My Goddes - Bab 82 Leo

Jam 4 sore.

Ketika Jilson Lee memandangi gedung di sebrangnya, kebetulan terhalangi cahaya matahari. Bahkan jika dia adalah master tingkat dewa, tetapi penglihatannya seperti orang biasa. Dalam pandangannya, bagian atas gedung disebrangnya gelap gulita, dia sama sekali tidak melihat sosok bayangan penembak jitu.

Dan tepat disaat ini, suara tembakan terdengar lagi, sebuah peluru menuju ke arah Jilson Lee dengan ganas.

Ketika peluru semakin mendekat dengan Jilson Lee, ekspresinya tiba-tiba menjadi dingin, dengan cepat melangkah mundur, lalu tangan kanannya segera menggambar lingkaran didepannya.

Master tingkat dewa, pelepasan energi sejati.

Serangkaian energi sejati berwarna hitam dengan cepat muncul dihadapan Jilson Lee, serangkaian energi sejati berwarna hitam ini membentuk bundar lalu dengan cepat menangkis peluru yang menghantam dengan ganas, ini membuat kecepatan peluru melambat, gelombang kecil terlihat ketika terhantam di pelepasan energi sejati-nya.

Tiba-tiba, Jilson Lee mengangkat tangan kanannya, lalu peluru itu langsung terbang ke atas.

Dia bisa menangkis peluru!

Melihat adegan ini, Jayden dan para bawahannya terkejut. Mereka dan Jilson Lee bukanlah dari dunia yang sama, belum pernah berjumpa dengan orang hebat seperti ini.

2 detik kemudian, mereka segera tersadarkan.

Ada seseorang yang akan membunuh bos mereka!

Lindungi Kak Jilson! Para bawahan Jayden ini sudah sepenuhnya ditaklukkan oleh Jilson Lee, mereka saat ini sangat kagum dan takut terhadap Jilson Lee. Mereka mengagumi Jilson Lee karena mampu membuat mereka makmur, lalu takut kepada Jilson Lee akan memusnahkan mereka seperti Kak Dava.

Setelah Jayden berteriak keras, dia dan para ketua-ketua mengeluarkan pistol dari tubuh. Beberapa orang asal menembak kearah bagian atas gedung sebrang, beberapa orang mencari tempat berlindung dengan cepat, dan ada beberapa langsung mendekati Jilson Lee lalu membawanya ke bagian belakang pilar batu gerbang perusahaan.

Apa itu master tingkat dewa? Master tingkat dewa adalah dewa didalam pandangan orang biasa.

Seni bela diri Jilson Lee telah mencapai tingkat dewa, dia sudah tidak takut lagi dengan peluru biasa. Dengan kecepatan dan kemampuan reaksinya yang jauh melebihi orang biasa, dia dapat sepenuhnya menghindari peluru dengan berbagai cara.

Siapa yang punya kacamata hitam? Berdiri dibelakang pilar batu, Jilson Lee tetap tenang.

Dia sama sekali tidak takut pada penembak jitu yang dibagian atas gedung sebrang, sebaliknya, dia sangat tertarik untuk menghadapi penembak jitu dibagian atas gedung sebrang. Sama seperti seekor kucing yang belum pernah berjumpa tikus, tiba-tiba berjumpa, tikus berlari kedalam rumah secara tidak sengaja.

Kak Jilson, aku punya! Seorang bos segera melemparkan kacamata hitam kepada Jilson Lee.

Para bawahannya ini adalah para gangster, biasanya suka berlagak hebat, hampir setengah dari mereka memakai kacamata hitam dibadannya. Setelah dia melemparkan kacamata hitam kepada Jilson Lee, dia segera menelefon orang-orangnya untuk meminta bantuan. Dia dengan tidak mudahnya dekat dengan Jilson Lee yang kaya raya ini, dia tidak ingin Jilson Lee dalam sekejap sudah terbunuh. Menghadapi kerahmatan dan keagungan Jilson Lee, secara naluriah mereka sudah setia kepada Jilson Lee.

Sandy, bos akan dibunuh oleh orang, cepat bawa orang ke perusahaan untuk membantu!

Gerry, bos dalam kesulitan, cepat bawa orang-orang untuk datang membantu!

Thomas, bos dalam bahaya……….

Para ketua bawahan Jilson Lee mengeluarkan ponsel, dan mengumpulkan orang-orang dari seluruh kota Gambir.

Jilson Lee tidak peduli dengan bantuan dari bawahannya, dia sudah terbiasa sendiri dari dulu, sangat banyak misi besar diselesaikan oleh dirinya sendiri. Kemudian memakai kacamata hitam dengan cepat, dia mencoba mengulurkan sebuah tangan keluar pilar batu.

Suara piak terdengar, sebuah peluru datang kearahnya dengan cepat. Dia langsung menarik kembali tangan yang diulurkan keluar, pintu kaca besar perusahaan dibelakang terkena peluru dan langsung membentuk sarang laba-laba.

Menarik, Jilson Lee tersenyum.

Dia diserang oleh Tommy lalu bokong ditendang, juga ditarik turun dari mobil oleh Beatrice. Tommy dan Beatrice adalah orang biasa, mereka tidak akan membuat ancaman bagi Jilson Lee, Jilson Lee hanya akan membentuk respons naluriah saat menghadapi bahaya. Ini seperti ketika dia berada dijalan, ada seseorang yang menabraknya dengan tidak sengaja, ataupun melewati sampingnya, sentuhan tubuh yang sederhana ini, dia sama sekali tidak berhati-hati. Kalau tidak jika ada seseorang yang menyentuhnya sedikit dan dia harus bereaksi, dia mungkin akan sangat kelelahan setiap hari.

Dia tidak tahu siapa yang akan membunuhnya disebrang, tetapi orang ini sudah menjadi ancaman baginya, dia secara naluriah dapat menghindari setiap peluru dari penembak disebrang.

Bermain senjata denganku, kamu takutnya sedikit lebih lemah.

Tiba-tiba, Jilson Lee memakai kacamata hitam lalu bergegas keluar dari balik pilar batu. Ketika sebuah peluru datang dari sebrang, dia langsung mengangkat pistol dan menembak.

Suara piak terdengar, kedua peluru bertabrakan dengan keras, langsung membuat sebuah percikan, mengubah arah dan terbang menjauh.

Pada saat bersamaan, Jilson Lee menarik pelatuknya lagi.

Kecepatan menembak senapan tidak secepat pistol, peluru pistolnya langsung menuju ke arah si pembunuh dibagian atas gedung sebrang.

Si pembunuh melihat sebuah peluru datang ke arahnya, dengan segera memalingkan kepalanya, menghindari peluru.

Menarik! Sejak Jilson Lee kembali ke China sampai sekarang, dia masih belum bersenang-senang dengan pistol.

Kemampuan lawan sebanding, pembunuh di sebrang dengan segera membangkitkan minatnya. Ketika sebuah peluru datang lagi dari sebrang, dia dengan cepat menghindarinya. Kemudian, dia langsung mengangkat tangannya, sebuah peluru langsung mengarah kearah sebrang, kemampuan si penembak jitu juga tidak lemah, dengan cepat melambaikan senapan ditangannya, langsung menangkis peluru Jilson Lee.

Diikuti perubahan posisi, berjongkok dibagian atas lalu menembaknya.

Jilson Lee dengan cepat menangkis dan segera melakukan serangan balik. Si pembunuh itu juga dengan cepat menangkis peluru dan segera melakukan serangan balik. Perlahan-lahan, si pembunuh itu dan Jilson Lee berlari dengan cepat, satu diatas gedung dan satunya lagi dibawah gedung, mereka terus menembak sambil berlari. Hanya saja seperti ini, kedua orang saling bertarung selama puluhan tembakan

Peluru didalam pistol habis, Jilson Lee dengan cepat mengganti sederetan peluru lagi. Peluru si pembunuh juga habis, lalu dengan cepat mengganti sederetan peluru.

Setelah beberapa menit, pasukan Jilson Lee di Kota Gambir bergegas datang dari berbagai tempat untuk memberikan bantuan. Para bawahannya ini membawa senjata, para bawahan itu baru muncul di lantai bawah, melihat ada orang yang menembak kearah Jilson Lee dari atas, mereka dengan segera berjongkok ditanah, lalu mengeluarkan pistol dari tubuh mereka dan menembak ke bagian atas gedung sebrang.

Keahlian menembak si pembunuh sangat hebat, kemampuannya juga sangat bagus, tampaknya seorang master tingkat dewa sepertiku. Jika tetap bertarung senjata dengannya, dia bisa maju dan mundur diatas, dan pada akhirnya aku yang rugi. Karena seseorang berani ingin membunuhku, bagaimana aku bisa membiarkannya kabur begitu saja? Jilson Lee tersenyum, tiba-tiba bergegas masuk ke gedung sebrang, masuk kedalam lift dan menekan tombol untuk naik ke lantai paling atas.

Dia memilki banyak musuh, dia harus menangkap si pembunuh ini hidup-hidup lalu bertanya siapa yang menyuruhnya.

Segera, lift naik ke lantai paling atas, ada sebuah tangga ke atas di lantai paling atas, mengarah langsung ke teras atap. Dengan senyum diwajahnya, dia menaiki tangga dengan langkah besar, lalu membuka pintu besi teras dengan suara baam.

Begitu mendorong pintu besi teras, dia merasakan hembusan angin meniup kewajahnya.

Sesuai dugaan, dia adalah seorang master tingkat dewa.

Dia berpikir didalam hati.

Memegang pistol, langsung mengangkat tangannya, menembak ke sebrang dengan ganas. Ketika suara tembakan terdengar, dia melihat sosok dihadapannya tiba-tiba berbalik dan menghindari peluru yang ditembaknya.

Kemudian, sosok itu menghamtam tanah dengan kakinya, lalu senapan panjang itu melambai kearahnya dengan ganas.

Dia dengan cepat membalukkan tubuhnya kesamping, sosok itu melihatnya bahkan bisa menghindari serangan senapannya, segera mengganti pistol sebagai alat memukul, memukul kearah tulang rusuknya dengan keras.

Jilson Lee tersenyum tipis degan tenang, mengubah telapak tangan kanannya menjadi bentuk pisau, menahannya dengan pelan, menangkis senapan yang melambai dihadapannya. Si pembunuh itu tertegun sesaat ketika melihat Jilson Lee menangkis senapan yang dilambaikannya, lalu memutar badannya, dan menghantam senapan ditangannya dengan kuat lagi.

Jilson Lee tersenyum tipis, menangkis senapan dengan tangan bentuk pisaunya lagi.

Segera, dia mulai bertarung dengan sosok itu. Sosok itu terus menghantam ke arahnya dengan senapan, dia hanya melangkah mundur sambil menangkisnya dengan telapak tangan. Kedua orang menyerang puluhan kali berturut-turut, tiba-tiba, telapak tangan Jilson Lee menyerang kedepan dengan kuat. Suara piak terdengar, sosok itu segera meletakkan senapan didepan dadanya, telapak tangan Jilson Lee langsung mengenai bagian tengah senapannya, sosok itu segera mundur kebelakang sekitar 7-8 meter.

Di bawah sinar matahari, Jilson Lee secara bertahap melihat jelas rupa sosok itu.

Itu adalah seorang pemuda yang tangguh dengan ketinggian 185 cm, penampilannya sangat kejam, ada bekas luka dangkal dibawah mata kirinya. Bentuk rambutnya sedikit kasar, ketika Jilson Lee mengamatinya dengan diam-diam, dia mengenakan setelah bercorak tentara, lalu dengan ringan memutar lehernya.

Siapa kamu? Jilson Lee manatapnya dengan tenang.

Seorang master di gangster bagian utara, Leo. Pemuda itu mengeluarkan pisau bayonet dari tubuhnya, lalu meletakkan pisau bayonet ke bagian depan senapan.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu