My Goddes - Bab 1055 Balas Dendam

Harlvi adalah orang yang pintar, dia memiliki prestasi akademis yang baik dan dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya ke dalam kehidupan nyata. Begitu orang seperti itu belajar hal-hal buruk, itu sangat mengerikan, mereka dapat memanfaatkan bakat dan pengetahuan yang telah mereka pelajari untuk mengerjai siapa pun di sekitar mereka dengan sesuka hati.

Sedangkan Fendi mahir dalam mengubah orang pintar menjadi orang jahat yang pintar, dia juga bisa mengubah orang bodoh menjadi orang jahat yang pintar.

Harlvi terlahir sangat pintar, sehingga Fendi tidak perlu membuang-buang tenaga untuk melatihnya.

Tiba di hari kedua, Harlvi membawa empat PR.

“Harlvi, terima kasih, kamu benar-benar teman yang baik.” Seorang teman sekelas mengambil PR Harlvi dan berkedip padanya.

Walaupun mereka berterima kasih kepada Harlvi, tetapi mereka memandang rendah Harlvi di dalam hati mereka.

Para Siswa ini tidak bodoh, mengetahui PR Stefi yang dikerjakan Harlvi telah dibuang sebelumnya, Harlvi sedang membalas dendam pada Stefi.

Tapi apa gunanya? Stefi sama sekali tidak membutuhkan dia untuk mengerjakan PR-nya, dia pun tidak pernah mengerjakan PR sendiri, namun dia tetap nyaman di kelas seperti biasa.

Keluarga Stefi cukup berkuasa di dalam negeri, ada armada truk besar yang dapat memanen lebih dari Rp 20M setiap tahun, dia adalah orang kaya di sekolanya, reputasinya sebagai Nona Besar.

Walaupun prestasi akademisnya buruk dan tidak pernah mengerjakan PR, akan tetapi ketua kelas tidak pernah berani mengusiknya, Wali kelas tahu bahwa anak seperti ini hanya ingin bermain-main di sekolah, dan ketika dia di sekolah menengah, keluarganya akan mengirimnya ke luar negeri, tidak peduli seberapa buruk bidang studinya, Ketika ia kembali ke rumah, ia mendapatkan gelar pelajar luar negeri, tetap saja dia lebih baik daripada anak lain yang rajin belajar.

Apa daya, dia memliki keluarga yang baik.

Pada saat setelah Harlvimenyerahkan keempat PR kepada keempat teman sekelasnya, beberapa temannya langsung menarik Harlvi, "Kamu tidak sopan ya, kemarin kamu mengerjakan PR mereka, tapi kamu tidak mengerjakan PR-ku, Cepat bantu aku selesaikan PR semalam, jangan salahkan aku kalau kamu tidak mengerjakannya.

“Masih ada punyaku, Sial, kenapa kamu datang telat sekali, selesai kerjakan punya dia, cepat kerjakan PR-ku, awas kalau tidak dikerjakan.” Murid yang lain menyelipkan PRnya kepada Harlvi lagi.

“Sialan, tidak ada yang bisa mengerjakan PR-ku lagi, besok kamu datang lebih awal, bantu aku kerjakan PR-ku.” Kata seorang murid dengan marah.

"Datang jam enam!"

"Datang jam lima!"

"Datang jam empat!"

Ketika semua orang terus meneriaki Harlvi, mereka tiba-tiba tertawa serempak.

Bagi mereka, Harlvi adalah sampah terpelajar yang memiliki gangguan psikologis.

Mereka tidak menganggap Harlvi sebagai manusia.

Namun Harlvi diam-diam menanggung semuanya, setelah mendapat bimbingan dari Fendi kemarin, dia sudah tahu bahwa dia akan membalas dendam. Tidak lama lagi semua siswa di kelas ini akan menangis memanggil ayahnya, termasuk Stefi.

Sedangkan Stefi memandang hina kepada Harlvi yang begitu terintimidasi. Dia tahu bahwa Harlvi sedang membalaskan dendam padanya, tapi apa gunanya? Dia akan semakin dibenci oleh murid-murid jika membuatnya kelelahan.

Sampah.

“Stefi, Harlvi sebenarnya cukup ganteng, bagaimana jika kamu nencoba untuk bersamanya?” Goda seorang sahabatnya.

“Minggir, jangan membuatku jijik,” kata Stefi sambil mengerutkan alisnya dengan kuat.

“Kumpulkan PR, kumpulkan PR.” Seperti biasa, ketua kelas mengumpulkan PR dari setiap murid dengan acuh tak acuh.

Dia telah melakukan pekerjaan semacam ini selama dua tahun, dia tidak mau mengusik orang yang tidak mengumpulkan PR, Jika seseorang telah mengerjakan PR-nya, dia akan mengambilnya, jika tidak dikerjakan, itu tidak ada hubungan dengannya.

Ketika dia berjalan ke samping Stefi, dia tahu bahwa Stefi tidak akan mengumpulkan PR-nya, jadi dia hanya mengucapkan untuk mengumpulkan PR, namun dia terus berjalan ke bangku murid berikutnya untuk mengumpulkan PR.

“Sebenarnya, kalian tidak perlu mengerjakan PR. Untuk apa kalian menyuruh Harlvi mengerjakan PR kalian?” Kata Stefi dengan angkuh sambil duduk di kursi dengan memakai brand fashion dan dandanan yang segar dan bersih.

"Bosan bermain, lagipula dia suka menulis," sahut seorang murid laki-laki, teman baik Stefi.

“Ya, tapi PR yang dikerjakannya menjijikkan,” kata Stefi.

“Tentu saja.” Murid laki-laki itu tertawa dan melemparkan PR yang dikerjakan Harlvike tempat sampah.

Saat dia melempar PR-nya, dia melakukan aksi menembak ke keranjang, yang membuatnya terlihat sangat tampan.

Setelah dia membuang PRnya ke tempat sampah dengan menggerutu, seorang murid yang sedang piket membawa tempat sampah tersebut dan pergi.

Setelah setengah jam berlalu, Harlvi akhirnya menyelesaikan tiga PR untuk seorang teman sekelasnya, beberapa tugas siswa yang tidak dikerjakan olehHarlvi sangat marah. Setelah memarahiHarlvi, mereka duduk kembali dan bersiap untuk mata pelajaran awal. Sang guru tidak pernah membicarakan Stefi yang tidak pernah mengerjakan PR, Dia merasa tidak masalah jika tidak mengumpulkan PR.

Pembelajaran mandiri awal dilakukan dengan tenang, wakil guru memberi ulasan tentang kursus kemarin. Beberapa siswa tidak tidur nyenyak kemarin, dan beberapa siswa saling ngobrol dengan membagikan kertas pesan.

“Kapan kamu akan tinggal di luar dengan Fendi?” sahabat laki-laki Stefi membagikan kertas.

Sahabat Stefi ini bernama Frengki.

“Pergi sana.” Stefi membalas pesannya, dan pada saat yang sama dia menoleh dan memutar bola matanya kepada Frengki.

“Waktu untuk pelajaran awal sudah usai, kan?” Wali kelas berjalan masuk ke dalam kelas dan berkata kepada wakil guru sambil tersenyum.

“Sudah.” Wakil guru melihat jam dan berkata kepada wali kelas dengan sopan.

“Oke, aku meminjam waktumu sebentar.” Wali kelas membiarkan wakil guru untuk pergi.

Ketika wakil guru pergi, wali kelas berdiri di depan podium dan menyapu ke sekeliling para siswa di kelas sambil tersenyum. Kemudian, dengan sopan dia berkata, "Aku baru saja memeriksa PR kalian tadi malam dan ternyata banyak siswa yang mengerjakannya dengan baik, mampu menyelesaikan tugas yang kuberikan dengan baik. "

Setelah mendengarkan perkataan wali kelas, beberapa murid diam-diam melirik ke arah Harlvi, berpikir bahwa Harlvi melakukan pekerjaan dengan baik, sehingga dia dipuji oleh guru tersebut.

“Tapi ada beberapa siswa yang membuatku tidak puas. Beberapa siswa tidak mengerjakan PR yang kuberikan dengan sungguh-sungguh serta menulis dengan asal-asalan, dan beberapa siswa bahkan tidak mengerjakan PR sama sekali,” kata wali kelas.

Frengki dan Stefi saling pandang dari jarak terpisah oleh beberapa murid, lalu Frengki menyunggingkan senyum penuh penghinaan, dialah orang yang baru saja membuang PR dengan postur menembak bola basket, dia mengira tidak masalah jika tidak mengerjakan PR, lagipula dia tidak ingin menjadi murid yang baik, pujianmu tidak ada artinya bagiku.

Tidak hanya Frengki, tetapi ekspresi Stefi dan beberapa murid di kelasnya juga penuh penghinaan.

“Siswa yang tidak mengerjakan PR, keluar dari sini!” teriak Wali kelas sontak.

Dengan hantaman, Frengki terkejut hingga terjatuh dari kursi.

“Stefi, Chris, Agus, Reno, kesini kalian!” Kata wali kelas sambil memukul podium.

"..." Frengki segera bangkit dari tanah, dan Stefi serta beberapa murid lainnya juga berdiri dengan terkejut.

Ketika mereka berjalan ke hadapan wali kelas dengan perasaan was-was, wali kelas menarik seorang murid dan menampar wajahnya, "Mau mati ya? Belajarlah dengan giat!? aku tidak peduli jika kamu tidak mengerjakan PR dari guru yang lain, tapi kamu bahkan tidak mengerjakan PR yang diberikan wali kelasmu sendiri, kamu meremehkanku ya, apa kamu tidak menghormatiku sebagai wali kelasmu? "

"pak Guru, aku tidak ..." Murid itu dipukul hingga gendang telinganya berdengung, membuatnya sangat ketakutan.

“Kebiasaan buruk!” sekali lagi Guru itu menampar wajah murid tersebut dengan kuat.

Kemudian guru itu mendorong murid tersebut menjauh, dan menarik Frengki, menunjuknya sambil memarahinya, "Kamu berani untuk tidak mengerjakan PR yang kuberikan, kamu merasa masa depanmu terang, bukan? Kamu merasa tidak perlu belajar lagi karena keluargamu kaya, dan tidak perlu mencari pekerjaan, bukan? "

Sambil berbicara, guru itu menunjuk hidung Frengki, "Aku tidak peduli bagaimana dengan masa depanmu. Baik orang tuamu mengirimmu ke luar negeri atau mengatur pekerjaan untukmu, tetapi sekarang kamu harus mengerjakan PR, kamu harus belajar dengan giat, karena kamu sekarang adalah seorang siswa, kamu berada di kelasku, jangan sampai pelajaranmu buruk hingga memengaruhi nilai di kelasku dan membuatku malu. "

“Baik, Guru, aku akan belajar dengan sungguh-sungguh, aku tidak akan membuatmu malu, aku salah, untuk seterusnya aku akan mengerjakan PR.” Frengki ketakutan hingga gemetaran terus-menerus.

“Keluar!” Dengan sekejap, Wali kelas menampar wajah Frengki lagi.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu