My Goddes - Bab 737 Ancaman Roy

“Ketua!” Ajudan langsung menghampiri Acun ketika dia melihatnya terkena panah panjang Ryna.

Dia mencabut pedang dan mematahkan panah panjang yang ada di tubuh Acun dan dia langsung menarik panah itu. Darah segar keluar dari luka panah dan ajudan segera menekannya sapu tangan.

Acun tidak mati, dia sudah bersiap menghindar sewaktu Ryna menyerangnya tapi dia kalah cepat dari Ryna, dia bisa menghindari bagian vital dan pundaknya yang terpanah.

“Ketua, kamu terluka oleh panah musuh, Roy ini licik sekali, dia menangkap pasukan enam bintang biduk kita lalu menyerang kita dengan orang sendiri dan jumlahnya banyak, jika begini terus takutnya Kota Taka kita bisa ditaklukkan, bagaimana jika kita melarikan diri saja.” Semangat juang ajudan langsung turun ketika dia melihat jenderal utamanya terluka.

Satu per satu pasukan enam bintang biduk yang menjaga kota dijatuhkan oleh pasukan palsu Roy, ada pasukan palsu yang berada pada jarak seratus meter dari tembok Kota Taka dan berjongkok untuk terus menyerang mereka.

“Kota Taka menghadap gunung dan tiga sisi lainnya adalah tembok yang merupakan kota terbesar di Afrika Timur dan kota terkuat, memangnya kenapa jika Roy ada seratus ribu pasukan, dia belum tentu bisa menaklukkan kota kita. Jenderal Attar sudah mengirim orang untuk membantu kita, jika kita bisa bertahan selama lebih dari dua hari dan kita pasti bisa mengalahkan Roy dengan kerja sama dari Jenderal Attar!” Acun juga orang yang keras dan dia tidak menyerah meskipun terluka.

“Ilmu Acun ini tidak lemah dan dia bahkan bisa menghindariku panahku.” Ryna mengerutkan keningnya setelah dia melihat panahnya melukai pundak Acun.

“Tidak masalah.” Roy tidak ada ekspresi.

Roy melihat ajudan di sebelahnya dan bertanya, “Masih ada berapa jumlah amunisi kita?”

“Sebenarnya masih ada banyak tapi jenderal Ardham telah menggunakan banyak untuk membuat bom pengendali dan barusan kita menggunakannya untuk menyerang Kota Taka dan sekarang hanya tersisa tiga ribu.” Ajudan berkata.

“Tarik semua pasukan palsu dan ledakkan semua bom ke arah sana.” Roy berkata.

Setelah mendengar kata-kata Roy, ajudan segera menyuruh orang untuk meniup peluit mundur. Para pasukan palsu yang ditangkap oleh Roy bukan pasukan baru, setelah mereka mendengar peluit mundur maka mereka segera menembak ke arah tembok untuk beberapa saat dan menyerangnya dengan padat lalu perlahan-lahan mundur.

Dan pada saat ini ada ratusan mortir langsung mengebom Kota Taka. Darah di pundak Acun sudah berhenti dan dia bersiap memerintahkan pasukannya untuk tetap bertahan tapi dia segera menunduk setelah diserang bom yang membabi buta.

Tiga ribu amunisi tidak banyak dan Roy punya ratusan mortir dan jika setiap mortir menembakkan lima atau enam bom maka amunisinya akan segera habis.

Sekarang mereka kekurangan amunisi dan mereka menunggu kepulangan Ardham untuk membawakan amunisi kepada mereka.

Setelah pasukan Roy selesai melepaskan bom, seluruh pasukan palsu sudah kembali.

Di badan pasukan palsu itu banyak jejak darah, debu dan tanah sambil menatap Roy dengan marah dan Roy terlihat tenang dan tidak peduli dengan tatapan para pasukan palsu ini.

“Ada apa, kalian tidak puas?” Susi langsung bertanya setelah melihat tatapan mata mereka.

Berdasarkan peraturan Roy, pasukan palsu tidak boleh melarikan diri juga tidak boleh merasa tidak puas kepada Roy jika tidak mereka akan dibunuh dan semua rekannya juga harus mati.

Setelah mendengar pertanyaan Susi dan mengingat peraturan Roy, mereka langsung menunduk dan menyembunyikan ketidakpuasan di mata mereka.

Pertempuran besar ini berlangsung lama dan hampir memakan waktu dua jam, ajudan Roy segera menghitung pasukan palsu, ada sepuluh ribu lebih pasukan palsu yang mati ada dan enam puluh ribu pasukan yang ada juga hilang sekitar tiga ribu lebih orang.

Serangan pasukan palsu masih tidak cukup sengit dan pertahanan pasukan enam bintang biduk juga tidak termasuk kuat jika tidak seharusnya pasukan enam bintang biduk akan menggunakan segala cara untuk mempertahankan kota jika serangan pasukan palsu semakin banyak.

Misalnya menculik warga kota dan menyuruh mereka untuk memindahkan batu besar dan melempar batu besar ke arah pasukan palsu yang ada di luar kota, membuat bom molotov dengan botol, menggunakan api besar untuk membakar pasukan palsu atau langsung melemparkan bom ke luar kota, menyiram air keras ke bawah, jika bukan Roy meminta mereka segera mundur dan pasukan enam bintang biduk merasa Kota Taka sedang berbahaya maka belum tentu delapan puluh ribu pasukan palsu bisa menaklukkan Kota Taka.

“Kita berhasil menahan serangan pertama.” Wajah Acun yang terluka terlihat pucat dan merasa bangga sambil melihat pasukannya.

Banyak pasukan enam bintang biduk yang mati dan terluka, jenderal dan para prajurit melihat ke arah Acun dan mereka perlahan-lahan tersenyum.

“Roy, kalian kekurangan amunisi, tidak ada pesawat tempur dan tank yang cukup tapi malah berani meminta bantuan pasukan palsu untuk menyerang Kota Taka, apakah kamu sedang bercanda? Kamu jelas-jelas sedang membunuh kami. Jika kita menyerang Kota Taka seperti ini maka kami akan benar-benar akan dimusnahkan oleh pasukan enam bintang biduk. Aku tidak puas denganmu, tidak puas dengan cara perangmu!” Tiba-tiba ada seorang pasukan palsu yang berteriak.

Dia adalah seorang prajurit berkulit hitam, dia bukan orang Roy dan sulit untuk dikendalikan dan ditambah dengan serangan mereka yang gagal dan banyak rekannya yang mati dan semangat pasukan palsu di pihak Roy segera terguncang.

“Bunuh dia, juga rekan dalam satu ikatannya.” Mata Roy terlihat dingin.

Setelah mendengar kata-kata Roy, anak buahnya berjalan menghampiri orang hitam ini dan ingin segera menembak mati orang dalam satu ikatan itu. Melihat Roy akan membunuh orang, orang hitam itu mengacungkan senjata ke arah Roy dan pada saat yang sama anak buahnya juga segera mengacungkan pistolnya, “Saudaraku, kita adalah pasukan enam bintang biduk yang terhormat tapi kita ditangkap Roy dan menjadi pasukan palsunya. Dia sedang mempermainkan kita, dia menggunakan nyawa kita untuk menghancurkan tembok kuat itu. Kita punya senjata dan ada pasukan yang sepuluh kali lipat lebih banyak darinya, mengapa kita mau dikendalikan olehnya!?”

“Biarkan ketua tali yang ada bom pengendalinya mati, meskipun para ketua ini mati tapi jumlah kita masih banyak sehingga kita bisa mendapatkan kebebasan, mengapa kita harus berjuang untuknya!?”

Roy mengayunkan tangannya dan langsung membunuh orang kulit hitam ini. Susi langsung muncul di hadapan mereka dan enam orang yang memberontak diterbangkan kapaknya.

Turmalin berlari dua langkah dan langsung menembak salah satu pemberontak.

Banyak orang yang mati di antara mereka dan jumlah satu kelompok tidak lebih dari dua puluh orang, banyak pasukan palsu yang masih bingung ketika melihat Roy, Susi dan Turmalin membunuh rekannya.

Mereka menahan amarahnya lalu melarikan diri setelah melepaskan beberapa tembakan ke arah Roy dan anak buah Roy langsung menembak setengah rekan mereka.

Ketika seorang pasukan palsu berlari jauh, tiba-tiba terdengar suara tembakan dan langsung menjatuhkan pasukan palsu itu.

Seorang pemuda pirang berkata dengan marah, “Bajingan, dia ingin membuat kita semua mati.”

Roy menatap pemuda pirang ini dengan kaget dan terdiam untuk waktu yang lama.

Dia melompat ke atas sebuah kendaraan off road dan segera menuju Kota Taka.

Pasukan enam bintang biduk sedang istirahat karena baru saja mengalahkan pasukan Roy, ketika dia melihat Roy datang dengan sebuah kendaraan off road, mereka segera menembakkan senjata ke arah Roy.

“Prajurit penjaga Kota Taka dan warga Kota Taka dengarkan.” Roy berada di atas mobil off road sambil berbicara dengan keras kepada prajurit dan warga Kota Taka, “Aku Roy tidak ingin membunuh siapa pun, aku hanya ingin mendapatkan Kota Taka untuk melindungi diri. Sebelum hari gelap, aku perintahkan kalian untuk membuka pintu gerbang dan menyerahkan Kota Taka.”

“Jika tidak, setelah aku menaklukkan Kota Taka, aku akan membunuh semua orang kaya di dalam kota dan akan sekalian membunuh tiga ribu pasukan penjaga Kota Taka.”

“Aku tidak akan bertindak kejam tapi aku juga tidak akan melepaskan kalian dengan mudah.” Setelah itu Roy kembali ke arah pasukan besar.

“.....” Hati pasukan penjaga kota dan warga menjadi gelisah setelah mendengarkan kata-kata Roy.

Ini adalah cara menaklukkan hati.

Sejak hari ini, tangan Roy penuh darah, demi menaklukkan Afrika Timur, dia menjadi pembunuh paling keji di dunia.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu