My Goddes - Bab 186 Bagus Sekali

Jilson melirik luka di dadanya dan perlahan-lahan berdiri, lantas melepas jasnya dan merobek sepotong pakaian di tangannya, menampakkan bekas luka sayatan yang menakutkan serta tubuh yang kekar.

Kecepatan Sano memang langka di dunia.

Ini adalah master kecepatan yang mengembangkan kecepatan ke puncaknya.

Rumit......

Sano terlalu cepat....... Susi, Leo, Ardham dan tuan muda Ben juga perlahan-lahan bangkit berdiri, Susi menyentuh bekas tamparan dari Sano yang membengkak di wajahnya, dia spontan mencengkeram dengan erat sepasang kapaknya yang tak terkalahkan.

“Maju sama-sama!”

Tiba-tiba, sosok Jilson, Susi, Leo, Ardham dan tuan muda Ben melintas secepat kilat, mereka berlima menyerang Sano di waktu yang sama.

Mereka telah meremehkan kekuatan Sano, mereka mengira bahwa Sano adalah seorang master tingkat Dewa menengah, dan tak disangka bahwa kekuatan tempur Sano yang sebenarnya ternyata terlampau jauh dari master tingkat Dewa menengah, dia adalah seorang master tingkat dewa lanjutan.

Di dalam tim mereka yang beranggotakan lima orang hanya Jilson sendiri yang merupakan seorang master tingkat Dewa menengah, dan sisanya semua adalah master tingkat dewa dasar.

Tingkat kemampuan mereka berbeda jauh dengan kemampuan Sano.

Kekuatan tidak cukup, jumlah orang mengimbangi.

Jilson muncul di hadapan Sano dengan gesit, tangan kirinya dijepit menyerupai bentuk pedang cakar dan hendak menikam tubuh sano. Sano hanya tersenyum dingin, dengan secepat kilat, tubuhnya langsung muncul di belakang Jilson.

Sano terlalu cepat, setelah dia muncul di belakangnya, Jilson segera merasakan mara bahaya di dalam hatinya. Dia memajukan tubuhnya ke depan, dan benar saja, baru tiba di depan, dia merasakan angin besar yang menghembus di belakangnya, itu adalah Sano yang telah mengambil pedang untuk menebasnya, jika dia berbalik badan untuk menyerang Sano lagi, bisa-bisa kepalanya ditebas oleh Sano.

Pengalaman bertarungnya yang sebenarnya juga bagus, jati dirinya sebagai master tingkat dewa lanjutan, jika dia menambah kekuatan masa kejayaannya, dia bisa masuk sepuluh besar dalam daftar master di dunia.

Dia segera mengambil dua langkah ke depan, berbalik, dan mengayunkan tongkat tua yang ada di tangannya. Sano hanya sedikit menepisnya dengan pedang, tongkat Jilson dan pedang Sano bertabrakan dengan keras. Api yang menyilaukan akhirnya meletus, dan tongkat Jilson menjatuhkan karat kuno berumur ribuan tahun.

Pusaka yang disembunyikan di dalam tongkat tua adalah senjata. Sano sangat tertarik dengan tongkat itu, dia spontan menyipitkan kelopak matanya.

Jilson tidak berkata-kata.

Tuan muda Ben, Leo, Ardham dan susi telah menyerbu ke arah Jilson untuk membantunya, tuan muda Ben dengan cepat mengayunkan kipas putih di tangannya, kipas putihnya terbuka lantas dia mengayunkan kipasnya ke leher Sano, kipas putih di tangannya setajam pisau. Leo menusuk dada Sano dengan tombaknya yang panjang. Ardham memegang pisau gandanya dan mengenai beberapa bagian dari tubuh berupa kepala dan kaki Sano, untuk menyegel Sano agar tidak mundur. Susi menghantam kapaknya dengan sekuat tenaga, membuat ubin seperti batu giok di dapur beterbangan langsung menembus tubuh Sano.

“Haha, kalian terlalu lamban.” Tawa Sano.

Ketika senjata semua orang jatuh, kepingan ubin yang dibuat oleh Susi untuk menikam tubuh Sano, dan Sano yang berada di depan mereka dengan cepat berubah menjadi bayangan, bayangannya secara bertahap menghilang dari hadapan mereka. Sano yang sesungguhnya telah muncul di depan lemari, mencicipi ikan timah yang dipanggang dengan foil oleh pelayan untuknya.

“Sialan, sombong sekali Sano sehingga dia mempermainkan kita dengan mengandalkan kecepatannya!” Tuan muda Ben memiliki temperamen keras, dia segera menjadi marah besar.

“Apa kalian cukup layak dipukul olehku dengan serius?” tiba-tiba, Sano muncul di belakang tuan muda Ben.

Dia meletakkan pedang di leher tuan muda Ben.

...... merasakan dinginnya pedang yang tajam, wajah tuan muda Ben segera memucat, sekujur tubuhnya mencucurkan keringat dingin.

Dia telah merasakan hawa membunuh dari Sano, Sano tidak bercanda ketika dia mengatakan ingin membunuh mereka, Sano benar-benar akan membunuh mereka. Sano telah berencana untuk membunuhnya terlebih dahulu.

Orang-orang seni bela diri black dart memiliki karakter yang aragon dan tidak berpegang pada aturan. Mereka akan membunuh siapa pun yang mereka mau, mereka tidak pernah peduli tentang identitas dan status lawannya, bahkan jika keluarga tuan muda Ben kaya dan kuat, dia bisa membuat semua master seni bela diri untuk membunuh orang-orang seni bela diri black dart, maka dari itu Sano juga ingin membunuhnya segera.

“Tuan muda Ben, awas!”

Persis di waktu ini, Jilson dengan cepat menunjuk ke arah Sano. Tangannya dengan cepat menembakkan jarum yang tak terhitung jumlahnya, jarum-jarum ini beterbangan satu persatu hingga membentuk satu barisan yang panjang dan diarahkan ke mata kiri Sano. Jilson memiliki kekuatan jari yang luar biasa, seni bela diri terbaik adalah meraba, dan senjata terbaik yang sebenarnya adalah jarum, jika semata jarumnya berhasil mengenai ke mata Sano, tidak sesederhana hanya dengan membutakan mata Sano, jarumnya yang luar biasa bisa langsung menembus kepala Sano sekaligus menewaskan Sano di tempat.

Sano segera menyentuh leher tuan muda Ben dengan pedang di tangannya, dia ingin menggorok tenggorokan tuan muda Ben, di saat yang sama dia berbalik untuk menghindari jarum dari Jilson.

“Kak Jilson, tolong aku!”

Tuan muda Ben langsung ketakutan, Dia dengan cepat mengguncang rahangnya untuk menjepit pedangnya Sano sembari meminta pertolongan kepada Jilson. Dia juga seorang master tingkat dewa, dan kekuatannya tidak lemah. Dia langsung menjepit pedang Sano dengan dagunya, tetapi kulit di permukaan tenggorokannya tersayat namun tidak berakibat fatal. Sano gagal menggorok leher Tuan muda Ben, jarum Jilson sudah ditembak, dan dia telah menunda waktu terlalu lama. Dia segera mengurungkan niatnya untuk menyayat leher tuan muda Ben, melonggarkan pedang di tangannya dan menendang pinggul Tuan muda Ben dengan ganas.

Dengan tamparan, tuan muda Ben terbang kembali ke arah Jilson seperti angsa liar turun ke pasir yang rata. Begitu Sano berbalik, dia segera menyusul tuan muda Ben, muncul di sampingnya dan mengambil pedang yang jatuh. Kemudian dia membalikkan tubuhnya dan menyapu dengan pedang. Dia melemparkan seluruh tubuh tuan muda Ben hingga tergulung 360 derajat di udara, dan terlempar keluar.

Dengan cepat, Jilson menembakkan puluhan jarum, semuanya menusuk ke dinding tepat di belakang Sano, dan menembakkan lubang jarum melalui dinding di belakang Sano.

Leo, Susi dan Ardham hendak menerjang ke Sano, tubuh Sano dengan cepat berubah menjadi serangkaian bayangan, bak berlari ia memukul Leo, Susi, Ardham hingga terbang keluar.

Jilson baru saja muncul di depan Sano, dia mengeringai dan dengan sigap muncul di belakang Jilson, “Anak sial, aku sangat ingin melihat senjata apa yang disembunyikan di tongkat tuamu.”

Begitu pedangnya dibentangkan, gagangnya mengenai punggung Jilson dengan keras. Jilson berbalik dan ingin melawan, dia langsung menendang perut Jilson. Ketika Jilson terbang keluar, dia menyusul Jilson dan mengeluarkan jurus meteor mengejar bulan, dia melayang di udara dan sepasang kakinya menendang dada Jilson. Dia menendang berturut-turut ke dada Jilson hingga belasan kali, dan pria itu dengan perlahan jatuh ke tanah. Tendangan putaran standar menendang Jilson keluar.

‘Bruk’, Jilson langsung ditendang hingga menembus dinding dan melayang masuk ke sebuah ruangan. Debu beterbangan di udara, Jilson bangkit berdiri dan hendak berjalan keluar dari lobang besar di dinding, tiba-tiba ia memuntahkan segumpal darah kental, wajahnya memucat dan terduduk lemas di atas lantai. Tubuhnya terluka parah, jurus meteor mengejar bulan dari Sano memberikan cedera yang cukup serius kepadanya, saat ini seluruh kekuatan di tubuhnya menyusut hingga 30%, membutuhkan setidaknya satu jam untuk istirahat supaya dapat bertarung dengan Sano lagi.

“Guru, Jilson bukan lawan Sano.” Briani membawa busur merah menyala di punggungnya dan menatap Jilson tanpa ekspresi.

“Bagus sekali......” Ryo menyunggingkan senyum di wajah dan memperlihatkan sederetan giginya.

Sano tidak memberikan waktu kepada Jilson untuk istirahat, begitu dia berbalik, ia muncul di depan Jilson dan menatap Jilson dengan pedang di tangannya sambil menyeringai.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu