My Goddes - Bsb 387 Panci

Hari kedua pertandingan kedua, jam dua sore hari, Arifin dan Ryan sudah diantar ke salah satu dari tujuh arena pertandingan.

Arena pertandingan ini lebih kecil sedikit daripada arena pertandingan utama, merupakan sebuah gedung olahraga yang terkenal di Kota Aruba, diatas kepala mereka terdapat empat layar lebar yang menghadap ke arah timur selatan barat utara, saat ini sedang menyiarkan suasana di tujuh arena pertandingan mereka tanpa henti. Mereka harus menyelesaikan pertandingan babak pertama, arena pertandingan lainnya baru bisa lanjut bertanding, bersaing mendapatkan poin pertandingan.

Demi keamanan pertandingan, arena pertandingan mereka tidak ada penonton, hanya ada beberapa tentara yang menjaga arena pertandingan, menghalangi wartawan untuk curi foto, atau orang yang tidak berkepentingan untuk masuk menganggu.

Walaupun tidak ada penonton, tapi Arifin tahu, sekarang penonton dari lima komando palagan dan empat divisi besar sedang melihat siaran langsung mereka di arena pertandingan utama, dia merasa sangat tertekan.

Selama ini, dia terus ditekan oleh Jilson. Sejak pertama kali bertemu Jilson, sampai dia melihat Jilson menjadi orang terkaya di Kota Gambir, orang terkaya di Bagian Utara, orang terkaya kedua di China, anak sulung dari Keluarga Lu yang merupakan salah satu dari empat keluarga besar Wulin.

Ingin mengalahkan Jilson di finansial dan bela diri, dia tahu dirinya sudah tidak ada harapan, dia hanya bisa berharap pada kompetisi bela diri kali ini, menjadi juara pertama di kompetisi seni bela diri militer, berusaha mendapatkan promosi, berikutnya baru pelan-pelan mengejar dan melewati Jilson.

Keberuntungannya lumayan, di ronde pertama bertemu dengan Ryan yang dulu tidak sebanding dengannya. Kalau keberuntungannya terus lumayan seperti ini, terus mendapat lawan tim lemah, mungkin bisa masuk ke babak final kompetisi seni bela diri militer, bahkan mungkin saja menjadi juara pertama karena beruntung.

Berpikir sampai sini, dia menggosok-gosok keringat di tangannya, bicara ke Ryan di depannya: “kak Ryan, kita adalah teman, sejak aku berumur tujuh delapan belas tahun, kamu sudah terus berada di sisi kakekku, walaupun aku tidak ingin menyerangmu, tapi harus ada satu pemenang di pertandingan ini. Aku tidak ingin kalah, jadi aku hanya bisa mengalahkanmu.”

“oke.” Ryan tidak berekspresi.

Sambil menganggukan kepala, tatapan Arifin tiba-tiba berubah, langsung mengelukarkan pistol dan menodongnya ke Ryan, menarik pelatuknya.

Di sisi ini, arena pertandingan utama langsung mengeluarkan teriakan terkejut.

Sejak pertandingan dimulai kemarin, Arifin bukan peserta pertama yang menggunakan senjata api. Ini adalah bela diri militer, kalau Arifin ingin mengalahkan Ryan, tentu saja senjata api lebih mudah digunakan.

Matanya melihat Arifin menembak dirinya, tatapan Ryan terkejut, dan sebuah peluru langsung mengenai tubuhnya.

Yang dia sasarkan adalah dada Ryan, tembakan ini mengenai Ryan, membuatnya takut sampai raut wajahnya berubah,”kak Ryan, kamu tidak apa?”

“aku tidak apa-apa......” Ryan memegang dadanya, dan mengeluarkan peluru dari dadanya.

“kamu........” Arifin melihatnya dengan terkejut.

“aku pakai baju anti peluru, tak apa.” Kata Ryan.

“..............” mendengar ucapan Ryan, Arifin.........

Setelah berpikir, Arifin meluruskan hatinya, dan mengangkat lagi pistolnya, membidiknya kearah kepala Ryan, setelah menarik pelatuknya, dia baru berteriak ke Ryan, “kak Ryan, kamu hati-hati ya!”

‘dor’, Ryan langsung mengeluarkan panci dari belakang tubuhnya, menghalangi di depan wajahnya.

“gila!” melihat kejadian ini, di arena pertandingan utama, Rendra langsung tidak bisa menahan untuk mengomel.

Menggunakan panci untuk mengikuti kompetisi? Lawakan apa ini?

“..........” delapan wasit dan enam belas juri, beserta berbagai perwakilan komando juga terkejut.

“siapa yang mengajarimu cara ini?”

Setelah dua menit, Arifin menarik napas dalam-dalam.

“Jilson.” Kata Ryan.

Mendengar ucapan Ryan, lagi-lagi setelah dua menit, Arifin menarik napas dalam sekali lagi, “baiklah......”

Kali ini, Arifin tidak akan segan-segan, dia langsung membidik pistolnya kearah Ryan, ingin menembak Ryan tiga kali berturut-turut. Dan Ryan langsung memasukan energi qi sejatinya kedalam panci, setelah panci ini mendapat kehebatan energi qi sejati, langsung kuat seperti senjata top.

“Arifin, kamu hati-hati lah!”

Melihat tiga peluru yang datang, Ryan langsung mengayunkan tangannya. ‘klang klang klang’, tiga peluru menghantam panci Ryan berturut-turut. Setelah Ryan memasukan energi qi sejati kedalam panci, panci ini langsung menjadi sangat kuat, peluru tidak menembus atau tersangkut diatas panci, namun dipantulkan kembali oleh Ryan.

Arifin sekarang juga sudah merupakan ahli master tingkat dewa dasar, kemampuannya lumayan, refleknya juga tidak lambat. Melihat tiga peluru itu memantul kembali ke dirinya, dia langsung menggunakan jurus dan menghindar dengan cepat ke sisi satu lagi. Di saat bersamaan, dia melihat Ryan sudah muncul di sisinya, seolah sudah tahu sejak awal arahnya untuk menghindar.

Melihatnya tanpa ekspresi, Ryan menganyunkan panci di tangannya dengan sadis.

‘pang’, panci ini langsung menghantam wajahnya dengan sadis.

Arifin hanya merasa mata dan hidungnya nyut-nyutan, tapi masih belum merespon, Ryan melambaikan pancinya, ‘pang’, sekali lagi panci itu terhantam dengan sadis di wajahnya.

Saat ini Arifin agak pusing, tapi tetap membidik Ryan dengan pistol berdasarkan kemampuan responnya, menembak kearah Ryan. Dan dia lupa, Ryan mengenakan baju anti peluru, pistolnya sama sekali tidak bisa melukai Ryan. Baru menembakkan peluru pertama ke Ryan, kepalanya dipukul dengan sadis oleh Ryan sekali lagi.

Lalu, Ryan melakukan pukulan kedua, pukulan ketiga.........

Dia sudah menembak habis semua peluru pistolnya, Ryan juga tidak tahu sudah berapa kali memukul wajahnya dengan panci.

Saat dia mengeluarkan klip amunisinya, Ryan menganyunkan pancinya dengan sadis, memukul terbang klip amunisi di tangannya.

Lalu satu pukulan kencang lagi, memukulnya sampai terbang kebawah arena.

Saat ini, seluruh arena pertandingan utama hening, semua penonton melihat layar lebar dengan terkejut, tidak bisa berkata-kata.

“sembarangan! Menjadikan panci sebagai senjata, benar-benar belum pernah mendengarnya! Dan juga memakai baju anti peluru, si Ryan ini datang untuk ngelawak ya?” Ryo langsung tidak tahan, berdiri dari bangku dan berteriak.

“ngapain sih? Bisa-bisanya membawa panci untuk ikut kompetisi, sama sekali belum pernah melihat orang berkompetisi seperti ini......” Abraham si anak sulung dari Gunung Excalibur tertawa.

Ryan ini biasanya serius dan waras, kenapa tiba-tiba bertindak sembarangan di arena pertandingan?” ayah Janita mengerutkan alis.

“ini mah ajaran sesat, ajaran sesat!” Ryo tidak tahan muridnya sendiri muridnya dikalahkan oleh Ryan, dan lagi dikalahkan dengan sebuah panci.

“pasti ada yang mengajarinya, memberitahu Ryan untuk menggunakan cara aneh begini untuk memenangkan kompetisi. Menggunakan baju anti peluru untuk melindungi dada, dan panci untuk melindungi kepala, disaat bersamaan juga bisa menggunakan panci untuk melukai lawan, orang ini pasti sangat memahami Ryan, sangat ahli dan pandai bermain trik. Walaupun cara menggunakan panci ini agak buruk, tapi tetap tidak bisa dipungkiri sebagai cara bagus untuk memenangkan kompetisi militer.” Daffin dari Organisasi Immortal mengerutkan alis.

Tiba-tiba, semua orang melihat kearah Jilson dengan serentak.

Jilson tidak berekspresi, tetap diam menonton layar lebar arena pertandingan.

Novel Terkait

Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu