baya pertama yang mengatakan dirinya ingin pergi, mulai tertawa.

Kemudian semua Manajer di ruang rapat tertawa, semua orang memandang Jilson dengan terkejut dan menatap Susanto dengan tatapan mengejek, tawa itu penuh dengan ejekan.

“Apa yang ditertawakan orang-orang tua ini?” Bekas luka di wajah Leo bergetar perlahan, berdiri di belakang Jilson dengan ekspresi tidak senang.

Christina dan Kak Bion tidak ada ekspresi apapun, tidak tahu apa yang ditertawakan orang-orang tua ini.

“Ketua, kita semua, dengan rela menunggu lama, kami telah menunggu sejak kami pergi bekerja di pagi hari, sampai sekarang, setelah menunggu lama, yang datang orang seperti ini? Apakah kamu yakin orang yang kamu cari mempunyai kemampuan untuk mengembalikan Perusahaan kita? Kami yang sudah tua tidak bisa menghadapi, apakah anak kecil ini bisa menghadapinya?” Semua orang tertawa dan berkata kepada Susanti, bahkan ada yang tertawa sampai mengeluarkan air mata.

Kenapa…

Belum mempunyai pengalaman, dan tidak akan bisa menangani masalah dengan baik

Susanto hanya pernah mendengar nama Jilson, tetapi tidak pernah bertemu dengannya. Melihat Jilson terlihat seperti ini, hatinya dengan cepat menjadi murung.

Jilson tidak terlihat seperti pembisnis profesional yang dapat membalikkan keadaan, dia masih sangat muda.

Dia tidak hanya terlihat muda, tetapi pasukan yang ada di sekitarnya juga terlihat sangat muda, sepertinya mereka semua hanya lulusan perguruan tinggi.

“Sepertinya aku sudah menunggu orang yang salah.”

Susanto secara bertahap menunjukkan wajah murungnya, menggelengkan kepalanya dengan perlahan dan mendesah…

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu