My Goddes - Bab 542 Wilber

"Kamu bukan hanya bisa melihat gedung tinggi di China tapi aku juga akan membawamu pergi mengunjungi situs-situs bersejarah kami, pegunungan dan sungai terkenal dari kota Aruba ada tembol raksasa China, Kota Terlarang, Kuil Surga, Taman Hiburan, dan juga banyak museum bersejarah......"

"Aku juga bisa membawamu ke Sichuan, kota Apero, kota Venia, aku juga akan membawamu ke Seoul, Kyoto, Paris........" Ketika bahayanya semakin dekat, pembicaraan Rendra dan Nami berhenti sejenak kemudian dia berkata kepada Nami lagi.

Adelio seperti merasakan sesuatu tapi dia tidak bereaksi tapi terus menerjemahkan untuk Nami.

"China pasti sangat cantik ya?" Nami terlihat sangat menantikan China dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sekitar.

"China sangat cantik, sangat cantik........" Rendra melihat Nami sambil tersenyum.

Tiba-tiba, ekspresi matanya berubah, dia mengeluarkan sebuah pedang dan melemparnya ke belakang.

Pada saat ini, pasukan Rendra sudah dikepung oleh pasukan Wilber, banyak pasukan yang bersembunyi di sekeliling mereka, ketika Rendra melemparkan pedangnya sebuah pohon segera terpotong menjadi dua dan dahi sebuah prajurit terlihat ada jejak darah sambil menatapnya dengan kaget dan langsung jatuh ke tanah.

Selanjutnya, semua orang Rendra langsung bangun karena merasakan bahaya di sekeliling mereka dan mereka merasakan musuh perlahan-lahan mendekati mereka.

"Tembak!" Pada saat ini, seorang komandan Wilber berkata.

Dan di sekitar daerah pasukan Rendra terlihat cahaya api yang padat dan peluru yang tidak terhitung jumlahnya mengarah kepada mereka.

Ketika anak buah Wilber menembak mereka, Rendra segera berlari ke arah Nami dan menekannya dengan keras ke tanah. Erick mengeluarkan sebuah naga tanah raksasa dari kakinya untuk memblokir pelurunya.

Abraham Lin, Ica, George, Peniel, Duke dan Suchan juga menghilang dengan cepat, mereka menghindar dari peluru yang datang dari segala arah, mereka akan menghadangnya dengan pedang memblokirnya dengan energi qi sejati pelindung.

"Brengsek, pasukan Hansen datang lagi, orang ini tidak ada habis-habisnya!" Abraham Lin tidak berhenti memblokir peluru yang datang sambil melempar pedangnya dan ada lima aura pedang qi sejati yang mengarah ke depan.

"Tuan muda Rendra, kita harus meninggalkan tempat ini!" Yansen juga mengeluarkan jurus pedang Taichi sambil mengubah pedangnya menjadi sebuah angin hitam sambil melihat ke segala arah untuk mencari jalan keluar.

Briani meloncat ke atas sebuah pohon lalu meletakkan lima panah panjang ke busurnya lalu memanahkannya ke delapan prajurit. Mata cantiknya melihat sekeliling dengan tenang, dia hanya melihat banyak banyak prajurit dari segala arah yang sedang membungkukkan tubuh mereka seperti posisi bertempur sambil menyerang mereka dengan senapan, banyak master dari pihak mereka yang kekuatannya masih belum memadai karena kebanyakan mereka masih belum sampai master tingkat dewa lanjutan yang bahkan sedikit pelindung energi qi sejati pun juga tidak ada, setelah menghindar dari belasan peluru, akhirnya terkena juga dengan, sekali, dua kali dan akhirnya jatuh ke bawah.

"Briani, apakah kamu sudah menemukan arahnya?" Arifin Han bersembunyi di sebuah pohon besar dan sebuah batu besar, ini adalah tempat bagus yang telah dia pilih sejak lama karena dia berpikir akan bersembunyi di sini untuk menghindari serangan dua arah lawan.

Seorang wanita hampir terkena peluru dan Ryna segera memblokir pelurunya dengan energi qi sejati pelindung. Dia mendorong wanita itu ke samping pohon besar, dia juga sedang berbaring di samping pohon besar itu.

Ryan Liu melemparkan sebuah granat ke arah luar, kekuatan tangannya melebihi orang biasa, seorang prajurit biasa yang memenuhi syarat bisa melempar pada jarak 30 meter, jarak lempar seorang pasukan khusus adalah 50 meter dan dia langsung bisa melempar sejauh 100 meter, granat itu jatuh tengah lawan dan menerbangkan tiga sampai lima orang prajurit.

"Arah Selatan!" Briani melihat jika arah Selatan musuhnya lebih longgar, kemudian dia meledakkan tiga panah ke arah sana.

Terdengar suara keras dan panah bom itu tepat mengenai tujuh orang prajurit yang ada di arah Selatan dan panah itu segera meledakkan sekelompok prajurit.

Briani segera melompat dari atas pohon satu ke pohon lainnya, dia melompat dan ketika jatuh di atas tanah, dia melihat di depannya banyak peluru dan dia bergerak untuk menghindari peluru-peluru itu, kemudian dia jatuh ke bawah sambil berguling beberapa kali lalu segera menyerbu lawan yang ada di depan sambil mengayunkan busur raksasa dan langsung menjatuhkan dua orang prajurit.

Mereka terus merawat luka mereka di desa Nami selama beberapa hari ini sehingga mereka sudah familier dengan kondisi lingkungannya dan sudah bisa membedakan mana arahnya. Setelah Briani melompat ke formasi musuh, George, Peniel dan Abraham Lin juga para master tingkat dewa puncak segera menghampirinya. Di sisi Rendra, dia baru bangun dari tanah, Adelio mengayunkan pisau berujung tiga bermata dua ke arah peluru yang mengarah ke Rendra dan Nami, "Untung saja selama beberapa hari ini kita tinggal di luar tempat tinggal penduduk sehingga tidak melibatkan mereka. Bawa Nami pergi, meskipun kita bukan lawan mereka tapi mereka juga tidak bisa menghentikan kita jika kita ingin melarikan diri."

Ketika Adelio dan Rendra sedang berbicara ada belasan master yang jatuh karena tertembak peluru. Hati Adelio merasa sakit karena mungkin mereka hanya akan tersisa beberapa puluh orang setelah pertempuran ini.

"Ingin kabur? Mana mungkin semudah itu?"

Terdengar sebuah suara dari kejauhan datang ke arah Adelio dan Rendra, selanjutnya sebuah sosok muncul di depan mereka dan langsung mengayunkan pedangnya.

Ekspresi Rendra berubah, dia segera berputar setelah memeluk Nami untuk menghindari serangan pedang itu. Adelio mengayunkan pisau tiga ujung dua mata, setelah sosok itu menghindari serangan Adelio, dia balik menyerang dengan pedang lagi.

Adelio hanya merasa bagian dadanya terasa dingin lalu dia mundur. Sosok itu menyerangnya dan dia mundur lagi.

Ilmu bayangan pedang itu membuat mata buram, langkah kaki Adelio mundur dengan cepat untuk menghindari tusukan pedang itu. Adelio adalah master tingkat dewa puncak China, dia langsung berada belasan jurus dengan sosok bayangan itu.

Ketika Erick datang untuk menyerang sosok hitam itu, sosok itu segera buru-buru mundur lima enam langkah dan berhenti.

Setelah dilihat dengan teliti, di bawah cahaya bulan yang putih ada sesosok pemuda tampan setinggi kira-kira 180 cm, pemuda ini berkulit gelap dengan alis tebal dan mata yang besar, dia tertawa dan berkata ketika melihat Rendra, Adelio dan Erick sedang memperhatikannya, "Namaku Wilber merupakan putra tertua Jenderal Blues, di sini adalah daerah kekuasaan kami dan aku mewakili Jenderal Blues untuk menyambut kalian."

"Brengsek, Hansen masih belum selesai tapi datang orang jenderal Blues lagi!" Setelah mendengar kata-kata Wilber, salah satu master yang tidak jauh dari Rendra berdiri sambil melihat Wilber dengan penuh ketakutan.

Master ini adalah salah satu adik sepupu Rendra yang bernama Clark.

"Rendra, selamat datang ke daerah kekuasaan jenderal Blues kami." Seorang pria berwajah mengerikan keluar dari kegelapan dan ada sekelompok prajurit yang keluar dari sampingnya, setiap parajurit itu menangkap satu warga yang ada di desa itu.

"......" Melihat warga yang ada di tangan prajurit itu, Rendra memegang erat pedang yang ada di tangannya.......

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu